Dampak Pujian

Ada seorang gadis muda yang suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol sehingga ia memenangkan berbagai perlombaan. Ia ingin menjadi penari kelas dunia. Ia membayangkan betapa bangganya bisa mengunjungi berbagai negara di dunia bila kelak telah menjadi penari kelas dunia.

Suatu ketika ada pertunjukkan tari di kotanya. Pertunjukkan tersebut dihadiri oleh seorang pakar tari. Sudah banyak orang yang menjadi penari kelas dunia di bawah asuhannya. Ia berencana hendak menemui pakar tari tersebut untuk menunjukkan tariannya. Bila perlu memohon untuk bisa menjadi muridnya.

Saat pertunjukkan usai gadis tersebut berhasil menemui sang pakar. Mulailah ia menari di depan sang pakar. Belum ada 10 menit, sang pakar tadi tiba-tiba pergi tanpa memberi ekspresi apapun. Gadis itupun segera berlari dan pulang dengan kecewa. Sejak saat itu ia bersumpah tidak akan menari lagi.

Gadis tersebut akhirnya menjadi istri seorang lelaki dan ia memiliki tiga orang anak. Suaminya sekarang sudah meninggal, dan untuk menghidupi anaknya ia menjadi pelayan restoran.

Suatu ketika ada pertunjukkan tari di kotanya. Di akhir acara ia melihat ada pakar tari yang pernah ia jumpai dulu. Sekarang tampak tua dan rambutnya memutih. Ia membawa ketiga putranya ke belakang panggung dan memperkenalkannya kepada pakar tari. Rupa-rupanya sang pakar masih mengingatnya. Setelah berbincang-bincang, gadis itu mengajukan pertanyaan.

“Ada yang mengganjal di hati saya. Mengapa pada waktu dulu itu anda langsung pergi tanpa menghiraukan saya? Sebegitu jelekkah tarian saya?”

Sang pakar menjawab, “Oh, ya saya ingat. Sebenarnya tarianmu sangat bagus, dan kamu sangat berpeluang untuk menjadi penari kelas dunia.”

“Ini tidak adil! Seharusnya anda memuji saya supaya saya tidak putus asa. Jika tahu seperti itu, seharusnya tidak perlu menjadi pelayan restoran.” kata gadis itu.

“Pada waktu itu saya sangat lelah. Saya pergi hendak mengambil kartu nama saya untuk saya berikan kepadamu. Tetapi kamu sudah pergi. Tidak perlu anggur satu barrel untuk membuktikkan anggur itu enak. Bagi saya tidak harus 10 menit untuk melihat tarianmu untuk mengetahui apa kamu berbakat atau tidak. Seharusnya kamu fokus kepada impianmu dan jangan biarkan siapapun untuk mencurinya. Mengapa kamu pusing dengan apa komentar orang kepadamu? Seketika mungkin kamu sakit hati pada waktu itu, tetapi selanjutnya kamu bisa berlatih dan melupakan kekecewaanmu. Tetapi penyesalanmu hari ini tidak akan pernah bisa kamu lupakan untuk selamanya.” jawab sang pakar.

“Soal pujian? Pada waktu itu kamu sedang tumbuh. Pujian itu ibarat pisau bermata dua. Bisa memotivasi, bisa juga melumpuhkan semangat juang, karena orang lalu berpuas diri. Lagi pula, pujian itu seharusnya keluar dari hati saya sendiri. Mengapa kamu memintanya? Apa artinya pujian yang tidak tulus itu bagimu?”

No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...