التخطي إلى المحتوى الرئيسي

Cerpen 06.15.30


Minggu, 17.30 WIB.
'Keputusan Astrid sudah bulat! Apapun yang ayah dan ibu bilang gak akan mengubah pendirian Astrid untuk kuliah di Yogya!!!' bentak Astrid ketus kepada kedua orangtuanya. Sore itu memang sedang terjadi ketegangan di rumah itu, karena perbedaan keinginan antara Astrid yang ingin melanjutkan kuliah di Yogya mengambil jurusan perfilman, dengan kedua orangtuanya yang menginginkan anaknya pergi ke Bandung untuk kuliah keguruan.
'Tapi nak, di sana kita tidak mempunyai saudara, ibu khawatir kamu kenapa-napa nantinya. Kalau di Bandung kan ada tante Rita yang bisa jagain kamu' jelas ibu beralasan halus kepada anaknya yang langsung disambung oleh perkataan ayah 'Betul kata ibu kamu, lagi pula jurusan yang mau kamu ambil kan masih baru dan belum jelas masa depannya, mau jadi apa kamu nanti!'
'Astrid gak peduli, mau masa depannya cerah atau gelap, Astrid cuma mau nyalurin apa yang sudah jadi kesukaan Astrid dari kecil!' Astrid bersikeras
'Coba sekarang pikir, kalau kamu ambil keguruan terus jadi orang sukses, kamu bisa melakukan apa aja, termasuk nyalurin hoby kamu nanti. Sekarang sih urusin masa depan dulu, dan gak usah macem-macem!!' kata ayah agak membentak. Sementara ibu tidak henti-hentinya mengelus pundak anaknya di sofa.
'Kenapa sih ayah gak pernah ngertiin apa yang Astrid mau, dari kecil sampe segede ini selalu diatur, Astrid cape!!!' tuntut Astrid lalu bangun dari sofa dan masuk kamarnya untuk mengambil tas kemudian menuju pintu depan.
'Hei mau kemana kamu!? Pembicaraan kita belum selesai. Cepet duduk lagi!!!' perintah ayah kepada Astrid tetapi tidak ditanggapi olehnya, Astrid tetap melenggang menuju garasi dan dua menit kemudian meluncur pergi bersama motornya.

Minggu, 18.05 WIB.
Motor itu melaju dengan kencang di jalanan yang agak sepi. Di kejauhan terdengar sayup-sayup azan magrib berkumandang mengiringi perjalanan gadis yang sedang kacau hatinya itu. Pikirannya masih dipenuhi rasa marah karena orangtuanya tidak mendukung apa yang diinginkannya. ayah dan ibu gak sayang sama aku gerutunya dalam hati sambil terus melaju dengan kecapatan penuh di jalan.

Hampir setengah jam Astrid berkeliling kota menenangkan perasaannya, hingga akhirnya ia memutuskan menuju masjid besar di pusat kota untuk menunaikan sholat magrib. Astrid menuju tempat parkir motor yang ternyata sudah penuh sesak dengan kendaraan roda dua lain, sehingga cukup susah baginya mencari tempat untuk memarkirkan motornya. Karena terburu-buru akhirnya ia memutuskan untuk memarkir motornya di dekat sebuah truk kontainer yang cukup besar di pojokan. Pikirnya toh aku hanya sholat sebentar lalu pergi jadi tidak masalah melanggar sedikit peraturan ia pun bergegas menuju tempat yang dimaksud.

Saat motornya melaju santai di samping truk untuk menuju tempat tersebut, tiba-tiba dari kolong truk muncul laki-laki paruh baya yang telah selesai melakukan perbaikan pada mesin mobilnya. Astrid terkejut dan mengerem motornya mendadak, jika saja reaksinya terlambat maka lelaki itu akan terlindas oleh motor yang sedang dikendarainya. Dengan cepat Astrid turun dari motor dan menghampiri orang yang hampir dicelakakannya itu.
'Aduh pak maaf, saya gak tau kalau bapak tadi ada di kolong mobil' ucap Astrid panik sambil membantu lelaki itu berdiri.
'Gak apa-apa, bapak juga salah, gak masang tanda peringatan dulu tadi. Udah tenang aja, bapak baik-baik aja' kata lelaki itu menenangkan Astrid.
'Tapi bapak hampir mati karena saya tadi' balas Astrid gugup
'Udah jangan dipikirin. toh bapak baik-baik aja' ujar lelaki itu tersenyum.

Setelah meminta maaf berkali-kali dan memarkirkan motornya, Astrid pergi menuju masjid. Selesai sholat magrib dan isya, Astrid kembali menuju parkiran untuk mengambil motornya. Saat tiba di parkiran dirinya mendapati lelaki tadi sedang tertidur sangat nyenyak di samping mobil beralaskan kain-kain bekas. Ingin rasanya ia berpamitan tetapi tidak tega membangunkan lelaki itu, maka ia memutuskan untuk langsung pergi. Astrid sempat membaca tulisan besar yang terdapat pada sisi-sisi mobil besar itu 'Sumber Kehidupan'. Setelahnya Astrid meluncur kembali menuju jalanan.

Minggu, 20.09 WIB.
Entah apa yang membuat Astrid merasa ingin pergi melihat sekolahnya, tetapi ia turuti saja apa kata hatinya. Maka segera ia menuju sekolah setelah sebelumnya hanya berputar-putar saja melihat keramaian malam kota. Begitu tiba di depan sekolah, ia menghentikan motor di pinggir jalan dan duduk di atasnya sambil memandang gedung yang terpampang di depannya. Pikirannya segera melayang mengenang masa-masa indah bersama teman-temannya saat pertama kali kenal di kelas II SMA, dua tahun lalu

-Astrid anak pindahan, dia pindah ke SMA 28 saat kelas II- dan kini tanpa terasa ia akan segera lulus meninggalkan tempat yang telah mendidiknya selama ini. Ujian akhir akan diadakan satu minggu lagi dan besok pagi adalah pembekalan terakhir dari sekolah setelah berjalan satu bulan lamanya program tersebut. Ia membayangkan rencana-rencananya setelah lulus nanti, seperti berkuliah di Yogya walau ditentang kedua orangtuanya, belajar perfilman, dan menjadi orang yang sukses di bidang itu, lalu setelah semuanya tercapai Astrid membayangkan akan ada lelaki tampan yang melamarnya dan berumah tangga. Mempunyai anak-anak yang lucu serta bayangan-bayangan indah lainnya tentang masa depan dirinya kelak. Saat itu ia merasa bahwa dapat mencapai semua impiannya tanpa ada yang bisa menghalangi termasuk orangtuanya.

Astrid tersenyum puas lalu kembali mengendarai motornya untuk pulang ke rumah karena hatinya sudah mulai tenang.

Hari semakin larut, jalanan pun sudah sepi saat Astrid pulang melintasi perempatan jalan besar dekat sekolahnya. Di tengah perempatan tersebut terdapat patung orang sedang tersenyum sambil membawa buku pelajaran sebagai simbol bahwa daerah sekitar merupakan pusat perkumpulan kampus dan sekolah-sekolah, hanya saja kini penampilannya sudah agak rusak karena tangan-tangan jahil. Astrid melirik patung itu dan membatin tersenyum patung ini akan menjadi saksi kesuksesanku nanti, karena aku akan memperbaiki patung ini setelah semua yang kucita-citakan tercapai. Lalu setelahnya langsung memacu motornya pulang.

Minggu, 21.21 WIB.
Kedua orangtua Astrid mulai cemas karena anaknya belum pulang juga, padahal biasanya Astrid lebih senang tinggal di rumah daripada keluar pada malam hari. Ibunya sudah menghubungi teman-teman terdekat Astrid untuk menanyakan keberadaannya tetapi semuanya tidak tahu. Astrid sendiri tidak bisa dihubungi karena ponselnya dimatikan. Sedangkan ayahnya tidak henti-hentinya memandang ke luar rumah, berharap anak semata wayangnya segera datang, karena mereka akan memberikan kabar gembira padanya tentang masalah perkuliahan. Setelah Astrid pergi sore tadi, mereka berunding dan sepakat untuk mengijinkan anaknya memilih apa yang menjadi keinginannya walau dengan berat hati, karena mereka takut anaknya akan nekat jika terus-terusan dipaksa.

Setelah lama menunggu akhirnya apa yang ditunggu-tunggu datang, kecemasan langsung hilang dalam diri ayah dan ibu Astrid saat melihat buah hatinya pulang.
'Sayang, kamu darimana? Ibu kuatir kamu kenapa-napa nak' tanya ibu kepada Astrid
'Ga kemana-mana! Ya udah Astrid cape mau tidur dulu, besok kan pengayaan terakhir!' jawab Astrid kesal karena pikirnya ibunya sok perhatian.
'Astrid, ayah sama ibu mau bicara dulu sebentar, jangan tidur dulu ya. Lagi pula kamu pasti belum makan malem, yuk sambil makan' bujuk ayahnya
'Enggak, Astrid ngantuk! besok aja.' jelas Astrid lalu menuju kamarnya dan menutup pintu. Ayah berjalan hendak menuju kamar anaknya, tetapi ditahan oleh ibu
'Udah pak! jangan sekarang, besok aja kalau anak kita sudah tenang' saran ibu
'Iya…' ayah menyetujui, dan akhirnya mereka semua tidur dalam kegelisahan masing-masing.

Senin, 05.30 WIB.
'Astrid, bangun sayang! Sekarang sudah jam setengah enam, kamu telat bangun, nanti kesiangan datang ke pembekalan' sahut ibu dari luar kamar berusaha membangunkan anaknya.
'Iya bu, Astrid udah bangun!' balas Astrid dari dalam kamar.

Astrid bangun dari tempat tidurnya dan langsung ke kamar mandi. Pagi ini ia mandi agak cepat karena takut telat datang ke pembekalan. Selesai mandi dan sholat, Astrid berpakaian seragam bersiap untuk berangkat. Begitu membuka pintu, ayahnya sudah menunggu di depan kamar.
'Astrid ayah mau bicara sebentar aja, boleh ya.' bujuk ayahnya halus
'Pulang sekolah aja, Astrid udah telat!' kata Astrid yang langsung menyalami ayahnya kemudian menuju dapur untuk berpamitan pada ibunya.
'Bu, Astrid berangkat dulu!' ujar Astrid menyalami ibu
'Gak makan dulu nak? Ibu lagi buatin dadar telor buat kamu' tanya ibunya
'Nanti aja makan di sekolah, udah telat banget nih. Ya udah ya' kata Astrid yang langsung menuju garasi untuk mengambil motornya.

Langit pagi itu gelap karena tertutup oleh awan mendung yang cukup tebal. Bau hujan sudah tercium di udara menandakan langit akan segera menumpahkan butiran-butiran airnya ke bumi. Di bawah awan mendung itu seorang gadis cantik mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi di jalanan sambil sesekali melirik ke arah jam tangannya, sudah telat pikirnya. Program pembekalan sebelum ujian yang diadakan sekolahnya dimulai pada pukul 06.00 sudah telat lima menit bagi Astrid yang masih berada dalam perjalanan. Astrid pun semakin mempercepat laju kendaraannya.

Senin, 06.07 WIB.
Sebuah truk kontainer besar dengan berat sekitar satu ton melaju dengan kencang di jalanan. Mobil itu berisi muatan semen yang akan dikirim ke kota lain untuk pembangunan. Sang supir berusia sekitar 45 tahun ditemani oleh seorang teman yang duduk santai di sampingnya sambil menikmati sebatang rok*k.
'Man, ini remnya udah diberesin tah?' tanya teman di sampingnya kepada supir yang bernama Maman itu
'Udah, kemaren' jawab Maman singkat
'Oh, ya enggak cuma ngingetin aja. Eh nyetirnya pelan aja sih, jangan ngebut' saran temannya
'Maunya mah santai, tapi tadi bos udah nelponin terus katanya harus cepet' kata Maman menjelaskan.
'Oh, ya udah' ujar temannya datar, dan truk itu tetap melaju kencang.

Senin, 06.15.01 WIB.
Astrid berhenti di lampu merah perempatan jalan dekat sekolahnya. Dirinya semakin panik karena sudah sangat terlambat datang ke pembekalan. Pikirannya dipenuhi oleh bayang-bayang akan dimarahi kepala sekolah saat tiba nanti, karena kepala sekolah selalu menghukum kehadiran siswanya yang terlambat datang ke pembekalan. 'Duh lampu merahnya lama baget sih!' gerutunya pelan.

06.15.10… Truk pengangkut barang berat itu masih melaju dengan kencang dan stabil. Tidak lama lagi kendaraan itu akan melintasi perempatan jalan besar yang terdapat patung pelajar di tengahnya sebagai penghias jalan. Dari kejauhan, rambu lalu lintas menunjukan lampu hijau tanda kendaraan boleh melintas, sehingga sang supir tidak terpikir untuk memelankan laju kendaraannya. Kendaraan itu terus melaju.
06.15.23… Astrid sudah tidak sabar lagi menunggu lampu merah, pikirannya mulai kacau dan tanpa pikir panjang ia menjalankan motornya lurus ke depan menuju sekolahnya yang terletak di seberang perempatan jalan besar itu. Pikirnya dari arah samping tempatnya berada juga tidak ada kendaraan jadi buat apa menunggu lama. Butiran-butiran air mulai turun jatuh ke bumi sebagai pertanda bahwa matahari tidak akan menampakkan sinar terangnya pagi itu. Angin dingin pun mulai berhembus pelan. Astrid semakin panik dan mulai kesal karena dirasanya hari ini sangat sial. Sudah terlambat hujan pula. Ia makin bernafsu meng-gas motornya lebih cepat. Motor itu pun melaju lurus dengan kecepatan tidak wajar.
Rasa panik campur kesal yang berlebihan menyebabkan Astrid hilang kendali, motor yang dikendarainya menabrak patung simbol pendidikan yang berada di tengah jalan sehinga menyababkan motornya oleng, jatuh dan meluncur ke depan dengan cepat.

06.15.27… Supir truk itu terkejut setengah mati saat melihat motor yang dikendarai seorang gadis membentur patung penghias jalan dan jatuh tepat berada di lintasan yang akan dilalui kendaraannya. Sang supir berusaha mengerem kendaraannya sambil sebisa mungkin membunyikan klakson dengan tangannya yang gemetar, sementara teman di sebelahnya panik.

06.15.28… Perempuan itu terkapar kesakitan. Tubuhnya penuh luka memar dan gores. Motor yang dikendarainya masih menindih kakinya. Perempuan malang itu berusaha berteriak meminta pertolongan sebelum akhirnya dikejutkan dengan suara klakson yang keras memekakkan telinga. Perempuan itu menoleh ke sumber suara dan diam terpaku.

06.15.29… Truk itu semakin mendekati tubuh perempuan yang tergeletak tidak berdaya. Sementara sang perempuan terpaku diam mulutnya mengaga tanpa bisa berkata-kata. Badannya terasa dingin dan kaku. Dalam keadaan seperti itu sang perempuan sempat melihat gambar-gambar yang diputar sangat cepat di otaknya tentang cita-cita, angan-angan, teman-teman, orangtuanya, dan semua kejadian yang pernah dialaminya selama ini sampai akhirnya muncul gambaran tentang pertanggungjawaban di hadapan sang pencipta.
Truk semakin mendekat… dekat… dan…

06.15.30… _________________

Senin, 06.35 WIB.
Jalanan itu ramai dipenuhi polisi, wartawan, ratusan siswa, guru, dan orang-orang yang kebetulan melintas pagi itu. Jerit histeris dan tangis mewarnai evakuasi korban kecelakaan maut yang menewaskan seorang supir truk beserta rekannya dan seorang siswi kelas tiga SMA Negeri 28 yang tewas mengenaskan tertabrak oleh truk kontainer seberat satu ton. Pagi kelabu itu menjadi saksi bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi diluar kehendak kita. Secermat apapun kita berencana, hasil akhir tetaplah misteri.

Rumah itu ramai oleh orang-orang yang hendak mengucapkan bela sungkawa. Suasana haru terasa sangat kental menyelubungi setiap sudut ruang yang ada di sana. Di hari yang tidak terduga Astrid berpulang meninggalkan kedua orangtuanya dan semua orang dalam usia muda. Sang ibu tergeletak lemas di kamar meratapi anaknya ditemani para ibu-ibu tetangga. Sementara sang ayah berusaha tegar menyambut para pelayat yang terus berdatangan. Berbagai macam obrolan tentang kecelakaan itu pun terjadi di antara para pelayat itu.

'Jadi si Astrid itu matinya gimana?' tanya seorang pelayat kepada pelayat lain.
'Katanya sih ditabrak truk, tapi akhirnya sih truknya nabrak pohon jadi ikut mati juga supirnya' jelas pelayat yang ditanya.
'Kasian pisan ya… emang truk apa sih?' tanya pelayat lain.
'Wah saya belum dapet kabar lengkap, yang jelas mah orang-orang pada nyebutnya truk Sumber Kehidupan.'. Selesai.

Cerpen Karangan: Affiantara Marsha Yafenka
Facebook: Amy (Affiantaramarshayafenka[-at-]rocketmail.com)

تعليقات

المشاركات الشائعة من هذه المدونة

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • Bersyukurlah Kepada Tuhan

    Baca: Filipi 4:1-9 "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6) Alkitab menyatakan pada kita untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan dalam segala hal. Segala hal... Readmore

  • Ahli Waris Sesuai Janji

    Baca: Galatia 3:15-29 "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29) Alkitab berkata, "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah... Readmore

  • Jangan Jadikan Aturan sebagai Alasan

    Jangan Jadikan Aturan sebagai Alasan Markus 3:1-6 Bagi orang Yahudi, ada banyak aturan yang mengikat di dalam kehidupan mereka, yang berdasarkan pada Hukum Taurat. Salah satu tujuan dari aturan tersebut adalah untuk mewujudkan kebaikan bersama. Pada perikop ini kita melihat bagaimana orang-orang F... Readmore

  • Humor Salah Jalur

    Salah Jalur     Seorang pria lanjut usia sendang mengendarai mobil di jalan tol, tiba-tiba telpon mobilnya berbunyi. Dengan susah-payah sambil mengendari mobilnya, dia mengangkat telpon itu.     Ia mendengar suara istrinya di sebarang sana yang hendak menginggatkannya untuk berha... Readmore

  • Humor Gara-Gara Minum Kopi

    Gara-Gara Minum Kopi Ada seorang pasien sedang periksa ke dokter. Si pasien mengeluh mengenai kondisi sebelah kanan matanya yang sakit pada saat minum kopi. Pasien : "Dok.... setiap saya minum kopi dari cangkir, rasanya mata kanan saya seperti ada yang menusuk-nusuk dok." Dokter : "Oooo.... itu yah ... Readmore

  • Humor Hari Yang Sial

    Hari yang Sial Ada seorang pria sedang putus asa, hanya berdiam diri di bar selama satu setengah jam cuma memandangi minumannya. Seorang pengemudi truk langsung datang dan meneguk minuman hingga habis isi gelas itu. Si pria pemilik minuman langsung menangis. "Hei....jangan nangis begitu, dong!" seru... Readmore

  • Humor Enstein Vs Abu Nawas

    Enstein vs Abu Nawas Einstein dan Abu Nawas duduk berdampingan dalam sebuah penerbangan. Einstein mengajak memainkan sebuah permainan tebak-tebakan. Einstein: Aku akan mengajukan satu pertanyaan, jika Anda tidak tahu jawabannya maka Anda membayar saya hanya $ 5, dan jika saya tidak tahu jawabannya, ... Readmore

  • Humor Guru Bimbingan Konseling

    Guru Bimbingan Konseling      Siti baru saja di terima sebagai guru bimbingan konseling di sebuah sekolah menengah atas. Suatu hari dia melihat si Jono berdiri sendirian di pinggir lapangan belakang sekolah, sementara ada murid yang lain sedang asyik bermain bola. Karena merasa kasiha... Readmore

  • Cerpen Ketika Ingin Berubah

    ”Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini, lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku saja. Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak... Readmore

  • Cerpen 5 Menit Saja

    Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah. “Tuh.., itu putraku yang di situ,” katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu... Readmore