التخطي إلى المحتوى الرئيسي

Cerpen (Serigala Putih) Daun Dari Angin


Kalau aku mengikuti angin, mungkinkah bisa bertemu. Aku mengharapkannya. Sudah berhari-hari aku menelusuri sungai ini, tapi yang aku lihat masih belum berubah. Hari sudah semakin terik, sejenak istirahat untuk memulihkan staminaku.

Tak ada yang bisa kulakukan selain menikmati indahnya susunan pepohonan dan semak-semak. Berhari-hari, aku tak bisa bilang bosan. Saat malam tiba pun pepohonan yang pekat itu berubah warna menjadi lebih gelap. Sinar kunang-kunang membuat mereka terlihat lebih ceria.

Dingin sekali malam ini, lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Aku putuskan untuk berhenti dulu agar stamina dan suhu tubuhku tidak termakan oleh angin malam yang mencekam ini. Kuselimuti diriku dengan bulu tebal yang ada di seluruh tubuhku.

*SREK*

Tiba-tiba aku terbangun karena telingaku menangkap sesuatu yang harus membuatku siaga. Dari kegelapan malam di antara pepohonan itu, aku melihat sesuatu. Mata yang mirip denganku.

'Hm, aneh sekali bisa menemukan makhluk sepertimu di sini,' gerammya sambil sedikit mengintimidasi.

“Apa maksudmu?” Jawabku.

“Kami tinggal di daratan tinggi di sana dan coba lihat, bagaimana mungkin aku menemukanmu? Sepertinya kau berjalan dari tempat yang jauh,” Curiganya.

“Ya, aku berjalan cukup jauh,' jawabku membuatnya lebih heran.

Dia terlihat sedikit kesal dan bingung. Dia terlihat berbeda dariku. Bulunya berwarna coklat keemasan dan putih di bawahnya. Pejantan yang sudah cukup dewasa menurutku.

Sepertinya dia tak ingin berlama-lama di sini. Setidaknya aku juga perlu istirahat sebentar lagi. Dia pun berbalik dan memasuki hutan malam itu lagi. Sampai akhirnya si kuning bulat panas yang agung kembali ke tahtanya.

Sebenarnya aku tidak tahu harus kemana. Aku hanya mengharapkan sesuatu dari sungai yang aku ikuti ini. Ternyata harapanku lumayan terjawab, buktinya aku telah menemukan sebangsaku yang mengatakan kalau kawanannya ada di dataran tinggi di sana. Mungkinkah aku mengikuti angin saja.

Tak berapa lama kemudian, aku mendengar lagi langkah kaki yang sama dengan langkah yang membangunkanku kemarin.

'Hei, si bulu aneh!' Sapanya, 'Bagaimana kalau ku antar kau ke kawananku, aku sudah selesai dengan urusanku, nih.'

'Ya, boleh saja,' ujarku sedikit senang.

Jalurnya tidak cukup berubah, tinggal menyusuri aliran sungai ini, kemudian nanti terlihat jalur-jalur telapak kaki yang perlu diikuti sampai masuk kembali ke dalam hutan.

Perjalanan masih cukup jauh, katanya. Semua berjalan dengan tenang dan damai sampai instingku membisikkan sesuatu. Hidungkupun merasakannya, mungkin dia juga. Baunya tidak asing bagiku. Entah mengapa aku langsung berlari ke arah bau itu. Teman seperjalananku mengikuti gerakkanku.

Ya, tidak salah lagi, tubuh dingin itu cukup sering ku lihat, orang mati. Seram sekali musuh orang ini, tubuhnya di robek-robek sampai terlihat organ dalamnya, tangannya tak bisa kutemukan, wajahnya juga banyak bekas cakaran. Selain itu di sekitar mayat itu berbaring, terlihat banyak bekas goresan. Dari bekas cakar yang bisa di pohon, mungkin lawannya adalah beruang. Satu lagi, aku pernah melihat benda lonjong yang berserakan di samping mayat itu, kalau tidak salah dapat membunuh hewan dari jarak yang cukup jauh. Mungkin itu alasan si beruang menyerang.

Aku mengikuti bau beruang yang samar-samar, temanku juga mengikuti. Tidak jauh, aku melihat bayangan hitam besar, tentu saja, itu si beruang. Ternyata tidak cuma seekor bayangan, dua bayangan kecil nampak pula.

*DEG*

Sial! Tekanan ini, beruang besar itu mengetahui keberadaan kami. Entah kenapa keempat kakiku terasa berat sementara beruang itu melompat ganas ke arah kami.

*DOR*

Apa? Apa itu? Beruang yang hampir menerkam kami tiba-tiba terkapar. Terkanan tadi tiba-tiba hilang. Aku memperhatikan. Keadaan dua bayangan beruang kecil tadi dalam kondisi yang sama dengan bayangan besar yang ada di hadapan kami. Tidak, bayangan kecil di sana sudah lama di sana..

'Kenapa kau tidak langsung lari mendengar sesuatu yang berbahaya seperti itu? Entah kenapa aku terbawa dengan aksimu,' kata temanku bingung.

'Aku tidak begitu merasa terancam,' tenangku.

'Benarkah?' Herannya.

*DOR*

Sesuatu baru saja lewat di depan mataku. Aku bisa melihat benda itu berasal jauh sekali dari arah kiriku. Kemudian aku lari ke balik pohon untuk berlindung dari benda yang sama.

Saat aku sudah di balik pohon, ternyata aku melewatkan sesuatu. Aku ceroboh. Tidak ada yang bisa kulakukan lagi. Benda yang merobohkan beruang dan melewati mataku itu mengenai teman seperjalananku. Sial.

Apa yang harus kulakukan. Darahku tiba-tiba meluap, tapi kemudian tenang kembali. Perjalananku harus kulanjutkan. Aku tak ingin meninggalkan teman seperjalananku. Kupikir di sana ada teman-temannya yang sedang menunggu.

Aku kembali menyusuri jejak yang kami tinggalkan. Jalan sudah mulai menanjak. Mungkin hampir sampai, hidung dan instingku berkata begitu. Cukup lelah karena aku juga membawa temanku. Dari balik pohon dan beberapa tanah yang cembung keluar makhluk yang warnanya mirip dengan temanku. Semuanya terlihat terkejut melihatku, tapi kebingungan dengan temanku yang masih kuseret. Satu dari mereka, sepertinya pemimpin mereka, mendekatiku. Dia lalu menendus-endus temanku yang kuletakkan di depannya. Tiba-tiba raut wajahnya berubah, marah dan takut, sepertinya aku mengerti emosi itu. Tentu saja, yang bisa kubawa hanya tubuh dan darah ini saja. Mungkin yang kuperbuat salah. Mungkin aku dapat melihat pemandangan yang di lihat beruang tadi. Cuma mungkin, semua kemungkinan itu kubuat agar aku lebih tenang menghadapi keadaan ini.

Sepertinya sekarang aku cukup memutar badanku kemudian melangkahkan kakiku. Kembali mengikuti angin. Ya, itu membuatku sedikit lebih tenang. Aku menyusuri pepohonan lagi kembali ke alur sungai yang sudah menemaniku beberapa hari ini.

Aku pun sudah berada di daerah aliran sungai dan sepertinya aku bukan yang pertama. Aku melihat beberapa orang sedang beristirahat di pinggir sungai. Saat menyadari jarakku yang tidak begitu jauh dari mereka, tiba-tiba benda lonjong yang berlubang di tengahnya langsung mereka pegang dan mengarahkannya kepadaku. Aku sudah bersiaga dari tadi.

Beberapa saat kami terdiam mencari waktu yang tepat untuk menyerang. Salah satu dari mereka bergerak, sedikit maju kemudian menggerakkan jari telunjuk seperti menekan sesuatu..

*DOR*

Cih, sesuatu yang keluar dari benda panjang itu menyerempet salah satu mataku. Aku langsung melompat dan berusaha menggapai salah satu dari mereka, sialnya gerakkanku tak secepat benda panjang itu.

*DOR DOR DOR*

Untunglah tidak ada yang melukaiku cukup serius. Aku masih bisa berdiri sementara mereka memasukkan sesuatu ke benda panjang itu. Aku langsung menerkan salah satu dari mereka. Aku ternyata tidak begitu cepat sampai ada yang memukulku, cukup untuk membuatku terlempar ke sungai. Sudah kuduga, aku ikuti angin saja. Arus sungainya cukup deras untuk menyeretku kabur dari mereka. Aku, tak bisa lagi menahan kelelahanku, mataku sudah bosan melihat sungai ini, kemudian tertutup

*JDUG*

Ah! Benturan itu membuatku terbangun. Entah sudah berapa lama mataku tertutup.

'Hei, Eric! Bagaimana perjalananmu?' Tiba-tiba seekor makhluk yang mirip denganku menyapaku.

“Oh! Kau, tidak seberapa, ku pikir aku melakukan kesalahan,” Jawabku, 'Bagaimana kau bisa ada di sini?'

“Aha, tidak-tidak, aku tidak ada di sini.'

“Oh… ya, tentu saja, sudahlah, aku belum bisa bertemu denganmu.'

“Aku tahu, sudah ya!' Bayangan makhluk itu pun pelan-pelan menghilang dan memperlihatkan pemandangan yang begitu asing bagiku. Tentu saja, aku terdampar setelah di seret aliran sungai beberapa waktu yang lalu.

Aah, aku tak ingin menyesal. Sekarang aku bisa kembali mengikuti angin. Menuju ke sebuah tempat yang kuinginkan. Ya, tempat dimana aku bisa duduk bersantai dahulu, tolonglah, aku sudah lelah.

“Ah, sudahlah, mengikuti angin ternyata tidak seburuk pikiranku,” tenangku dalam senyap.

Cerpen Karangan: Renaisan Salman
Blog: puisirnaisan.blogspot.com

تعليقات

المشاركات الشائعة من هذه المدونة

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • Rahasia Pulau Mati

    “Wow! Ini pasti sangat mengasyikkan” sorak Finn kegirangan. “Ya, aku tau ini pasti mengasyikkan. Sangat-sangat mengasyikkan” tambahnya sambil berlari-lari kecil seperti anak berusia dibawah 5 tahun yang mendapatkan permen. “Ini liburan musim panas yang akan sangat me... Readmore

  • Hantu Pocong

    Perkenalkan aku Caca, kali ini aku akan menceritakan secara singkat sedikit tentang pengalaman horor aku di rumah. Waktu itu aku masih SD, di rumah aku tinggal bersama Ibu dan Kakak perempuan aku karena Ayah aku bekerja di Ibu kota. Menjelang siang Tante aku suka ke rumah hanya untuk membantu pek... Readmore

  • Perkemahan di Sekolah

    Tanggal 18 Januari 2014, aku mengikuti PERSAMI (Perkemahan Sabtu Minggu) di sekolah, yaitu di SMP N 26 Batam. “Kakak… sudah beres semua, kalau sudah beres segera berangkat, nanti telat!” seru mamaku disertai desakan. “Sudah ma… hah! sekarang sudah jam 14.50”... Readmore

  • Perkemahan Yang Menakutkan

    Hari ini adalah hari terakhir bagi anggota Pramuka SMP Negeri 29 untuk berlatih sebelum besok berangkat kemah di Candika. Semua perlengkapan yang diperlukan sudah siap dalam tas kami masing-masing. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 yang berarti latihan hari ini telah usai, seperti biasa sebelum... Readmore

  • Anak Allah :Menerima Wasiat

    Baca: Ibrani 9:11-28 "Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu." (Ibrani 9:16) Secara umum arti kata 'wasiat' adalah pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal. Biasanya wasiat berkenaan dengan harta kekayaan yang hendak diwar... Readmore

  • Sudahkah Kita Berbuah (2)

    Baca: Yohanes 15:1-8 "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8) Hidup yang berbuah adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. Itu sebagai tanda bahwa kita ini adalah murid-muridNya. "...hasilkanlah ... Readmore

  • Pembalasan

    Sore itu, hujan yang beradu dengan angin menghantam di sebuah daerah perumahan yang terbilang masih layak huni. Petir sesekali melontarkan geramannya, gelap menyelimuti langit walau matahari sebenarnya masih bersembunyi di baliknya. Terdapat rumah sepi berlantaikan keramik dan bertingkat dua yang... Readmore

  • Memecahkan Misteri di Sekolahku

    Nama gue Lianti syanastasya. Lo semua boleh panggil gue Lianti atau Syanas. Gue sekolah di salah satu SMP swasta di Jakarta utara. Cerita ini gue ambil dari kisah sekolahan gue yang kata orang sih bekas rumah sakit dan katanya juga sih angker, tapi sekolah nih yang jadi inspirasi gue. “Woy... Readmore

  • Yang Mengetik Tengah Malam

    Angin kencang menyapu sebuah komplek warga perkebunan teh. Menambah dingin suhu yang memang sudah dingin. Seusai Magrib tak ada manusia yang mau menembus cuaca pegunungan. Yang bisa membuat tulang kesakitan karena kaku, dan darah membeku. Warga yang didominasi oleh pekerja pabrik dan kaum wanitan... Readmore

  • Sekumpulan Makhluk Aneh

    Malam itu tiba-tiba menangkapnya. Tanpa bintang, tanpa bulan, hanya kegelapan. Sambil memegangi sebuah lilin yang menyala, gadis itu berjalan menuju luar rumah. Ia tidak dapat melihat, karena listriknya sedang mati. Ia sempat menabrak beberapa perabotan, seperti kursi atau meja. Namun, pada akhir... Readmore