التخطي إلى المحتوى الرئيسي

Cerpen Skenario Terindah


     Matahari di kota Jogja pagi ini seolah tersenyum menyapa ku dengan begitu manisnya. Semanis hatiku yang saat ini sedang berbunga-bunga, karena kemarin aku baru saja lulus sidang skripsi dengan predikat sangat baik. Aku sangat bersyukur karena aku bisa lulus tepat waktu. Tinggal bagaimana aku mengejar mimpi-mimpiku berikutnya, yaitu aku ingin melanjutkan study S2 ku di luar negeri. Dihari Minggu yang cerah ini aku berencana untuk berjalan-jalan ke Toko Buku yang berada di perempatan kota.Aku ingin membeli beberapa buku tentang kepenulisan untuk menambah beberapa koleksiku yang juga berjejer rapi di rak buku kamarku.

     Memang sejak beberapa tahun terakhir ini aku sedang sangat menyukai dunia tulis-menulis. Dan beberapa karyaku tersebut sudah dimuat di beberapa koran lokal dan nasional, seperti puisi atau pun essay. Selain itu aku juga gemar menulis cerpen, pernah beberapa kali lolos dalam ajang lomba karya tulis fiksi yang diadakan ditingkat daerah maupun nasional. Maka dari itu, semakin hari aku semakin bersemangat untuk terus menggali potensi yang sedikit demi sedikit mulai muncul dalam ide-ide ku, untuk kemudian bisa melahirkan karya-karya baru berikutnya.

     Jarak antara kost-ku dengan toko buku terkenal, terbesar, dan terlengkap di kota Jogja ini tidak terlalu jauh, hanya dengan 10 menit aku telah sampai di Toko Buku tersebut dengan mengendarai motor matic kesayanganku. Sampai dilantai tiga, tempat dimana buku-buku sastra di pajang, aku langsung sibuk mengamati beberapa buku yang mencuri perhatianku. Termasuk buku kumpulan cerpenku pun berada dideretan atas rak buku dalam toko tersebut. Bangga sekali rasanya, seorang yang mengawali hobby nya dari modal nekad dan keyakinan sepertiku bisa membuat Antologi cerpen seperti sekarang.

     Ku lihat salah satu buku karya Imam Musbikin yang berjudul "Karena Anda Bertakdir Kaya". Buku tersebut berisi panduan merancang tujuan hidup, serta panduan memahami motivasi dan metode untuk menjadi seorang enterpreneurship. Sepertinya cocok dengan misiku yang sedang mencari jati diri menuju masa depan yang mandiri dengan memanfaatkan potensiku yang ada sekarang ini untuk mewujudkan mimpi-mimpiku kedepan.

     Aku mulai tertarik dengan buku tersebut, maka ku ambil dan ku baca sekilasnya narasinya. Aku mulai berpikir dan terhanyut dalam khayalanku. Semangatku mulai berkobar untuk terus maju berkarya dalam bidang sastra ini. Tapi tiba-tiba seseorang disampingku menoleh dan menyapaku.

"Hallo Tika, belanja ya?" senyumnya ramah.

     Aku pun reflek menoleh ke arahnya. Beberapa detik ku amati siapa dia, sepertinya wajahnya tersebut tak asing lagi bagiku. Aku mencoba memutar memoriku sedikit ke belakang. Astaga, apa aku tidak salah liat? Benarkah aku tidak salah orang? Benarkah ini dia?

"Ka..kak.." kataku terbata-bata.

"Iya, ini saya. Tidak disangka kita akan bertemu lagi disini. Bagaimana kabarmu?"

     Tidak salah lagi, dia lah laki-laki yang selama ini berusaha ku hapus namanya dari ingatan ku. Laki-laki yang selama ini bayangannya selalu ingin ku buang jauh-jauh dari pikiranku. Dia lah Muhammad Ikhsan, kakak tingkatku di kampus yang hampir selama tiga tahun ini menjadi bayang-bayang dalam pedihnya hatiku.

"Alhamdulillah baik, kakak bagaimana kabarnya?" tanyaku gugup.

"Luar biasa, Alhamdulillah baik. Lama sudah tak pernah berjumpa, kamu jauh berbeda sekarang."

     Aku hanya mampu tersenyum menanggapi ucapannya. Apa maksudnya berbeda? Apa aku terlihat sangat buruk sekarang setelah dia berhasil menghancurkanku, meluluh lantakkan hatiku? Aku hanya menjawab semua pertanyaannya dengan biasa-biasa saja, sambil berusaha menutupi gejolak hatiku yang luar biasa ini.

     Lama sudah tak pernah ku dengar kabarnya. Bukan benar-benar tak mendengar, tapi aku memang sangat tak ingin mendengar apapun tentangnya. Meski kabar yang mengatakan bahwa selepas wisuda S1 nya kemarin dia langsung mendapat beasiswa S2 di Amerika Serikat tak bisa begitu saja luput dari pendengaranku.

     Tapi kenapa sekarang dia ada di Jogja? Ah, mungkin saja dia sudah selesai menyelesaikan study nya disana, mankanya dia sudah berada di tanah air. Tapi dimana pacarnya yang mahasiswa Akademi Kebidanan itu? Aku tak melihatnya disekitar Kak Ikhsan. Kenapa pacarnya tak diajaknya berbelanja juga? Mungkin saja pacarnya sedang repot mengurusi urusannya sehingga tak ikut keluar dengan Kak Ikhsan, tebakku sekenanya.

"Tika, kamu masih tinggal di kost yang dulu apa sudah pindah?" selidiknya. Karena memang dulu Kak Ikhsan ini pernah beberapa kali bertandang ke kost-ku.

"Masih ditempat yang dulu kak. Hmm, sudah siang, aku harus segera pulang. Senang bertemu denganmu. Sampai jumpa" Jawabku singkat dan mengakhiri pembicaraan serta pertemuan ini.

"Oh, Ok. Hati-hati." Dia sedikit berteriak sambil pandangannya tetap tertuju padaku.

     Aku pun langsung pergi meninggalkannya di toko buku tersebut. Aku tak mau dia membaca mimik wajahku yang tak mampu menahan gejolak hatiku, yang tak mampu ku pungkiri lagi, luka yang selama ini ku balut rapi kini kembali terkuak dan bernanah. Sepanjang perjalanan pulang pikiranku menjadi terfokus padanya, meskipun sebenarnya aku tak mau memikirkan dia lagi. Sudah cukup. Mungkin ini hanya kebetulan saja aku bertemu dengannya di toko buku tadi. Aku harus melupakannya dan menelan pahit kenyataan yang memang mau tidak mau harus aku hadapi.

     Muhammad Ikhsan, asal Madura kelahiran 21 Juli 1988. Aku mengenalnya sejak aku bergabung di sebuah UKM yang bergerak dalam bidang kepenulisan dan jurnalistik di kampusku. Dia adalah seorang mahasiswa mempunyai segudang mimpi dalam hidupnya, dan juga seorang aktivis juga jurnalis yang cukup produktif di bidangnya. Karena itu, dulu aku sangat mengaguminya. Mengagumi semangat dan prestasinya. Seorang penulis berita tetap di salah satu surat kabar nasional, beberapa essay dan karya ilmiahnya pun selalu menjadi juara dalam berbagai kompetisi kepenulisan. Jujur, aku bisa berkembang dalam bidang tulis menulis seperti sekarang ini pun dimulai dari inspirasi, motivasi, dan bimbingan darinya.

      Dulu kami sempat menjalani hubungan yang lebih dari sekedar hubungan senior dengan junior, dan bahkan hubungan yang lebih dari sekedar teman. Hubungan itu berjalan selama kurang lebih satu semester. Kami mulai dekat semenjak intensitas pertemuan kami menjadi semakin sering, karena kebetulan saat itu kami terlibat dalam sebuah projek karya ilmiah bersama. Setelah itu pun menjadi berlanjut, meski akhirnya harus berpisah juga. Kisah itu begitu singkat tapi sangat berkesan dalam sejarah hidupku. Karena dia lah pacar pertamaku, dan aku lah pacar pertamanya.

      Dia lah pacar pertama yang aku harapkan menjadi pacar pertama dan yang terakhir dalam hidupku. Diawal hubungan kami dulu, kami berkomitmen untuk sehidup semati, dan menjadikan hubungan kami bukan hanya hubungan pacaran, melainkan hubungan yang lebih dari itu. Aku begitu mempercayainya dulu, sampai aku tak pernah memikirkan arti dari keacuhannya yang jarang memberikan perhatian padaku. Karena aku pikir dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, dan aku takut akan mengganggunya.

      Disaat aku merasa memiliki teman seutuhnya, ternyata dia memutuskan hubungan kami begitu saja dengan alasan dia akan fokus pada skripsi dan belajarnya saat itu. Karena alasan itu, aku tak mampu menolak. Aku menerima semua keputusannya begitu saja, dengan mengira meski kami tak punya status hubungan lagi tapi perasaan kami akan tetap sama, dan berharap jika urusannya telah selesai kami bisa memulai kembali yang telah berakhir ini.

      Ternyata aku salah besar. Dibelakangku dia punya pacar baru, seorang mahasiswa Akademi Kebidanan yang juga berasal dari daerah Madura, alias satu kampung halaman dengannya. Tak kuasa aku membayangkan kembali betapa hancurnya hatiku saat itu ketika tahu tentang keadaan yang sebenarnya. Semua mimpi yang aku buat bersamanya harus kandas begitu saja menjadi asa yang tak bernyawa. Alasan yang dia berikan padaku tak sesuai dengan fakta yang ia tunjukkan. Benar-benar remuk hati ini.

      Tapi aku tak mau terus menerus larut dalam kesedihan. Aku mencoba bangkit dengan membesarkan hatiku sendiri. Meski aku harus merendahkan hatiku dengan fakta-fakta yang memang benar adanya. Pacar Kak Ikhsan sekarang adalah seorang calon Bidan yang pastinya punya masa depan yang cerah, dari keluarga yang berada, dan yang pasti cantik. Sedangkan aku saat itu hanya seorang mahasiswa semester dua yang biasa-biasa saja, tak punya prestasi, dan dari keluarga yang begitu sederhana. Benar-benar tak ada yang bisa dibanggakan dari diriku. Yah, wanita itu mungkin memang lebih pantas bersanding dengan Kak Ikhsan yang hebat dengan segudang prestasinya tersebut.

      Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Ketika aku sedang membaca buku dikamar, temanku memberi tahuku bahwa ada tamu yang ingin bertemu denganku. Cepat-cepat ku rapikan diriku dan keluar menemui tamuku tersebut. Tak biasanya ada tamu yang datang menemuiku jam segini, karena jam segini teman-temanku tahu aku akan memulai aktivitas rutinku, yaitu menulis. Tapi tamu tersebut harus tetap ku temui, siapa tahu penting.

     Saat ku sampai diruang tamu, ternyata sosok berjaket hitam putih yang sedang duduk sambil memegang handphone tersebut adalah Kak Ikhsan. Aku sangat terkejut melihatnya. Ada apa gerangan dia datang kemari? Apa dia ingin memperkenalkan pacarnya itu padaku? Tapi dimana dia? Lagi-lagi aku tak melihatnya.

"Kakak, ada apa gerangan? Maaf lama menunggu..! sama siapa kesini?" tanyaku tak beraturan saking gugupnya.

"Maaf, kakak datang di jam istirahat begini. Kakak sendirian kok. Sibuk Dik?" dia berbalik tanya.

"Hmmm, tidak kok." Jawabku bohong. Karena memang biasanya aku jam segini mulai sibuk didepan laptopku.

     Setelah berbasa-basi ria akhirnya dia mengutarakan maksud kedatangannya yang sesungguhnya. Dia ingin mengajakku makan malam, sebenarnya aku sudah menolaknya dengan berbagai alasan. Tapi ternyata dia juga mempunyai seribu alasan agar aku mau menerima ajakannya tersebut. Akhirnya aku luluh dan pergi makan malam bersamanya.

      Dia mengajakku pergi makan malam di tempat pertama kali dulu dia memintaku untuk menjadi teman spesial dihidupnya, meski sekarang nyatanya semua itu hanya omong kosong belaka. "Ngeband Resto", itu salah satu rumah makan paling romantis di Jogja. Sungai-sungai kecil mengalir disana, suara-suara binatang malam yang merdu di telinga, di padu dengan lampu yang temaram membuat suasana begitu syahdu. Tapi kenapa dia mengajakku kesini lagi?

"Masih ingat saat adik kesini pertama kali?" tanyanya.

"Tentu saja, bagaimana bisa aku melupakannya?" jawabku sedikit sewot.

"Aku tahu mungkin kebencian adik padaku sekarang begitu dalam ya? Aku mengerti Dik. Bahkan aku sampai takut untuk meminta maaf padamu."

     Dalam hati aku barkata, "Apa-apaan? Masak minta maaf aja takut. Benar-benar tak bertanggung jawab."

     Dia makan menu yang dihidangkan dengan begitu lahap, sedangkan aku hanya memakannya sesekali. Ada sedikit keraguan dan tidak nyaman dalam hatiku sekarang. Terasa ada yang mengganjal, akhirnya ku keluarkan saja unek-unekku tersebut.

"Pacar kakak dimana kok nggak diajak? Jangan membuatku tidak enak seperti ini kak, karena jujur saja aku menjadi tidak nyaman pergi berdua saja denganmu seperti ini."

"Huk huk huk.." dia tersedak.

"Pelan-pelan donk makannya, jangan buru-buru seperti itu." Sergahku.

"Apa tadi adik bilang? Pacar? Pacar yang mana Dik?" dia malah terlihat bingung.

"Ya pacar kakak yang dulu mahasiswa kebidanan itu?" jawabku polos.

"Adik, kakak itu nggak punya pacar. Selama ini kakak fokus pada study dan kerjaan kakak. Sampai-sampai tidak sempat untuk memikirkan hal itu."

      What? Nggak salah? Berarti selama ini dugaanku salah? Astagaa.. Akhirnya dia bercerita bahwa benar dulu dia menjalin hubungan dengan Bidan tersebut, tapi dia harus berangkat ke AS untuk study S2 nya selama 2 tahun. Karena dirasa terlalu lama jika harus menunggu Kak Ikhsan hingga selesai, orang tuanya mendesak Bidan tersebut untuk segera menikah dengan laki-laki yang sudah mapan, bukan laki-laki yang belum jelas perkerjaannya seperti Kak Ikhsan saat itu.

      Aku benar-benar belum bisa percaya. Keluarga Bidan tersebut telah menolak seorang Dosen lulusan luar negeri seperti Kak Ikhsan? Disatu sisi aku begitu bahagia karena kesempatanku untuk merangkai kembali kisah kami yang sempat tertunda menjadi sedikit terbuka. Tapi aku juga takut kalau ini hanya akan menjadi asa ku yang tak pernah tersampaikan dan aku takut kalau ternyata aku harus menelan pil pahit yang sama seperti dulu.

     Tak dapat terpungkiri kalau sebenarnya hati ini tak pernah benar-benar bisa melupakannya. Dan perasaan cintaku tak pernah benar-benar hilang dari hatiku. Kakak, tahukah dirimu bahwa diriku masih seperti yang dulu? Masih menginginkanmu untuk menjadi teman hidupku?

"Kapan adik pulang kampung?"

"Weekend Insya Allah."

"Kakak ikut adik pulang kerumah ya?"

"Hah, ngapain?"

"Kakak ingin secepatnya meminangmu dik."

     Serius? Bagai disambar gledek malam hari, aku hampir tak percaya dengan ucapannya barusan. Seakan ingin penegasan aku pun berkata, "Kakak serius?"

     Dia memegang kedua tanganku dan menatap mataku dalam. Jantungku serasa ingin keluar dari jalurnya. Berdegub-degub kencang tak karuan.

"Maafkan kakak dik, kakak tidak bisa memungkiri bahwa ternyata adik lah yang terbaik selama ini. Tak perah kakak temui wanita sebaik, sehebat, dan sekuat adik. Whould you merried me?"

      Aku benar-benar tak mampu berkata-kata lagi. Lidah ku kelu walau hanya ingin mangucapkan satu kata, "Ya". Akhirnya aku hanya mampu menganggukkan kepalaku perlahan. Tak mampu kusembunyikan kebahagiaan dihatiku ini. Akhirnya butiran air mataku mengalir membasahi pipiku. Kak Ikhsan mencium kedua tanganku penuh kehangatan dan menghapus air mata dipipiku dengan jemari lembutnya penuh kasih.

     Tak henti-hentinya ku lafadzkan kesyukuranku pada Yang Maha Kuasa. Yang telah merancang skenario untuk kami dengan bingkai yang begitu indah. Sesungguhnya Dia lah Sutradara terhebat di jagad raya, skenario ceritanya adalah yang paling indah. Terima Kasih Tuhan.

      Di Malam Minggu yang begitu indah itu Kak Ikhsan melamarku pada kedua orang tuaku. Sebulan kemudian kami pun resmi menikah. Dan bulan madu akan kami laksanakan di AS kurang lebih selama dua tahun mendatang.

      Yah, dia membawaku ke AS setelah mendapatkan beasiswa study Doctor nya disana. Rencananya dia akan melanjutkan study Doctor nya sedangkan aku aku melanjutkan Master ku di Universitas yang sama dengannya, tepat seperti mimpiku dulu yang ingin melanjutkan study ke luar negeri. Sebenarnya ini juga yang menjadi pertimbangan kami menikah secepat mungkin, karena dikejar oleh jadwal keberangkatan kami ke AS yang harus segera menyesuaikan.

      Syukurlah, sekarang dia telah menjadi milikku seutuhnya. Menjadi teman hidupku untuk selamanya. Bukan hanya cinta yang semu tapi cinta yang haqiqi yang akan selalu abadi. Percayalah, bahwa skenario Tuhan adalah cerita terindah untuk hidup kita.

Penulis: Kartika D. Astuti


تعليقات

  1. Sering kalah bermain poker dan domino di poker online lain yaa bosku?

    Segera bergabung dan bermain di "SARANA PELANGI SALAH SATUNYA AGEN JUDI DOMINO QQ , BANDAR POKER DAN BANDARQ 99 TERPERCAYA DAN TERBESAR SEASIA".

    7 Games 1 User Id , Bonus Turnover / Cashback 0.5% Dibagikan Setiap Harinya , Bonus referral 20% Seumur Hidup Dibagikan Setiap Minggu dan Dengan Kartu Yang Baik Untuk Kemenangan Anda Setiap Harinya.

    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami di SARANAPELANGI atau melalui android kami.

    - Minimal Deposit & Withdraw : 20.000,-
    - Website : http://bit.ly/2ERo4hT (saranapelangi<.dot>link)
    - BBM : 2B47BB9C
    - Line : csnini
    - CALL (Whatsapp) : +85581508599

    Silahkan di coba yaa bosku & Salam Hoki Selalu !!:)

    ردحذف

إرسال تعليق

Informations From: Omnipotent

المشاركات الشائعة من هذه المدونة

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • BuatKu Menjadi Lebih

    Saat Ku Memandang WajahMu Saat Ku Di DekatMu Dan Kini Di Saat ku Berjalan BersamaMu Kasih Kurasakan Tepat Di Hatiku Inilah Hatiku Selalu Puas Dan Lega Kau Buatku Merasakan Indahnya Bersamamu Suka,Duka,Rasa itu Bagai Pelangi Butiran Kasih Yang Tercurah Di Hatiku Buat Hatiku Sej... Readmore

  • Apes Ban Motor Pecah

      Cerita Dan Cerita lagi,Kisah Dan Kisah Lagi,Benar Hidup Tak Lengkang Oleh Sebuah Kisah Yang mengalir Bak Seperti Siklus Air Yang Timbul Dari Mata Air,lalu Mengalir Ke Sungai,Lalu Bermuara Ke Lautan,Naik Ke Atas Awan Dan Akhrinya Turun Pada Para Pembaca Semua. Kisah Kali Ini Adalah... Readmore

  • Hal Utama Pekerja Dan Pemain

      Sebagai Seorang Pekerja Yang Utama Adalah Kerjakan Dahulu.Barulah Yang Lainnya Akan Kamu Dapatkan.Seperti Allah Yang Bekerja Dahulu Membuat Segala Halnya.Barulah Mereka Tahu Allah Yang Telah Memperkerjakan Semua Halnya Yang Ada.Dan Hasilnya Pujian Dan Sukacita Bagi Allah,Dari Segala Halny... Readmore

  • Jalan Sulit Tapi Biarlah

      Jalan,Jalan Yang Di Tempuh Terasa Tak Semudah Itu Seperti Yang Terbayangkan Walau Dunia Di Buat Mudah Kurasa Sulit,Kurasa Sukar Walau Ada Dunia Maya Tak Semudah Ku Membalikkan Telapak Tangan Jalan,Jalan Terus Berjalan Tak Terlihat,Tapi Biarlah Kuja... Readmore

  • Cinta Tak Ingin Di Ketahui

      Ku Tahu Aku Saat Aku Di DekatMu JatungKu Berdugup Kencang Terhinti Sejenak Saat Kau Sapa Aku Ku Tahu ini Rasa Cintaku Tapi Ku Diamkan Saja Tak Ingin Aku Di Ketahui Bahwa Cintaku Tak ingin Di Ketahui Ku Takut Akan Patah Hati Ku Takut Karena Ini Baru K... Readmore

  • Sadar Dalam Kemewahan

      Syalom Sodara Terkasihi,Yang Di Kisahi Allah.Tuhan Melihat Apa Yang Tidak Di Lihat Manusia,Yaitu Hati,Janganlah Kamu Bermegah Di Dalam Manusia Yaitu  Di Dalam Hati Kamu,Karena Tuhan Melihat Akan Hal itu.Sebab itulah Hendaklah Kita Bermegah Di Dalam Tuhan,Bukan bermegah Di Dalam... Readmore

  • Manusia Bagaikan Butiran Pasir

      Manusia Bagaikan Butiran Pasir Yang tersapu Oleh Air Lautan Ke Daratan Lalu Menjadi Tanah-Tanah Yang Subur Di Bibir Pantai.Itulah Orang-orang Yang Benar Yang Menuruti Kehendak Bapa Yang Di Surga,Mereka Akan tumbuh menjadi Tanah Yang Subur,Jika Mereka mengikuti kehendak Bapa Maka mereka A... Readmore

  • Air Hidup

      Syalom Sodara Seiman Yang Di Kasihi Allah,Air Adalah Sumber Kehidupan Dan Kita Tahu Akan Hal Tersebut.Dan Juga Akan Hal Udara Dan Nafas Kehidupan Itulah Sumber Dari Kehidupan Pula.Dan Jika Di Perhatikan Keduanya Adalah Kesatuan,Jika Di Lihat Air Terdiri Dari Udara Sebab Itu Di Lautan... Readmore

  • Seribu Jalan Tak Berarti Tanpa Jalan Tuhan

      Syalom Yang Di Kasihi Allah,Kita Tahu Akan Pribahasa Banyak Jalan Menuju Roma,Dan itu Benar Adanya.Tetapi Jalan Yang Mana Akan Kamu Pakai Supaya Tepat Sampai Menuju Roma,Tentu Kamu belum Tahu Akan Hal itu Maka Dari Itu Kita Butuh petunjuk Jalan tuhan Agar Sampai Pada tujuan. Dan J... Readmore

  • Orang Yang Serakah Adalah Lintah

      Amsal 30:15 Si Lintah Mempunyai Dua Anak Perempuan:”Untukku”dan”Untukku”Ada Tiga Hal Yang Tak Akan Kenyang,Ada Empat Hal Yang Tak Pernah Berkata:”Cukup!” Syalom Sodara Yang Terkasih,Lintah Adalah binatang Yang Suka Menghisap Darah Dan Jika Dia Menghisap Darah,Tidak Bisa Di ... Readmore