التخطي إلى المحتوى الرئيسي

Cerpen Ririn, Taka dan Demensia


Ririn tampak gelisah melirik jam di tangannya, sudah dua puluh menit berlalu sejak Taka pamit ke toilet, diraihnya telpon genggam dari dalam tas tangannya tampak wajah Taka memenuhi layarnya, wajah yang selalu bisa membuatnya tersenyum.

“Apa? Kamu serius Rin?,” Ana tampak terkejut saat Ririn menceritakan tentang hubungannya dengan Taka. Ia berharap Ririn hanya bercanda, namun Ririn justru mengangguk dan tersenyum begitu bahagia.
“Kamu tahukan gimana Taka?,” Tanya Ana masih tak percaya.
“An, cinta itu masalah perasaan dan saat ia datang tidak seorang pun yang bisa menolak kehadirannya,” Ana ternganga mendengarkan Ririn yang tampak mabok cinta hingga sanggup mengeluarkan kalimat sebijak itu.
“Jangan-jangan kamu dipelet,” Ana benar-benar tidak rela melihat temannya, Ririn, harus jadian dengan Taka. Bahkan semua anak-anak dikampus mereka tahu siapa Taka.

Ririn tertawa mendengarnya, “Sekarang tuh udah jamannya komputerisasi, semua-muanya serba modern. Nggak ada lagi yang namanya pelet-pelet. Udah ah, aku pergi dulu, lama-lama disini aku jadi ngerasa terlempar kemasa lalu.” Ana terbengong-bengong menatap kepergian Ririn.

Taka, pemuda yang menjadi tambatan hati Ririn sebenarnya sosok yang lumayan tampan dan tampak terpelajar, hanya saja ia memiliki ‘penyakit’ yang sering membuat teman-temannya gondog setengah mati.
Lupa, Taka benar-benar seorang pelupa. Ia seperti kakek tua yang memiliki masalah dengan daya ingat, padahal umurnya baru dua puluhan tahun.

Tiap kali ada tugas kelompok, teman-temannya selalu menghindarinya, karena tugas-tugas itu bukannya kelar malah runyam. Pernah suatu ketika, Taka ditugasi teman-temannya untuk mencari sebagian materi dari tugas mereka. Namun akhirnya mereka harus rela mendapat nilai D yang disebabkan oleh ‘penyakit’ lupanya Taka.

Bahkan Dion, teman sekamar Taka, pernah mendobrak pintu kamar karena kunci yang biasanya terselip diatas pintu dibawa Taka pulang kampung.
Bukan hanya Dion, Rahmat pun menjadi ‘korbannya’. Ceritanya, Taka yang ingin mengambil uang kiriman di ATM lupa membawa kartu ATMnya dan baru menyadarinya saat didepan mesin ATM. Karena Dion sedang ada kuliah tambahan, mau tidak mau Rahmat yang baru pulang harus rela berpanas-panas ria dalam angkot demi membantu Taka, mengantarkan kartu ATM.

Dengan kesal Ririn mencari nama Taka di HPnya. “Halo Beib, kamu dimana? Apa? Dirumah? Kamu sadar nggak sih, tadi kita tuh pergi bareng? Pokoknya aku nggak mau tahu, kamu harus balik lagi dan jemput aku.” Ririn langsung mematikan telponnya. Wajahnya tampak merah kuning ijo karena jengkel. Taka sudah enak-enakkan dirumah dan lupa kalau tadi mereka pergi berdua.

Seperempat jam berlalu saat Taka terlihat buru-buru mendatangi Ririn yang hampir lumutan. “Sorry Beib, sorry, aku bener-bener lupa kalau tadi lagi jalan bareng kamu,” ucap Taka penuh penyesalan.

Ririn mendengus kesal. “Lupa, lupa dan selalu lupa,” Ririn mulai mengeluarkan uneg-unegnya.
“Lama-lama aku capek dengan hubungan ini. Kamu selalu ninggalin aku., selalu aja lupa. Apa separah itu ingatanmu?,” Suasana akan semakin panas bila Taka menjawab karena itu ia hanya diam dan merenungi kesalahannya.
“Kemarin kamu ninggalin aku direstoran. Kemarinnya lagi kamu lupa dengan janji kita untuk nonton dan dua jam aku nunggu kamu didepan bioskop kayak orang bego.” Penuh emosi Ririn mengungkit semua kesalahan Taka.
“Kemarin-kemarinnya kamu ninggalin aku dipesta ulang tahun temanmu yang sama sekali nggak aku kenal. Dan tadi kamu pamit mau ke toilet, tapi apa? Kamu malah pulang sendiri dan lagi-lagi ninggalin aku.” Airmata Ririn mulai menitik, ia benar-benar marah. Untung saja café itu tidak terlalu ramai, hingga mereka tidak menjadi pusat perhatian.
“Aku capek, capek harus selalu memaklumi keadaanmu. Sementara kamu nggak pernah berusaha ‘mengobati’ kekurangan itu,”
Taka ingin meraih tangan Ririn namun segera ditepis halus. “Please Beib, maafin aku. Aku janji nggak akan ninggalin kamu lagi.”
“Basi. Telingaku sudah sering mendengar kata-kata itu. Tapi apa buktinya? Nothing. Kamu tetap aja ngelakuin kesalahan yang sama dan berulang-ulang.” Airmata Ririn semakin deras, hatinya terasa sakit bila mengingat sifat lupa Taka.
“Please Beib, maafin aku. Cuma kamu yang bisa memahami aku ketika yang lainnya menjauh. Aku akan buktikan, aku nggak akan ngelupain kamu lagi.”
Hati Ririn terenyuh mendengar kata-kata Taka, namun ia sudah benar-benar lelah. “Taka, mungkin kita harus berakhir disini.” Ririn menghapus airmatanya, sudut hatinya yang terdalam terasa perih ketika mengatakan keputusannya.
Taka terdiam, ia tak menyangka Ririn akan memutuskannya. Ia pun tidak mendengar saat Ririn berpamitan, dunia tiba-tiba menjadi gelap dimata Taka.

*****

“Rin, kamu bener-bener tega. Tidak bisakah kamu memahami keadaan Taka? Cukup penyakit lupanya saja yang membebaninya, jangan ditambah dengan keputusan konyolmu itu lagi,”
Dion mendatangi Ririn saat melihat gadis itu duduk seorang diri dikantin. Dicecar begitu Ririn hanya diam dan menunduk, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Dion, meski suka kesal dengan sifat lupanya Taka, namun sebagai teman ia ikut prihatin ketika mendengar berita pemutusan itu.

“Dulunya Taka adalah anak yang murung dan tidak PD karena penyakitnya, tapi ketika bertemu kamu, dia bisa berubah sedikit terbuka dan PD. Bahkan dia mulai memeriksakan diri kedokter untuk mencari tahu obat penyakitnya. Dia selalu bilang, dia ingin selalu mengingatmu dan tidak ingin melupakanmu.”
Cerocosan Dion berhasil menonjok hati Ririn. Tanpa setahu Dion, mata Ririn mulai berkaca-kaca dan memerah menahan tangis. “Apa kamu tahu, sudah dua hari ini Taka mengurung diri dan tidak menyentuh makanan sedikit pun?,” Dion terdengar menghela nafas kesal, melihat kediaman Ririn.

“Aku yakin, kamu pasti nggak tahu dan nggak mau tahu. Mungkin aku cuma buang-buang waktu disini dan sepertinya aku telah salah menilaimu,” Dion langsung pergi usai mengeluarkan semua isi hatinya.
Airmata Ririn berlomba-lomba keluar dari bolamatanya yang terasa perih dan merah setelah Dion menghilang dari pandangannya. Ana yang baru datang dengan dua mangkok ditangannya, terkejut melihat Ririn.
“Kamu kenapa Rin? Ada yang sakit?,” Tanya Ana khawatir. Bukannya menjawab, Ririn malah berdiri dan langsung berlari meninggalkan Ana yang melongo bingung.

Ririn berlari dan terus berlari tanpa mempedulikan orang-orang yang memandanginya. Tujuannya adalah tempat kost Taka.

Terengah-terengah Ririn sampai didepan kost Taka, dengan satu gerak cepat ia memencet tombol di HP yang kini ada ditangannya. Ia berusaha beberapa kali sebelum akhirnya diseberang sana seseorang mengangkat panggilannya.

“Aku minta maaf karena sudah jahat sama kamu. Aku janji akan berusaha nerima kamu apa adanya. Aku juga janji nggak akan ninggalin kamu lagi. Aku janji.” Kata Ririn dengan uraian airmata. Diseberang sana Taka hanya diam dan tidak lama kemudian memutuskan sambungan telponnya.

Ririn terkulai lemas, ia merasa Taka membencinya dan tidak lagi mau mendengarkannya. Ia pun pasrah bila Taka men-cap-nya sebagai orang kejam dan tidak mau lagi mengenalnya.

Pandangannya mulai mengabur karena airmata ketika sebuah lengan menyentuh bahunya yang berguncang menahan tangis. “Jangan pernah menangis karena aku. Aku akan merasa sangat bersalah.” Sebuah suara yang begitu dikenalnya membuat Ririn menoleh dan mendapati pria yang dicintainya tengah tersenyum memandang kearahnya.


تعليقات

  1. Assurans 20mg Tablet contains Sildenafil which belongs to a group of medicines called phosphodiesterase type 5 inhibitors, which brings down blood pressure in the lungs. It is used to treat high blood pressure in the blood vessels in the lungs.

    ردحذف

إرسال تعليق

Informations From: Omnipotent

المشاركات الشائعة من هذه المدونة

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • Kindness doesn't require omniscience

    ‘Kate lives near here.’ Augustus tried to push the thought from his head, but the more he attempted to discredit it, the more sense it made. After all, she already knew what he was going through and, up to this point, had been pretty actively involved. With newfound confidence, he made his way to h... Readmore

  • Keluar dari Kegelapan

    Hidup dalam kegelapan dipenuhi dengan teror. Gatal yang tak terlihat bisa berupa sepotong pasir, atau tikus yang mengunyah kulit. Dalam kegelapan, ketika saya tersentak tegak, saya mendengar hama meluncur pergi. Karena tidur tidak mungkin, saya hidup dalam mimpi buruk yang tak ada habisnya. Faktor ... Readmore

  • Gema di Dalam

    Sylas membenci hutan. Baunya seperti busuk dan penyesalan yang lembab, seperti yang Anda bayangkan lemari yang penuh dengan mantel yang terlupakan mungkin berbau jika dibiarkan mati. Lumpur menempel di sepatu botnya seperti kenangan buruk, dan cabang-cabang yang kusut mencakar jaketnya seolah-olah ... Readmore

  • Hari Pertama

    Saya terbangun di trotoar yang dingin, menatap langit. Masih biru, masih ada. Akrab, tapi yang lainnya adalah... Off. Udaranya berbau tidak enak—basi, seperti daging tua yang dibiarkan terlalu lama di bawah sinar matahari. Kepala saya terasa seperti diisi dengan sesuatu yang berat, dan lengan saya ... Readmore

  • Petualangan Off-Road

    Itu dimulai sebagai perjalanan yang menyenangkan di sepanjang Route 50 East ke garis pantai Maryland di Samudra Atlantik. Perjalanan kami dimulai pada pukul 6 pagi untuk memberi kami banyak waktu untuk berjemur di bawah sinar matahari Ocean City dan kemudian bermain-main di ombak – mungkin melihat ... Readmore

  • Maria Berdarah

    Saya setengah tertidur dan kesal, tapi itu bukan alasan untuk hal gila yang saya lakukan. Itu adalah kasus regresi usia mental. Saat itu sekitar pukul 3:00 pagi pada malam Oktober yang dingin dan berangin. Super belum menyalakan panas, dan front dingin yang bepergian telah membuatnya perlu untuk me... Readmore

  • Bisikan Dari Kehampaan

    Kelaparan tidak pernah tidur. Ia menggeliat di dalam diri saya seperti makhluk hidup, menggerogoti sisa-sisa kesadaran apa pun yang masih berkedip-kedip di pikiran saya yang membusuk. Kadang-kadang aku lupa bahwa aku pernah menjadi sesuatu yang lain—apa pun kecuali kehampaan yang tak terpuaskan ini... Readmore

  • Jalan Bumble

    Mengintip televisi tuanya di sudut ruang tamunya yang berantakan. Elke mengintip dengan ngeri. Sejak dia bangun, Elke mengintip dengan ngeri. Sejak dia bangun, hari Sabtunya telah berubah menjadi berbentuk buah pir. Elke telah berbalik untuk mencium suaminya yang tampan, Everard. Dia bangun setiap ... Readmore

  • Menyiarkan

    mediasi penipuan keuangan kasus pengkhianatan pernikahan… Halo? Apakah ada orang di luar sana? … … Apakah ada yang membaca saya? … Sialan! Pasti ada seseorang... Tolong!? … … … menghela nafas... Saya pikir sinyal analog dari radio ini mungkin telah menjangkau orang-orang lain yang berpikiran s... Readmore

  • Mediasi Penipuan Keuangan: Kasus Pengkhianatan Pernikahan

    Cara-cara lama selalu jelas: ketika konflik muncul dalam pernikahan, keluarga adalah yang pertama campur tangan, membimbing pasangan kembali ke tempat pengertian dan rekonsiliasi. Tapi itu sebelum dunia mulai merayap masuk—sebelum nilai-nilai baru, pengaruh asing, dan gagasan desa global mulai menul... Readmore