Aturan yang Menolong


Imamat 27:1-34

Peraturan dibuat untuk menolong manusia. Allah membuat aturan substitusi bagi mereka yang tidak dapat memenuhi peraturan yang telah disampaikan. Allah tidak murka dengan ketidakmampuan manusia. Allah meminta manusia menggantinya. Lewat tindakan penggantian itu, manusia diajak melihat keadilan dan kebaikan Allah.

Peraturan subsitusi ditujukan kepada mereka yang tidak mampu memenuhi nazar atau janjinya kepada Allah. Nazar yang dimaksud adalah berkaitan dengan pemberian diri (3), janji pemberian hewan (9), rumah (14), dan ladang (16). Untuk penggantian bagi mereka yang bernazar dan untuk melakukan pemberian diri diatur berdasarkan usia juga jenis kelamin (3-7). Namun jika seseorang tetap tidak bisa membayar karena keadaan ekonomi, imam akan dengan bijaksana menentukan nilai penggantiannya (8). Untuk pemberian berjenis hewan dan benda, orang boleh menebusnya dengan nilai yang ditetapkan (13, 15). Yang tidak boleh ditebus adalah anak sulung manusia dan hewan karena anak sulung adalah milik Allah (26). Persepuluhan juga tidak boleh diganti. Tata cara memilih persepuluhan hewan juga diatur melalui penghitungan sederhana, setiap hitungan ke sepuluh pada hewan, itu berarti milik Allah (32).

Di dalam hidupnya, manusia membutuhkan aturan. Aturan dibuat untuk menolong bukan menindas manusia. Aturan yang dibuat Allah menunjukkan bahwa Dia penuh belas kasihan. Jika manusia tidak mampu memenuhi janjinya kepada-Nya, selalu ada jalan keluar yang menolong. Jalan keluar ini membuat orang tidak dikungkung perasaan berdosa, namun ia tetap menghormati dan mencintai Allah

Tanpa aturan, manusia akan hidup dalam anarki. Aturan dibuat agar manusia saling menghargai hak dan kewajibannya. Jika Allah memakai aturan untuk menolong manusia, perlulah kita belajar membuat aturan yang menolong orang lain mampu bertumbuh dengan baik. Melalui peraturan kita dapat menolong sesama.

Doa: Tuhan, kami mau melakukan aturan yang membebaskan. [AP]

Tak Sekalipun Tuhan Ingkar Janji (1)

Baca: Bilangan 23:4-30

"Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19)

Ada banyak di antara orang Kristen yang masih bertanya-tanya dalam hati, "Benarkah Tuhan akan memulihkan dan memberkati hidupku? Benarkah janji-janji Tuhan yang tertulis di Alkitab ini akan digenapi, ataukah tak lebih dari sekedar teori?" Pertanyaan-pertanyaan yang mengindikasikan keragu-raguan, kebimbangan dan ketidakpercayaan, yang keluar dari mulut orang percaya adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu Iblis. Semakin orang ragu dan bimbang terhadap firman Tuhan semakin memuluskan jalan bagi Iblis untuk melancarkan serangan dan menghancurkan kehidupannya.

Bileam berasal dari Petor, di tepi sungai Efrat. Ia bekerja sebagai penenung dan dari pekerjaannya ini ia beroleh upah. Suatu ketika Bileam diminta oleh Balak (raja Moab) untuk mengucapkan kutuk atas bangsa Israel. Tetapi kuasa Tuhan bekerja dalam diri Bileam sehingga ia menolak secara tegas permintaan Balak ini. Ia menegaskan bahwa jika Tuhan telah memberkati bangsa Israel, tak seorang pun dapat mengubahnya: "Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN?" (ayat 8), "...dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya." (ayat 20).

Jika Bileam mau melakukan apa yang diperintahkan oleh Balak, kemungkinan besar ia akan mendapatkan imbalan yang nilainya sangat menggiurkan. Tetapi Bileam menjawab, "Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku." (Bilangan 22:18). Tuhan telah berjanji kepada bangsa Israel untuk memberkati dan melindungi mereka apabila mereka mau mendengarkan firman-Nya dan hidup dalam ketaatan (baca Ulangan 28:1-14).

Tuhan tidak pernah ingkar dengan apa yang telah dijanjikan-Nya, jika Ia berjanji untuk memberkati, tak seorang pun dapat menggagalkan rencana-Nya!

Jemaat Berea: Hati Yang Rela

Baca: Kisah Para Rasul 17:10-15

"Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian." (Kisah 17:11)

Alkitab mencatat bahwa jemaat di Berea disebut lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika. Mengapa bisa seperti itu? Jemaat di Berea bisa menjadi orang-orang yang jauh lebih baik karena mereka menerima firman Tuhan yang diberitakan oleh Paulus dan Silas dengan segala kerelaan. Artinya mereka mau belajar, dibentuk dan diproses oleh firman Tuhan. Ini adalah dampak dari kuasa firman Tuhan! "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).

Dinyatakan bahwa "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Orang yang mendengar firman dengan sungguh-sungguh, menyimpan dalam hati dan memraktekkan dalam hidup sehari-hari hidupnya pasti diubahkan dan hatinya dipulihkan, sehingga tercermin dalam setiap perkataan dan tindakan yang menjadi baik.

Karena begitu mengasihi Tuhan, jemaat di Berea rela hati untuk dibentuk oleh firman Tuhan. Ini menunjukkan bahwa mereka sangat menghormati Tuhan dan menghargai firman-Nya. Perhatikan apa yang dilakukan oleh jemaat di Berea! "...dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian." (ayat nas). Artinya mereka rela menyediakan waktu untuk mempelajari Kitab Suci setiap hari.

Keberadaan jemaat di Berea benar-benar telah menjadi kesaksian yang baik! Sementara, banyak orang Kristen tidak rela memberi waktu untuk berdoa dan baca Alkitab, apalagi menyediakan waktu secara khusus untuk menyelidiki dan mempelajari Alkitab. Tidaklah mengherankan jika di setiap ibadah-ibadah pendalaman Alkitab seringkali sepi orang dan sedikit sekali peminatnya.

Hidup kita pasti menjadi berkat bila hati kita rela dibentuk oleh firman Tuhan.

Interupsi Allah


Imamat 26:14-46

Hdup manusia penuh dengan dinamika. Suka duka datang dan pergi silih berganti. Pada saat dukacita datang menghampiri dan kita berdiam diri merenungkan makna peristiwa dalam hidup ini, maka ada pesan yang hendak Allah sampaikan kepada kita secara personal. Kadang kala Allah memakai derita agar kita sadar diri. Interupsi dari Allah, melalui berbagai peristiwa, mengajak kita untuk mawas diri, apakah sudah menjadi pribadi yang taat kepada-Nya? Jika sudah taat, Allah ingin kita lebih taat. Jika belum, Allah ingin kita bertobat dan taat.

Ketika manusia tidak taat kepada perintah-Nya, Allah akan melakukan tindakan-tindakan yang mengejutkan (16). Mulai dari penyakit yang sederhana seperti batuk dan demam (16), sampai dengan wabah sampar yang tak tersembuhkan, yang membuat manusia menderita (25). Mulai dari tanah yang sulit digarap (19), sampai dengan kehilangan tanah dan menjadi bangsa yang terbuang (33). Semua itu dilakukan Allah agar umat-Nya mawas diri dan sadar atas kesalahan yang telah mereka lakukan (40). Mawas diri diharapkan akan membawa pada pertobatan. Jika manusia tidak bertobat, penderitaan akan lebih berat tujuh kali lipat (24). Jika umat bertobat dengan sungguh-sungguh, Allah akan berbalik dari murka-Nya dan membela umat (41). Tuhan akan memulihkan kembali perjanjian-Nya (43). Pada waktu hal itu terjadi, umat akan kembali hidup dalam berkat-Nya yang melimpah.

Allah terus berkarya dalam hidup kita. Salah satu bentuk karya-Nya adalah memberikan interupsi dan kejutan melalui berbagai peristiwa, termasuk yang menyedihkan sekalipun. Segala peristiwa diizinkan Allah terjadi agar kita merenungkan iman dan kesetiaan kita kepada-Nya.

Di dalam dunia yang serbacepat, kita sulit untuk berhenti sejenak melakukan refleksi diri. Interupsi dan kejutan yang terjadi adalah cara yang tepat dari Allah untuk mengingatkan kita berhenti sejenak dari rutinitas dan melakukan refleksi. Syukurilah bila Allah menginterupsi kita.

Doa: Berikan kami hati yang terbuka bagi interupsi-Mu. [AP].

Golongan Darah Yesus

Sebuah percakapan antara seorang jemaat dengan seorang pendeta setelah selesai suatu kebaktian.

Pendeta: “Tahukah kamu golongan darah Yesus? Tak mungkin ada yang tahu. Kamu tahu?”

Jemaat : “Ya, golongan darahNya O”

Pendeta: “Bagaimana kamu tahu?”

Jemaat: “Kan ada di Kidung Jemaat no. 36, ‘O, darah Tuhanku’.”

Orang Percaya:Surat Kristus Yang Hidup (2)

Baca: 2 Korintus 3:1-18

"Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." (2 Korintus 3:3)

Untuk bisa menjadi surat Kristus yang hidup, dari pihak kita harus ada pertobatan yang sungguh supaya bisa memberi kesan bagi siapa pun yang membacanya. Sebagaimana sebuah pohon dikenal lewat buahnya, pula kita akan dikenal lewat buah-buah pertobatan yang dihasilkan melalui kehidupan secara nyata. Rasul Paulus menyatakan bahwa 'surat' itu "...ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." (ayat nas).

Mengapa Tuhan menulisnya di dalam hati? Karena hati merupakan pancaran sumber kehidupan (baca Amsal 4:23), dan "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19). Perkataan atau tingkah laku kita bisa dimanipulasi, tetapi hati kita tidak bisa. Demikian juga di dalam perbuatan orang bisa saja berpura-pura (pakai topeng), bersikap sopan dan baik di hadapan sesamanya, tetapi hati tetap tidak bisa ditipu dan dibohongi. Karena itulah rasul Paulus mengatakan bahwa surat itu ditulis di dalam hati. Kalau hati sudah diubahkan atau dipulihkan, maka secara otomatis akan terefleksi pada setiap perkataan, perbuatan atau tingkah laku yang turut diubahkan.

Manusia tidak bisa melihat apa yang ada di hati orang lain, tetapi Tuhan bisa. Hati yang sudah mengalami pemulihan pasti akan mengeluarkan hal-hal yang berbeda dari sebelumnya. "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat." (Yehezkiel 36:26). Jadi yang menulis surat itu bukanlah manusia atau diri kita sendiri, melainkan Roh Tuhan. Apa yang Roh Tuhan tulis di hati kita? Yaitu firman-Nya atau hukum-hukum-Nya.

"Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku." (Yeremia 31:33)

Orang Percaya:Surat Kristus Yang Hidup (1)

Baca: 2 Korintus 3:1-18

"Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang." (2 Korintus 3:2)

Tidak semua orang percaya mengerti bahwa sebagai pengikut Kristus, sesungguhnya keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah menjadi surat-surat Kristus yang terbuka, yang bisa dibaca oleh semua orang. Karena itu, baik perkataan maupun tingkah laku kita haruslah bisa menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi dunia. Seringkali kita diingatkan dengan ayat ini: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).

Kalau kehidupan kita sama sekali tidak mencerminkan kehidupan seperti Kristus, maka kita bisa disebut sebagai orang-orang Kristen yang gagal total, sebab sasaran utama hidup kekristenan adalah menjadi serupa dengan Kristus. "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar." (ayat 18).

Orang percaya disebut sebagai surat Kristus, artinya kehidupan kita bisa dibaca oleh semua orang. Hidup kita sama seperti surat yang merupakan sarana komunikasi tanpa suara, tetapi bisa dimengerti dari tulisan yang ada di dalamnya. Seandainya kita menerima surat yang berisi tentang hal-hal yang menyedihkan, maka kita yang membacanya pasti akan turut menjadi sedih. Demikian juga sebaliknya, kalau kita membaca surat yang berisikan tentang berita bahagia, maka kita pun akan turut merasakan kebahagiaan tersebut. Jadi, ada pengaruh bagi setiap orang yang membaca surat itu.

Demikian pula seharusnya kehidupan setiap pengikut Kristus yaitu bisa dibaca oleh orang lain dan dapat memberikan dampak yang positif, sehingga meskipun kita belum bersuara atau memberitakan Injil, tetapi melalui perkataan dan perbuatan kita yang 'berbeda' dari dunia, kita sedang memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang yang ada di sekitar. Ketika kehidupan orang percaya bisa menjadi teladan yang baik, maka tanpa disadari kita sedang memperkenalkan Kristus kepada dunia, sebelum kita memberitakan Injil kepada mereka.

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8)

Hidup Dalam Kepura-puraan

Baca: Mazmur 28:1-9

"Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan." (Mazmur 28:3)

Hidup dalam kepura-puraan sama artinya hidup dalam kemunafikan. Munafik berarti bermuka dua, orang yang sedang memainkan peran ganda, orang yang perkataannya berbeda dengan isi hatinya, atau orang yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatan yang sesungguhnya. Dalam Perjanjian Baru kata 'munafik' diterjemahkan dari kata Yunani, hypokrites, yang berarti orang yang sedang memainkan peran di atas panggung. Bagi pemain drama/sandirawa, karakter yang mereka lakoni di atas panggung belum tentu sama, bahkan bisa sangat bertolak belakang dengan karakter yang sesungguhnya atau perilaku dalam kesehariannya.

Hidup dalam kepura-puraan inilah yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi (baca Matius 23:1-26). Meskipun secara teori mereka sangat ahli dalam menguasai isi Kitab Suci atau Taurat, namun dalam prakteknya perbuatan mereka sama sekali tidak selaras dengan pengetahuan mereka tentang kebenaran. Tuhan mengecam keras orang-orang yang demikian, "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (Matius 23:3).

Ini menjadi tamparan keras bagi semua orang percaya, terlebih-lebih kita yang sudah melayani pekerjaan Tuhan. Sebagai pelayan Tuhan sudah semestinya kita hidup dalam kebenaran dan benar-benar menjadi pelaku firman. Jangan sampai kita disebut sebagai orang-orang yang munafik, melayani Tuhan, tapi hidup kita jauh menyimpang dari firman Tuhan.

Tuhan sama sekali tidak menilai kita berdasarkan penampilan luar dan perkataan-perkataan manis yang keluar dari mulut kita. Dia menyelidik sampai ke dalam hati kita dan segala sesuatu yang tersembunyi di dalamnya: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13).

Jadilah orang percaya yang punya integritas dan takut akan Tuhan, jangan penuh kepura-puraan!

Hargai Simbol yang Ditetapkan Allah


Imamat 24:1-9

Carl G. Jung pernah menyimpulkan: anomali psikologis dan psikis terjadi pada pribadi yang tidak menghargai simbol. Allah tidak antisimbol karena itulah jendela untuk merefleksikan kedalaman diri dan karya-Nya.

Allah menetapkan prinsip ini dalam Imamat 24:1-9. Di hadapan terang lampu tersebut ada dua belas roti sajian sebagai simbol dua belas suku Israel (24:5-9). Roti tersebut mendapat terang dari lampu minyak yang ditetapkan Allah untuk menyala terus menerus (24:1-3). Terang itu menyinari dua susun roti sajian yang diganti tiap hari Sabat. Terang menyoroti dua belas roti merupakan simbol penerimaan Allah atas dua belas suku Israel. Roti sajian tersebut kemudian dimakan oleh Harun dan anak-anaknya di hadapan Allah sebagai simbol persekutuan antara Allah dan umat-Nya (bdk. Kel 24:8). Hal ini menegaskan bahwa Allah menginginkan persekutuan dengan umat-Nya. Sabat, hari perhentian, menjadi momen terjadinya komuni yang direpresentasi oleh perjamuan makan para imam di hadapan-Nya.

Dari simbol tersebut, kita mengenal Allah yang menyediakan jalan agar umat dapat bersekutu dengan-Nya dalam sepanjang waktu kehidupan. Simbol terang dari lampu minyak dan dua belas roti sajian digenapi dalam diri Yesus yang adalah terang dan roti hidup. Yesuslah jalan yang Allah sediakan. Namun, jalan itu sudah disingkapkan sejak dahulu kala sebagai bayang-bayang melalui simbol dalam Imamat 24. Dengan kata lain, Allah tidak antisimbol karena melaluinya kebenaran jati diri dan karya-Nya dapat disampaikan kepada umat.

Kita perlu menyikapi penggunaan simbol dengan lebih positif selama simbol tersebut mengarahkan kita mengenali jati diri dan karya Allah di dalam Kristus. Biarlah melalui simbol kristiani yang bermakna, seperti yang terjadi dalam peristiwa Perjamuan Kudus melalui roti dan anggur, kita bersekutu dengan Allah secara intim. Kita menerima simbol tersebut dengan hormat dan hikmat.

Doa: Terpujilah Tuhan yang tidak antisimbol dalam menyatakan kebenaran. [BL]

Menghormati Tuhan dengan Semestinya


Imamat 24:10-23

Robin A. Parry, seorang teolog kontemporer pernah mengemukakan bahwa gereja kurang menghargai jati diri Allah yang disembahnya. Hal ini tampak melalui nyanyian mereka. Mayoritas nyanyian tidak menyebut Allah Tritunggal. Referensi akan nama-Nya yang berkuasa dan kudus pun kurang mendapat sorotan yang semestinya.

Nas kita berbicara tentang hal ini, secara khusus disoroti dalam ayat 10-16. Sekilas ketujuh ayat ini tampak tidak terkait dengan ayat 1-9. Namun, jika kita merenungkannya dengan seksama, ada kesamaan pokok pikiran yaitu kehadiran Allah di tengah perkemahan umat-Nya. Di satu sisi, kehadiran Allah lewat simbol terang dan dua belas roti perlu ditaati oleh imam. Di sisi lain, penghormatan atas kehadiran Allah didemonstrasikan melalui sikap umat terhadap nama-Nya yang kudus (Kel 20:7 dan Im 19:12). Perikop ini menarasikan kebenaran tersebut melalui dua aspek. Pertama, melalui situasi perkelahian antara anak dari perempuan Israel (Selomit binti Dibri, suku Dan) dengan seorang Israel lainnya, yang terjadi di tengah perkemahan Israel, di mana Allah hadir. Anak itu menghujat (11, 16), bahkan mengutuk nama TUHAN (11, 15). Tampaknya ujaran verbal tersebut merendahkan, bahkan mempersalahkan Allah Israel. Ada kemungkinan nama "YHWH" disebut dengan sembrono, sehingga diperhitungkan sangat serius dan layak dihukum mati. Artinya, pelanggar tersebut menghina Allah secara publik.

Kedua, melalui bagian ini, Allah menyatakan bahwa umat perlu menghormati diri-Nya. Penghormatan tersebut bukan lagi melalui ekspresi ritual, tetapi penghargaan atas nama Allah dan ciptaan-Nya.

Kita perlu memeriksa penghayatan kita mengenai penghormatan kepada Allah. Penghormatan bukan hanya dalam oleh aktivitas rohani di gereja, tetapi juga bagaimana seorang berelasi dengan ciptaan lain. Sikap kita terhadap ciptaan Allah mencerminkan seberapa jauh kita menghormati-Nya. Hormati seluruh ciptaan Allah!

Doa: Tuhan, mampukan kami untuk senantiasa memberikan penghormatan yang tepat bagi-Mu. [BL]

Sabat: Percaya dan Patuh


Imamat 25:1-34

Banyak kebutuhan dasar hidup yang sulit dipenuhi tanpa seorang mengikat diri dalam perjanjian hutang-piutang. Pembelian motor, mobil, tempat tinggal, biaya pengobatan, dan lainnya dengan cara berhutang sering menjerat seseorang seumur hidupnya. Realitas ini mengondisikan manusia untuk terus mencari nafkah dan profit tanpa ada perhentian atau sabat.

Imamat 25 mengajarkan kebenaran yang mengejutkan. Prinsip Sabat diperluas sampai pada perlakuan atas tanah (1-5). Perlakuan ini adalah tindakan penghormatan bagi Allah. Tahun ketujuh adalah tahun perhentian penuh, yang berarti tanah tidak boleh diolah untuk usaha pertanian (2, 4, 5). Prinsip tahun Sabat bagi tanah diperluas dengan adanya tahun Yobel, tahun pembebasan. Setiap tahun ketujuh, umat melakukan tahun Sabat dan setelah siklus tujuh kali tujuh tahun, maka tahun ke-50 adalah tahun kudus. Dalam tahun itulah, setiap orang dan keluarga diperkenankan kembali ke tanah miliknya masing-masing (25:8-17). Esensi dari tahun Yobel tersebut adalah penebusan atas tanah dan rumah tempat tinggal (25:23-34). Ketaatan umat atas ketetapan ini pun mengandung janji. Mereka akan hidup aman dan nyaman menikmati hasil tanah tersebut. Kebaikan hati Allah dan pemeliharaan-Nya juga sangat nyata ketika Ia memberikan jaminan kecukupan jasmani bagi umat ketika tahun Sabat dijalankan (25:20-22).

Tanah perlu mendapat perhentian atau istirahat supaya terbebas dari eksploitasi. Allah juga menguji ketaatan umat-Nya. Ketaatan tidak mungkin terpisah dari kepercayaan total bahwa Ia pasti mencukupi kebutuhan jasmani meski tanah berhenti berproduksi selama setahun. Pada saat yang sama, Allah menginginkan agar umat-Nya juga peduli dengan sesama yang mengalami belenggu sosial, ekonomi dan mental.

Inti instruksi Allah ini adalah menguji kita untuk "Trust and obey, for there is no other way to be happy in Jesus." Patuh karena percaya total akan motivasi Allah memberikan ketetapan yang perlu diikuti. Kepatuhan, itulah yang dikehendaki Dia.

Doa: Tuhan, tolonglah umat-Mu untuk percaya total dan patuh pada firman-Mu. [BL]

Baca Gali Alkitab 4

Imamat 24:10-23

Banyak orang Kristen sekarang yang hidupnya tidak lagi memberikan penghormatan yang layak kepada Allah. Pikiran, tutur kata, dan perbuatannya lebih sering dipengaruhi oleh dunia. Mereka begitu mudahnya mengucapkan kata-kata sembrono dan kosong tentang Allah dan kebenaran-Nya.

Alkitab sangat menekankan bahwa nama Allah haruslah dihormati. Jika tidak, ada akibat yang sangat serius. Memang zaman ini merupakan zaman anugerah, tetapi Allah masih bekerja dalam prinsip kekudusan yang sama. Dalam kedaulatan-Nya, Allah bersabar sampai pada waktu-Nya. Allah ingin umat-Nya menghormati-Nya.

Imamat 24 membicarakan tentang bagaimana Allah pun menegakkan kekudusan-Nya. Seorang menyebut nama-Nya dengan sembarang, mengutuk, dan menghujat nama-Nya yang kudus akan binasa. Hukuman ini berlaku baik bagi orang Israel maupun orang asing yang tinggal di antara mereka.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan oleh anak dari Selomit pada saat berkelahi dengan orang Israel (10-12)?
2. Apa yang menjadi keputusan Allah untuk menyatakan kekudusan-Nya (13-22)?
3. Bagaimana nasib anak Selomit tersebut (23)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Jika Allah penuh kasih dan pengampunan, mengapa Ia begitu keras dalam menghukum anak Selomit?
2. Apakah Allah harus bertindak demikian pada saat ada orang menghujat nama-Nya? Mengapa?

Apa respons Anda?
1. Apakah Anda sudah menghormati Allah secara benar?
2. Apakah Anda merasa Allah penuh pengampunan?

Pokok Doa:
Berdoa supaya Allah memberikan hukmat untuk hidup dalam kekudusan-Nya.

Mengasihi Sesama Menghormati Allah


Imamat 25:35-55

Karya tulis Victor Hugo dari Perancis yang kemudian digubah menjadi drama musikal tersohor menuangkan sebuah pikiran integratif yang indah. Di penghujung musikal Les Misérables, ada lirik menyerukan: "To love another person is to see the face of God." Tampaknya, Allah menuangkan prinsip ini dalam lanjutan instruksi seputar tahun Yobel.

Ada beberapa kondisi sosial yang diatur oleh Tuhan. Pertama (25:35-38), orang Israel perlu menyokong orang saudara yang jatuh miskin tetap dapat hidup. Penerapan instruksi ini mencerminkan seorang yang takut akan Allah dan tidak melupakan karya keselamatan-Nya (25:38). Kedua (25:39-43), dipaparkan agar seorang Israel tidak memperbudak saudaranya sendiri ketika ia jatuh miskin. Jika ia dipekerjakan, maka pada tahun Yobel, pembebasan harus diberikan kepadanya (25:40-43). Tuhan juga memberi petunjuk dari mana umat Israel memperoleh budak (25:44-46). Namun, mereka tidak boleh diperlakukan dengan kejam dan kasar. Pada paparan berikutnya (25:47-55) disajikan situasi yang terbalik, di mana seorang asing di tengah umat Israel bertambah jaya melampaui seorang dari kaum Israel. Maka, keluarga dari seorang Israel tersebut perlu menebus saudaranya dari lingkup komunitas orang asing di mana ia hidup. Intinya pembebasan perlu difasilitasi oleh seorang penebus dari keluarga sendiri (kinsman redeemer). Instruksi tersebut diberikan dengan alasan tunggal, yaitu Allahlah Pemilik umat Israel (25:55). Israel harus menghambakan dirinya hanya kepada Allah.

Kita patut menyadari bahwa segala kepemilikan atau properti sesungguhnya milik Allah. Kesadaran itu akan menolong kita menghadapi situasi di mana kepemilikan akan sesuatu bertabrakan dengan perlakuan kepada sesama. Biarlah pengajaran Allah ini memampukan kita bijaksana dalam memperlakukan sesama sebagai bentuk hormat kepada-Nya, Pemilik segala sesuatu khususnya kehidupan.

Doa: Tuhan, berikanlah hati-Mu dan kepekaan-Mu sehingga kami mampu mengasihi sesama sebagai hormat kepada-Mu demi kemuliaan-Mu. [BL]

Taat Diganjar Berkat


Imamat 26:1-13

Dalam sebuah perjanjian, komitmen kedua belah pihak terhadap perjanjian tersebut adalah sangat penting. Tanpa komitmen, perjanjian itu menjadi kosong. Allah telah beriniasitif membuat perjanjian dengan manusia. Komitmen Allah pada janji-Nya tentu tak perlu diragukan lagi. Komitmen ketaatan manusia, itulah yang perlu ditumbuhkan tiap waktu. Allah selalu setia kepada janji-Nya, manusia belum tentu.

Allah tidak hanya melepaskan umat-Nya dari perbudakan Mesir (13), tetapi juga membuat perjanjian dengan mereka. Umat Israel kini telah berganti tuan. Dari kekejaman bangsa Mesir, kepada Allah yang penuh kasih dan rahmat. Di dalam perjanjian itu, umat Israel dipanggil untuk taat kepada Allah. Ketaatan dimulai dari hal sederhana yaitu larangan membuat patung atau tugu untuk disembah (1). Ketaatan yang lebih dalam melalui perayaan Sabat (2). Pada perayaan itu, umat Israel diajak untuk berfokus kepada Allah.

Allah berkenan pada ketaatan. Allah berjanji akan memberikan berkat bagi mereka yang taat. Berkat yang dijanjikan Allah dalam nas ini begitu banyak dan besar, antara lain: musim yang baik untuk menanam (4), berdiam dalam negeri yang penuh damai sejahtera (6), lenyapnya binatang buas pengganggu ternak dan manusia, dan memberikan keturunan yang banyak (9). Dengan janji itu, umat Israel tidak lantas diam saja. Mereka yang menerima janji berkat Allah harus tetap bekerja keras. Mereka harus mengerjakan ladang, menanam, dan mengirik. Lewat kerja keras, berkat Allah dinyatakan.

Ketaatan kepada Allah adalah kunci menyambut perjanjian antara Allah dan manusia. Dalam perjanjian itu, Allah menyatakan akan memberikan berkat kepada manusia. Manusia meresponsnya melalui ketaatan yang dinyatakan melalui kerja keras.

Menjadi orang yang taat pada masa kini sering kali dianggap kuno dan bodoh. Namun, ketaatan adalah hal yang Allah kehendaki. Dengan hidup taat kita siap menerima berkat Allah.

Doa: Ya Tuhan, karuniakan kami ketaatan kepada-Mu. [AP]

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...