Cerpen 5 Wishes (Part 2)



Tak terasa mereka sudah berada di sebuah kursi, ujung taman. Tak banyak yang mengunjungi ujungannya taman ini. Terlihat bunga cosmos dan Lily bermekaran saat ini. Deidara menghampiri hamparan bunga itu lalu duduk di tanah yang dikelilingi bunga.
Sigh 'benar kata Okaa nya, Deidara sangat merepotkan' sesal Sasori, lalu menghampiri Deidara, dan ikut juda duduk di tanah.

'danna baguskan? Pyo~ kau suka yang mana, Cosmos atau Lily? Pyo~'
'tidak keduanya'
'menyebalkan! Pyo~'

Sasori terkekeh pelan, namun Deidara bisa mendengarnya. Lalu Deidara berdiri lagi, seakan tenaganya tak habis habisnya.
'sekarang apalagi?' runtuk Sasori lelah. Hingga ia biarkan Deidara jalan jalan di dekat air mancur.
'oy Dei!' panggil Sasori.
'pyo~?' sahutnya masih asyik main air
'tunggu ya!'
'um' ia menganggung dengan polosnya, sungguh manis.
Begitu Sasori sampai menghampirinya di tengah kubangan air mancur, sesekali setelah Sasori sampai ia mencipratkan air itu hingga baby face lelah itu terkena.
'danna semangat lah! Pyo~' hibur Deidara masih asyik di kubangan air
'ya ya ya ya yahh~' Sasori duduk di pinggir kolam dimana tempat Deidara berada. 'baju mu jangan sampai basah ya? Nanti kau sakit lagi!'
'ya ya ya ya' Deidara nampak membalasnya 'Sasori no danna cerewet! Pyo~'
'baka, aku begitu karena aku peduli pada mu!' Sasori terus terang.
Ketika Sasori mengatakan begitu, Deidara menghentikan aktivitas ciprat menyipratnya. Ia membelakangi Sasori untuk menyembunyikan seburat merahnya.
'danna bicara apa sih? Ah, ya Danna sekarang jam berapa? Pyo~' ia mengalihkan topik pembicaraan.
Mata ber iris Ruby coklat itu melirik arlojinya 'jam 17.00. kita pulang yu!' ajak Sasori menyadari kini sudah waktunya untuk pulang.
'tidak! Aku belum mau pulang, kita duduk lagi yuk danna! Pyo~ menunggu matahari terbenam! Pyo~'

[keinginan ke empat, aku ingin mengakhiri akhir pekan ku untuk melihat matahari terbenam bersama Sasori no danna, entah kenapa perasaan ku semakin meluap luap. Habis ini mungkin akan ku katakan padanya.]

Sasori duduk di sebelah Deidara dengan santainya. Sekarang ia sedikit bersemangat karena mereka tadi makan di kedai terdekat.
'Dei, habis lihat matahari terbenam kita pulang ya?' ingat Sasori sambil melirik Deidara yang sedang konsen menatap matahari, secara pelan tangan Sasori diam diam merangkul bahu pemuda honey blonde itu.
Terlihat wajah Deidara antusias bersiap memperhatikan matahari yang siap terbenam.
'Dei ''
'psst! Danna ayo perhatikan bersama! Pyo~' tiba tiba Deidara memotong perkataan Sasori. Padahal tadinya Sasori mau minta ijin, boleh gak rangkulin bahunya dia. Tapi, langsung dipotong begitu saja. Jadinya Sasori meletakan tangannya perlahan di bahu Deidara.
3, 2, 1… matahari pun berubah menjadi rembulan. Saat itu juga Sasori berhasil menyentuh bahu Deidara lalu menariknya agar bersandar di dadanya.
Kalau dilihat pun Deidara nampak tak menyadarinya. Ia malah menurut saja
'pemandangan indah, piyo~' gumamnya
'iya, bahkan lebih indah' cowok baby face itu ikut menabahkan.
'danna….'
'..hn'
'aku mau mengatakan sesuatu, pyo~ kau tak akan lupa ini…'
'kau benar, aku lupa sesuatu, Dei. Kau kan sudah janji habis ini kita pulang, nah ayo kita pulang!'
'um, baiklah. Pyo~' Dei terlihat mengalah.

- Sasori POV [ON]
Aku hampir lupa ia harus segera pulang aku takut terjadi sesutu padanya, saat ini pun aku masih kuatir tentangnya. Deidara memang seperti anak kecil, walau begitu, itulah yang aku sukai darinya. Aku banyak melarangnya karena aku tak mau kehilangannya, mendengarnya sakit saja denyut jantung ku terasa sakit. Apa lagi kalau aku kehilangannya… itu tak dapat di katakan dengan kata kata.
Kau mengertikan? Bahwa Deidara adalah sumber semangat hidupku hingga kini aku masih bisa bertahan, setelah kehilangan kedua orangtuaku. Dan aku anggap Deidara itu satu satunya keluarga yang ku punya, maka dari itu, aku akan melakukan apapun demi Deidara, dewi penyemangat ku.
Meski nyawaku hilang, tak apa, selama itu untuknya. Aku rela.
-Sasori POV [ON]

'danna! Oy danna! Pyo~' Deidara mengibas ngibaskan tangannya ke depan baby face yang lagi melamun itu.
Sasori pun sadar dari pikirannya 'ngeh? Oh, yuk kita pulang!. Kalau telat pasti aku yang dimarahi Okaa-san mu'
'yah~… tapi besok kita jalan jalan lagi ya! Piyo~' bujuk dewinya itu seraya menghadap Sasori.
'iya. Tapi hari ini sampai disini dulu.' Lalu Sasori mengaitkan jemarinya pada jemari lembut milik Deidara, kemudian berjalan untuk mencari supir pribadi Deidara yang menunggu sejak awal mereka jalan jalan.
Di pinggir jalan itu, Deidara dan Sasori jalan saling bergandengan. Entah apa yang terjadi, tiba tiba saja sebuah Mobil bermerk mahal melaju ke arah mereka. Sebelumnya Sasori tak menyadari kehadiran mobil itu. tapi ketika mobil itu tujuan nya tepat ke arah mereka, barulah pemuda bermahkota merah itu menyadarinya dari sinar lampu mobil.
'ngomong ngomong, pyo~ aku mau bicara, kalau aku itu suka Danna''
'Dei, Menyingkir!' pekik Sasori tiba tiba langsung memeluk Deidara untuk melindunginya, dia kan sudah berjanji, akan menjadi tameng Deidara. Sontak pemuda honey blode itu terkejut saat Sasori berteriak dan langsung memeluknya untuk menyingkir. Ralatnya mobil itu sempat menabrak punggung Sasori, yang sebenarnya akan menabrak Deidara. Dengan sigap pemuda baby face itu melindunginya.

Dei belum tau pasti apa yang terjadi, karena ia sama sekali tak melihat bahwa ada mobil yang akan menghantam mereka. Sekarang, ia memang selamat, tapi apa Sasori yang menolongnya baik baik saja?. Mari kita baca cerita lanjutannya.
'kau, b-baik-baik sa-ja?' tanya Sasori sembari menatap wajah shock Deidara.
'aku… danna!' entah kenapa Deidara sengaja tak menjawab keadaannya, ia langsung memeluk Sasori, sudut bibir baby face itu perlahan mengeluarkan darah segar. Wajahnya memucat, mata Ruby coklat itu pun semakin menyipit.
'danna, pyo. Kau belum menjawabnya, jangan pergi dulu, pyo. Atau tidak aku akan pergi ikut dengan mu, pyo~' lirih Dei sangat pelan sembari menangisi Sasori.
Ketika itu juga supir pribadi Deidara, Pein datang dan segera menolong 'Deidara-chan! Sini berikan Sasori, kita bawa dia ke rumah sakit!'
'iya, pyo~ Pein-san sebaiknya kita cepat! Pyo!'
Lalu mereka memasuki mobil dan bergegas membawa Sasori yang sekarat ke rumah sakit. Sementara sang pelaku dalam tahap pemeriksaan identitas, dan ternyata pelaku itu adalah Utakata. Sehingga Utakata harus menghadap kantor polisi. Masalah di skippy

-Sasori POV [ON]
Arghh! Sakit sekali rasanya, tapi tak apa dibanding aku kehilangan Deidara. Aku sempat mendengar pernyataan nya, ia berkata bahwa ia suka pada ku. Saat itu aku terkejut luar biasa, perasaan ku terbalaskan? Tapi aku tak punya banyak waktu karena ada sebuah mobil yang sepertinya ingin menabrak kami. Jadinya aku tak sempat menjawabnya bahwa aku juga menyukainya.
Ya, aku memeluknya untuk melindungi sekalian juga membalas pelukan yang tak pernah kurasakan tadi saat bersepeda. Tubuhnya ramping, juga ringan. Bayangkan saja dia yang tertabrak mungkin ia akan melayang.
Kurasa kepala ku pusing mendadak, darah mengalir dengan sendirinya keluar dari sudut bibir ku, tak hanya di sudut bibir, tapi juga di hidung dan luka luka di tubuhku. Perih. Dengan sisa tenaga aku mengangkat tubuhku yang tadinya menindih tubuh mungil si honey blonde. Raut wajahnya cemas terpancar dari iris Zircon itu.
Setidaknya ia baik baik saja, aku akan memastikannya makanya aku bertanya, aku ikut khawatir dengannya 'kau, b-baik 'baik sa-aja?' di kata kata yang terpenggal, aku menahan sakit luar biasa ini.
Suara kecilnya terdengar mengiris hati 'aku… Danna!' tiba tiba ia memeluku, aku berhutang satu pelukan padanya. Badan ini terasa dingin keseluruhan, aku merasa kepala semakin berat, di tambah sakitnya luka yang ku hasilkan. Aku pun berpasrah diri di pangkuannya, setetes dua tetes tiga bahkan lebih tetesan air mata dewi ku itu mengenai kelopak mata ku yang tertutup dan mengalir turun dengan lambatnya ke tanah, bagai air mata ku.
'danna, pyo. Kau belum menjawabnya, jangan pergi dulu, pyo. Atau tidak aku akan pergi ikut dengan mu, pyo~' lirih Dei sangat pelan sembari menangisi ku. Kau benar, aku belum menjawabnya padahal aku ingin sekali menyatakannya sejak awal kita kencan, yah, itu bagiku kencan kita.
'Dei, tahukah kau? Bahwa aku juga mencintaimu?'
karena tim medis sangat lamban, untungnya ada supir pribadi Dei datang dan mereka langsung membawaku pergi ke rumah sakit dimana Deidara dirawat.
- Sasori POV [OFF]

- Sesampainya di RS Konoha -
Sasori langsung masuk UGD. Deidara pun langsung mengahambur pelukan ke Okaa-san nya, Shion pun ikut prihatin, dan membantu untuk menenangkan Deidara.
'Dei-chan, Sasori-kun pasti selamat' rayu Shion supaya Dei berhenti menangis
'bagaimana Okaa-chan tau Sasori no danna akan selamat? piyo' Dei masih terisak didepan pintu UGD tempat Sasori dirawat.
'setidaknya Okaa-san tau, Sasori-kun itu orang yang kuat. Buktinya ia masih bisa bertahan hidup setelah ditinggal kedua orangtuanya' Deidara melepas pelukannya pada Okaa-channya ketika Dokter Itachi keluar. Tanpa ijin dan basa basi, Deidara menerobos pintu demi melihat keadaan Sasori, dewa pelindungnya.

- Deidara POV [ON]
Aku tahu kata kata yang dikeluarkan Okaa-chan ini hanya semata mata menenangkan ku. Percuma, aku tetap tak bisa tenang bila tak melihat secara langsung keadaan Sasori.
Baru saja Dokter Itachi keluar, aku langsung menerobos masuk tanpa ijin dan basa basi, mungkin aku sudah terkontaminasi oleh Sasori no danna yang tak suka menunggu. Kesibakkan tirai putih yang menutup kasur itu.
Alat bantu nafas masih terpasang, dengan pelan aku mendekatinya takut kenyataan jika Sasori no danna sudah pergi. Tangannya sudah rada mendingin, aku jadi semakin takut. Air mata ku meleleh lagi, menangisi Sasori sejak tadi belum sadar juga.
'danna~ maafkan aku jika aku selalu merepotkan dan menyusahkan mu, pyo~' ujarku. Tubuhku merosot, hingga aku duduk di lantai samping kasur Sasori.
Tangan Sasori bergerak melepas alat bantu nafas di wajahnya dan melepas segala alat medis yang melekat padanya '…Dei'
Mata ku melebar saat suara tak asing itu memanggilku, apakah itu arwah Sasori no danna? Pikiran bodoh ku berfungsi. karena penasaran aku kembali berdiri dan…
'danna! Kau masih hidup, pyo!' jeritku, lalu memegang tangannya untuk berbagi kehangatan. 'jangan pergi ya, pyo~'
Tangan yang satu nya milik Sasori mengelus pipi ku, bukannya mengelus tapi ia menghapus sisa sisa air mata ku.
'jangan perlihatkan lagi air mata itu pada ku, aku membenci air mata. Apalagi jika kau yang mengeluarkannya' katanya pelan. Secara terpaksa aku tersenyum, kalau saja ini yang terakhir kalinya ia melihat ku tersenyum.
'jangan berikan senyuman palsu, a-aku lebih benci it-tu' ucapan terpenggal karena gejalanya muncul lagi
'walau keadaan begini kau tetap cerewet, piyo~' dengan itu Deidara mengeluarkan senyum lembut berasal dari hati nya untuk orang terkasih.

Setelah beberapa lama aku sadar Sasori no danna melepas alat alat medis yang melekat padanya. Yah, itu lah dia, dia tidak suka benda benda asing melekat padanya, apalagi alat bantu nafas, ia paling benci benda itu.
'sebaiknya dipasang saja lagi, kesehatan mu nanti menurun, piyo' kata ku menasehati nya
'aku-u sudah baikkan,' bohong, Sasori no Danna tak pandai untuk berbohong. Membohongi ku yang polos pun tak mempan.
'terimakasih untuk hari ini ya, pyo~ seharian ini aku sangat senang bersama mu, kecuali kejadian barusan, pyo'
'yah, aku juga berterima kasih. Untuk pernyataan 's-suka mu' ' sahut Sasori tak tau juga, tiba tiba tubuhnya kembali dingin.
'danna kau kenapa? biar ku panggil dokter untuk mu! pyo' Dei kembali kuatir.
Sayangnya genggaman Sasori menahannya untuk pergi memanggi dokter. Sisa tenaga Sasori gunakan untuk menarik ku hingga bagian badan ku menindihnya, Sasori memelukku dengan gemetar.
'aku, juga menyukaimu, terima kasih Dei kuharap kau hidup lebih lama dibanding aku, karena ada orang yang menyayangimu, kalau aku, tak ada yang menyanyangi ku, hidupku tak berarti. Aku hanya punya satu orang yang kusayangi, entah ia sayang atau tidak padaku, orang itu adalah kau, dewi ku [Deidara]' tubuh Sasori melemah. Sementara Deidara tertegun, ia diam tak berkutik.
Danna tak memeluku lagi? Apa mungkin…
Terlambat, aku bahkan tak sempat mengucap kata kata terakhir di akhir waktunya. Baby facenya pucat, suhu tubuhnya dingin semua. Denyutannya pun berhenti..
'danna… ijin kan aku…'
- Deidara POV [OFF]

[keinginan kelima ku, aku ingin pergi bersama Sasori no danna]

'Dei apa yang terjadi!? Dokter dokter, Deidara!' jerit Shion pas menemukan Dei tergeletak di lantai samping kasur Sasori yang sudah tak bernyawa.
Itachi dan para perawat lainnya pun mengangkat Deidara dan membaringkannya di kasur satunya lagi samping Sasori.
'Dei, jangan tinggalkan Okaa-san sendiri' ujar Okaa nya, a.k.a Shion
'kondisinya melemah akibat jalan jalan terlalu jauh, hingga waktunya dipercepat, mungkin satu atau dua minggu lagi, atau mungkin hari ini' jelas Dokter.
'tinggal aku sendiri kah?' lirih Shon meratapi Deidara.
'Shion' panggil seseorang. 'maafkan aku' ternyata Utakata adalah suami Shion atau ayahnya Dei, lalu permasalahan di SKIP.

Pemuda Honey blonde masih terbaring lemas di kasur rasanya detakan jantungnya semakin mengecil, ia sendiri pun tak bisa mendengarnya. Lalu secara tiba tiba muncul dua shinigami, yang satunya di sampingnya dan yang satunya di samping pemuda bermahhota merah. Berarti danna belum sepenuhnya pergi?
'kau siap?' tanya shinigami itu pada pemuda manis, dia nampak ragu ragu, dan melihat ke arah pemuda baby face yang belum dibangunkan shinigaminya.
'ijinkan aku untuk mati sambil memegang tangannya, piyo' pita pemuda Honey blonde itu, jarak kasurnya tak jauh juga paling hanya kurang satu meter, perlahan tangannya mendekat ingin menggait kan jari lembutnya ke jemari pemuda itu. Shinigami pun punya perasaan, ia membantu tangan pemuda honey blonde itu agar bisa menggenggam tangan Sasori.
'danna kau salah, kau punya orang yang menyanyangi mu, dan itu lah aku. kau berarti danna, sangat berarti bagi ku. Pyo'
Shinigami Sasori pun ikut membantu, ia yang mendekatkan tangan Sasori. Dan keduanya saling bergandengan, sedikit bantuan Shinigami baik itu.
'baik, aku siap! pyo'
Dalam hitungan detik Shinigami itu merenggut nyawanya. dan terbang menuju lagit tempat terakhir. Surga. Mungkin disana ada Danna yang menanti ku, atau aku yang menantinya.
Sangat tak disangka, tadi pagi bangun dengan cuaca cerah, jalan jalan, makan ice cream sambil bercanda, naik sepeda, dan melihat matahari terbenam itu adalah hari terakhir mereka di dunia. Tak ada yang menyangka.

[keinginan ke enam, supaya cerita ini bisa ikut meramaikan ELFL Event DEAR, yang dibuat untuk aku dan danna, pyo~, walau saat ini para author sukanya tema Death, kayak di cerita ini sekarang temanya juga [Deathy]
Berarti judul nya 6 WISHES

||THE END||

Dari satu ke satu gak nyambung banget yak? Emang iye. Buru buru pengen ikut andil di Event, ceritanya jadi bonyokan gini.
Wokeh sekarang sudah diketahui bahwa temanya adalah [Death].
Tadinya mau buat side side 'an tapi kayaknya repot lagi.
Selamat bulan ELFL Event DEAR SasoDei!
Bagi yang menulis cerita, semangat!, yang lain juga, yuk ikut berpartisipasi, rugi loh gak ikut.

By, Kujyou SasoDei-Pyo~

Cerpen Karangan: Kujyou SasoDei

No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...