Cerpen Just Bestfriend



Sepulang sekolah, tidak seperti biasanya. Hari ini begitu terik, panas matahari serasa membakar kulit. Keringat bercucuran, mata sudah tidak fokus memperhatikan jalan yang di lewati. Hari ini sepertinya menjadi awal musim kemarau. Beban yang berada di tas juga semakin terasa berat sekali.
Ternyata Azura tidak sendirian ada dua orang kakak kelasnya Widian dan Furqon. Di lingkungan rumahnya hanya mereka yang satu sekolah dengannya. Sayangnya Azura tidak pernah akrab dengan mereka. Lagipula ia tidak berani memulai obrolan, mereka laki-laki dan dia perempuan. Rasanya tidak wajar perempuan memulai pembicaraan dengan orang yang kurang di kenalnya.
Sesampainya di rumah, Azura langsung menenggak segelas air untuk memuaskan rasa dahaganya. Setelah mengganti baju seragam, dia hempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Lega rasanya, dan Azura pun beranjak tidur siang. Akhirnya semua rasa letih hilang. Seperti biasa, setiap sore hari Azura belajar. Keesokannya di sekolah. Azura mencoba menanyakan tentang Widian dan Furqon dengan temannya Akbar. Akbar teman sekelas Azura yang cukup dekat dengannya. "Bar, lu kenal sama Furqon dan Widian?" Azura memulai pembicaraan. "Iya, dia teman gua juga. Dia kakak kelas yang baik. Orangnya enak di ajak ngobrol. Emang kenapa? Lu suka sama mereka?" setelah menjelaskan Akbar malah balik bertanya. "Gak lah. Gila kali lu, masa gua naksir orang yang belum gua kenal!" jawab Azura dengan mimik wajah bingung. "Terus lu mau apa nanyain dia pada?" "gua cuma pengen tau aja. Mereka tetangga gua tapi gua gak pernah akrab sama mereka." "Ooohhh..." Ujar akbar dengan membulatkan mulutnya. "Ih jelek banget lu kayak gitu.. hahaha..." Ejek Azura. "Welah, orang ganteng begini. Ayo ngaku sama gua. gua sadar kok saking gantengnya gua lu jadi susah ngungkapin perasaan lu ke gua." Akbar dengan pede memegang kerah bajunya. "OMG, mimpi apa gua semalem? Bukan saking gantengnya, tapi saking jeleknya kali..." Ujar Azura dengan sinis. Sambil manyun pada Akbar.
Jam istirahat, Azura dkk (dan kawan-kawan maksudnya) jajan di kantin sekolah. Tiba-tiba ada akbar dengan Furqon menghampiri Azura. Azura dan teman-temannya berhenti. "Ra, nih Furqon. Furqon ini Azura." Kata Akbar sambil tersenyum dengan ciri khasnya, entah senyum entah manyun. "gua juga udah tau!" Seru Azura dan Furqon bersamaan. Sambil mengerutkan kening. "Ooohh, gua kan cuma kasih tau doank." Akbar malu sendiri. Kemudian Azura dkk kembali menuju kantin dan Furqon pun pergi begitu saja meninggalkan Akbar, Akbar pun berlari mengejar Furqon. "Furqon tunggu gua." Teriak Akbar. "Lelet pisan euy. Kayak siput lu. Tapi kayaknya lebih jelek dari siput deh... hahahaha.." Ejek Furqon. "Sial, dasar kampret !" "Kampret apaan sih Bar?" "Kampret artinya ganteng." Jawab akbar sambil memberikan senyum liciknya "Makasih, tapi gua gak yakin artinya itu. Kalau kata gua lu jauh lebih kampret" "Sial, gua gak pernah bisa ngerjain lu." Akbar manyun.
Pulang sekolah, seperti biasa Azura, Furqon dan Widian satu angkot dan juga satu perjalanan. Tampaknya Azura masih bingung dengan kejadian saat istirahat tadi. Furqon dan Azura saling berpandangan. Tapi tiba-tiba Widian mencoba mengajak bicara Furqon. Perhatian Furqon jadi terfokus pada Widian tetapi terkadang ia melirik ke arah Azura. Azura yang tampak risih memilih membaca komiknya untuk menghilangkan rasa sepinya. Tapi tiba-tiba Azura terkejut ketika Furqon mengajaknya bicara. "Azura, temannya Akbar juga?" "Iya, gua Azura teman sekelasnya akbar. Hmm... lu kenal sama Akbar juga darimana?" "Dulu gua suka satu warnet sama dia. Makanya gua akrab sama dia." "Oh." Suasana kembali hening. Azura kembali membaca komiknya. Sedangkan Furqon dan Widian masih memperhatikan Azura. "Ada apa? Kok ngeliatin gua gitu banget? Ada yang aneh ya?" Azura memecahkan keheningan. "Gak ada apa-apa. Rumah lu yang pagar biru bukan?" sekarang Widian yang berbicara. "Hmm... iya. Kok lu tau?" "gua sering lihat lu." "Oh." "An, dikit lagi sampai tuh." Furqon menghentikan obrolan Widian dan Azura. "Oh iya.. Bareng kan Ra?" tanya Widian kembali membuka pembicaraan. "Iya." Azura hanya menjawab dengan singkat. "gua duluan ya Furqon, Widian." Ujar Azura sambil tersenyum tipis. "Oh iya.." balas Widian dan Furqon sambil tersenyum.
Di hempaskan badannya ke tempat tidur, Azura tampak bingung dan senang dengan perkenalannya dengan Widian dan Furqon. Keduanya memang tampan. Seperti biasa Azura tidur siang untuk menghilangkan rasa letihnya.
Pagi ini Azura tampak bersemangat ke sekolah. Tampak juga Widian yang ingin berangkat. Azura pun tersenyum pada Widian begitu juga dengan Widian. Widian mencoba membuka pembicaraan. "Boleh bareng?" "Boleh, sendirian aja? Furqon mana?" "Dia selalu di anterin kalau berangkat." "Oh.. gua kira lu bareng juga kalau berangkat." "Kadang-kadang sih bareng kalau dia gak di anter." "Oh.. sekarang jadi kita yang bareng. Kayaknya lu sehati banget sama Furqon. Rumah deket, sekolah bareng." "Welah, gak segitu sehatinya kali. Kalau lu mau, setiap pagi kita berangkat bareng ya?" "Boleh, boleh.. gak nyangka bisa akrab sama lu. Maaf nih gua gak pake ngomong kakak sama lu. Kayaknya jadi kurang akrab." "Iya gak apa-apa. gua ngerti maksud lu. Santai aja sama gua dan Furqon." "Kakak kelas yang baik, hehehe... eh udah mau sampai nih, gak terasa ya?" "Iya, kalau ngobrol pasti gak akan terasa."
Jam istirahat. Hari ini Azura hanya sendiri ke kantin. Teman-temannya sedang mengerjakan tugas.Azura memang anak rajin yang selalu mengerjakan tugas. Di tengah ke sendiriannya tiba-tiba dua orang lelaki menghampirinya, siapa lagi kalau bukan Widian dan Furqon. "Hai Ra.. Sendirian aja? Temen lu pada kemana?" tanya Widian. "Ada,lagi di kelas ngerjain tugas." "Lu gak ngerjain juga?" tanya Furqon. "Udah, itu pada nyontekin tugas gua." "Mau ke kantin bareng?" tanya Widian. Sekarang mereka bertiga tampak begitu akrab. Banyak hal yang sering mereka lakukan bersama. Mulai dari berangkat sekolah, saat jam istirahat, saat pulang sekolah dan mereka jadi sering main bersama di rumah.
"Gak nyangka kita bertiga jadi deket gini." Ujar Furqon "Iya.." Jawab Azura dan Widian bersamaan. Sayangnya Azura tidak tahu kalau Furqon dan Widian menyimpan rasa padanya. Selama ini Azura juga menyimpan perasaannya pada Widian. Mereka saling memendam perasaannya satu sama lain. Entah sampai kapan mereka akan terus memendam perasaan itu.
Di suatu malam Furqon datang ke rumah Widian. Tidak seperti biasanya, ia tampak gugup saat bicara pada Widian. "An, lu mau bantu gua gak?" "Bantu apa? Tumben sampai gugup begitu ngomongnya. Kalau bisa gua bantu akan gua bantu. Kenapa lu gak minta bantuan Azura juga?" "Itu dia masalahnya. gua..." "Lu kenapa? Terus apa hubungannya sama Azura." "gua... sayang... A..z..u..ra." Furqon terbata-bata. "gua tau, gua juga sayang Azura, karena kita bersahabat." "Bukan sayang sahabat, tapi lebih dari sahabat." Seketika itu Widian termenung mendengar perkataan Furqon. Hati kecilnya tidak bisa berbohong kalau ia cemburu, kalau ia juga memiliki rasa yang Furqon rasakan juga pada Azura. "An, kok lu diem sih?" "gua.." "Lu kenapa? Kok lu jadi gugup juga?" "Please jangan marah sama gua, karena gua gak mau persahabatan kita ancur. gua juga sayang sama Azura lebih dari sahabat. Tapi kalau lu mau memiliki dia, gua akan coba untuk ikhlas." "Tapi gua juga mau lu bahagia. Lu sahabat gua An. Lebih baik lu yang memiliki dia." "Makasih atas keikhlasan lu. Sekarang terserah Azura." "Iya, gua setuju. Kita harus ngomong sama Azura besok." "Iya.. kita harus terima atas ke putusan Azura nanti." "Itu pasti." Sedangkan di rumah Azura juga sedang berkecamuk dengan perasaannya pada Widian. Ia berharap Widian memiliki perasaan yang sama dengannya. Azura hanya menunggu Widian. Ia sangat mengharapkan Widian menyatakan perasaan yang sama dengannya.
Hari Minggu pagi yang cerah seperti biasanya Azura, Widian dan Furqon lari pagi bersama. Dan inilah saatnya Furqon dan Widian menyatakan perasaan mereka pada Azura. "Ra.." "Ada apa Widian?" "gua sama Furqon pengen ngomong sesuatu sama lu." "Iya, ngomong apa? Ngomong aja lagi. Gak kayak biasanya lu berdua keliatan gugup begini." "gua, sama Widian pengen ngungkapin perasaan kita berdua ke lu." "Maksud lu apa? " "gua dan Furqon menyayangi lu lebih dari sahabat. gua dan Furqon sama-sama beharap bisa memiliki lu. Tapi itu gak mungkin, cuma ada satu Azura. Jadi semua terserah lu Ra." Seketika itu Azura hanya diam. Apa dia harus memilih Widian karena ia juga menyayanginya. Tapi bagaimana dengan Furqon yang selama ini sangat baik dengannya. Azura termenung. "Ra, atau lu udah punya gebetan ya?" "Iya, tapi itu salah satu di antara kalian." "Siapa Ra. gua sama Widian udah janji untuk gak dendam." "Kalau gua boleh jujur. gua sangat mengharapkan lu.. Widian." Seketika itu suasana tampak hening. Furqon tampak murung. Sedangkan Widian masih tampak tak percaya. Sedangkan Azura hanya menundukan kepalanya. "Tapi gua gak akan memilih di antara kalian. gua emang sayang Widian tapi gua juga sayang sama lu Furqon walau sayang gua ke lu gak sebesar sayang gua ke Widian. gua mau kita tetap bersahabat seperti dulu. Lupakan semua ini. gua yakin sahabat-sahabat gua ini pasti dapat cewek yang cantik dan baik. Percaya gua." Azura memecahkan keheningan "Makasih Azura atas kebijaksanaan lu. gua juga gak mau persahabatan kita jadi ancur karena ini. Furqon, lu jangan marah sama gua ya!" "gua gak akan marah, Widian dan Azura emang sahabat sejati gua. Lagian kalau kalian jadian juga gak apa-apa. gua rela kok." "Furqon, gua dan Widian hanya akan jadi sahabat. Kita akan tetap jadi sahabat okey. Just best friend, forever." Azura pun memeluk Furqon. "gua juga mau donk di peluk, hehehe.." Canda Widian. Merekapun saling berpelukan dan berseru. "We always be best friend."

Tamat

Cerpen Karangan: Zulaikha Ditya Kharisma


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...