Cerpen A Note of Drama Emergency Class



Hari ini adalah hari kamis, bayang bayang UTS akan segera berakhir. Pengawas yang galak dan soal ujian yang sulit akan segera berakhir. Jam sudah menunjukan 9 pukul pagi, bel istirahat pun belum juga berdentang namun banyak di antara siswa telah selesai mengerjakan soal. Ika dan kawan kawannya pun duduk di aula sekolah tepatnya di sofa.
'wuih susah bener tadi jawab soalnya ka' kata Cita sambil duduk
'ya dah ipanya tiba tiba digabung dengan bp nya' kata riata
'ya ngak terlalu susah sih' kata dayu
'ya karena kan jadwalnya digabung' kata Ika sambil mengunyah permen karet
'ya memang sih mudah kan bp nya mudah' kata Vitri 'Cita aku pinjem ya buku mu' lanjutnya
'semua yang ada di lks tadi keliatnya banyak terutama bpnya' kata Rista sambil membolak balikkan bukunya
'bener tuh!' kata dayu sambil menatap Cita
'eh tadi kan bpnya digabung sama ipanya mungkin tiknya di gabung sama penjasnya' kata Rista
'ngak mungkin e kan biasanya istirahatnya 2 kali' kata Ika
'bener tuh apalagi kakak kelasnya lagi try out' kata dayu
Vitri tersenyum kecil ketIka membaca bukunya Cita Ika melihat buku itu dan mengambilnya
'wi kamu nulis I love nice guy i love you 4ever dan love lope pssw' kata Ika 'pssw itu siapa?' lanjutnya
'bukan dia kok bukan Ika'
'oh… si dia si put'
'jangan lah ka!' kata Cita sambil mengambil kembali buku itu
'siapa itu ka?' Tanya dayu
'kakak yang ngajar dia pd' jawab Ika 'ngak papa kok wi aku juga sering nulis gitu di buku ku'
'aku udah ngak suka sama dia' kata Cita
'kamu juga sering nulis gitu ya ka?' Tanya Vitri
'iya dia juga sering nyebut aku sebagai malaikat hitam' jawab Ika
'dia dari mana?' Tanya dayu
'dia itu kalau ngak salah sekolah di sma blabatuh' kata ika
'bener?' kata dayu
'bener kok!' kata Cita
'ya dah terserah kamu' kata dayu

Bell pun berbunyi yang menandakan bahwa jam istirahat baru saja dimulai
'besok kan katanya ada jeda' kata Vitri
'oh iya gimana dramanya ka?' Tanya dayu
'tuh tanyain ketua kelasnya katanya dramanya mau diganti' jawab Ika
'gimana dramanya mau selesai kalau ketuanya kayak gitu' kata Rista
'kalau besok langsung lomba dramanya kan kita ngak bisa' kata dayu
Sania pun datang dengan wajah agak cemberut
'gimana nih dramanya?' Tanya dayu
'tuh dah maunya sih diganti' jawab sania 'si Harry juga ngak terlalu ngurus lagi' lanjutnya
'dia itu kan memang begitu' kata Cita
Bawa pun datang dari arah timur
'nah itu dia si wakil' kata Vitri sambil menoleh ke arah bawa'
'ada apa nih kok semuanya liatin aku?' Tanya bawa
'ba kapan dramanya dilombain?' Tanya sania
'ngak tau besok atau lusa'
'kalau besok kita ngak akan siap' kata Ika
'ya gimanain men kan si Harry yang ngurus'
'Ristanya dramanya jadi diganti?' Tanya sania
'ya aku ngak tau'
'tuh dia si Harry' kata Vitri sambil menunjuk kea rah Harry
'ada apa?' Tanya nya
'gimana nih har jadi layon sarinya diganti?' Tanya sania

'pengumuman bagi semua ketua kelas kelas 7 dan 8 agar segera berkumpul di aula sekali lagi pengumuman bagi semua ketua kelas kelas 7 dan 8 agar segera berkumpul di aula terimakasih'

Harry langsung berbalik arah menghindari panggilan namun sudah dihalangi oleh Rista
'har cepat' kata Ika
Dan ya dia pun pergi memenuhi panggilan dengan rasa terpaksa. Mereka pun segera menunggu sang ketua kelas, setelah si Harry datang…
'gimana? Dramanaya kapan?' Tanya sania
'wui mati kita, ka besok dramanya' jawab Harry
'gimana ni we?' Tanya Cita
'nanti kumpulin semuanya ya sepulang sekolah' kata Harry
'ya harr' jawab semuanya bel masuk pun berbunyi.

2 jam kemudian.
Semua anggota kelas pun berkumpul.
'nah semuanya udah pada ngumpul ayo cepat kita nyelesain tugasnya' kata Harry
'gimana nih jadi ngak dramanya diganti?' Tanya sania
'ngak tau nih nungguin yang ngusul drama itu' kata Harry
'nih gara gara sania nih!' kata kadek
'kok jadi aku yang disalahin?'
'ya kamu yang ngusul'
'ngak bukan aku yang ngusul kan mitha yang ngusul'
'yen mula kene unduke luwungen kanggo kenehe yen nagih ngae drama ngae nak e drama e yen sing sing' kata setiawan
'ya katanya terserah kalau mau niat buat dramnya buat nak e kalau ngak ya ngak' kata sania
Winda, Kayana, puspa dan Dewi datang dari arah utara.
'har kok peran jegeg bagusnya diganti?' Tanya puspa
'ya dah kok yang dipilih suari sih? Kan yang menang voting itu kan Winda' kata Dewi
'har kamu disuruh kembali ke Winda' kata Hendra
Widi pun datang dari arah yang berlawanan
'har gimana nih dramanya?' Tanya Widi
'ya kalau pake dramanya yang layon sari itu kita kekurangan pemain'
'katanya dramanya mau diganti gimana sih?' Tanya sania yang mulai emosi
'Gaby cit kita pergi aja yuk! Aku bosen lihat yang kayak gini' kata Ika. Mereka bertiga pun pergi. Ya makan bakso di warung pak kairun dimana lagi? Puspa yang mulai emosi pun mulai segera berhenti cerewet di depan Harry jadi dia memutuskan untuk pergi pulang ke rumah bersama dengan Sukma dan cahya. Sedangkan Vitri dan Yani hanya bisa diam menunggu keputusan. Rista dan dayu juga sudah pulang duluan.
'harr gimana nih? Kok selalu aku yang disalahin?' Tanya sania
'gimana nih si Harry ini…' kata Dewi yang sudah emosi. Sedangkan ya Winda Vitri dan Yani hanya bisa menonton tanpa bisa memberi komentar. Setelah berdebat cukup lama Vitri, Yani, Winda, Kayana, Dewi dan Widi pergi ke barat kelas.
'gimana tuh yang ngusul?' Tanya Widi
'ya dah ngusul aja bisa' kata Dewi
'pantesan bibirnya bimoli' kata Kayana
'ya dah bibirnya sama kayak Yani' kata Widi
'apa mauksudmu wid? Kok aku yang kena kan aku ngak ngapain ngapain' kata Yani
'sabar Yani' kata Vitri
'tuh peran jegegnya aja diganti sama dia ngusul aja bisa' kata Kayana
'mana tuh orangnya ngomonng aja bisa' kata Dewi
'peran jegegnya diganti terus sekarang peran di drama layonnya berkurang' kata Kayana
'vit kamu ya yang gantiin Ayu jadi bendesa ya?' Tanya Widi
'kok aku?' Tanya Vitri
'yuk vit kita pulang biarin dah mereka yang ngurus' kata Yani
'ok!' kata Vitri. Mereka pun berjalan ke luar sekolah sebelum mereka pergi ke gerbang sekolah mereka sempat bertemu dengan sania yang hampir menangis
'kenapa mu sania?' Tanya Yani
'tuh si Hendra nyalahin aku padahal aku kan memperjelas omongannya si setiawan kok aku yang jadi disalahin kan yang ngusul itu bukan aku' kata sania
'ya dah biarin mereka jek gimana nih bisa bisa kita dis mungkin' kata Yani
'padahal kamu kan hanya menjadi translator untuk dia mengapa kamu yang disalahin?' kata Vitri
'lebih baik aku kesana lagi ah nanti urusannya makin parah' kata sania sambil berbalik pergi
'we san tungguin aku' kata Yani
'aku ikut juga ah' kata Vitri
Mereka pun berjalan menuju ke aula
'go tim sania go! Go!' kata Yani
Setelah sampai mereka pun kembali cek cok di antara memilih tokoh bendesanya sama dramanya akan diganti atau tidak
'weh giamana nih we?' Tanya Harry yang sudah mulai kelabakan
'ganti aja posisi Ayu di drama e mungkin Vitri' kata Widi
'ya Vitri aja' kata Dewi Widi menatap wajah Vitri 'tolang vit plisss' kata Widi
'ya oke lah' kata Vitri
'nanti jam setengah dua kita latian' kata Harry
'gek umanya mana?' Tanya Yani
'gek umanya bisa dihubungin dia' kata sania
'Vitri kamu bisa kan?' Tanya Harry
'ya aku bisa' jawab Vitri.
'kalau begitu diskusi kita selesai' kata Harry
'we aku udah datang' kata mita 'ya dari pada nyencengin aku terus kita bahas tentang drama ini' lanjutnya
'mit dramanya mau diganti pakai drama apa?' Tanya sania
'bawang mwerah sama bawang putih aja' kata mita 'ngak papa kok sama dengan kelas lain yang penting kita bisa ngikutin'
Sedangkan Ayu sedang berbincang bincang sedikit dengan Winda
'win kamu udah terlanjur beli perlengkapannya ya win?' Tanya Ayu
'ya dek kamu ya yang jadi jegeg bagusnya' kata Winda
'ya Ayu memang jadi jegegnya tapi Ayu ngak mau' kata Ayu.

Setelah itu Ayu pergi. Terjadi pertengkaran besar lagi di antara Harry Hendra sania dan mita. Sedangkan Kayana, Winda, Dewi, Vitri dan Yani hanya duduk menunggu keputusan.
'gr… banget dia si Ayu tadi dia bilang ya Ayu memang jadi jegegnya gr banget' kata Dewi
'ya dah' kata Yani
Winda bulak balik di tangga eh maksudnya naik turun di tangganya. Dan ia pun jatuh 'waa..!!!'
'Winda!'
Winda hanya tertawa ternyata itu hanya ektingnya
'wah bagus win!' kata Yani
'ya win coba lagi!' kata Vitri
Dan ia pun melakukan hal yang sama, semua orang pun bertepuk tangan.
Yani dan viti mendekati tkp pertengkaran.
'siapa saja yang masih peduli nanti kesini jam setengah 2' kata Harry
Semua pun bubar pergi ke rumah masing masing. Vitri, sania, dan Yani pergi ke T-mart buat nunggu angkot di sana mereka bertemu dengan rista dan dayu.
'hay semuanya!' sapa Yani
'hay'
'we tadi tau ngak mereka itu bertengkar plas plis gitu' kata Yani
'apa urusannya dengan kami?' Tanya rista
'eh ni apa yang terjadi tadi?' taya dayu
'gedek basang akue bene ken ajak onyang toe' kata sania
Yani pun gebrak gebruk bangku 'kesel aku tau !' katanya sambil
'we Yani kita udah tenang tenang tenang disini jangan diganggu lagi' kata dayu
'ya betul tuh Yani kami duduk duduk disini itu maunya nyantai bukan bertengkar' kata rista
'nih si Yani sama si sania datang datang manes manesin aja kerjaannya' kata dayu
'lo kok Cuma aku sama Yani aja Vitri ngak ikut?' Tanya sania
'Vitri ngak manes manesin' kata rista
'aku hanya jadi penonton disini' kata Vitri

Setelah itu mereka berlima pun pergi beli teh poci. Sebuah bemo pun datang yang memaksa ke lima sahabat itu untuk berpisah. Jam 2 pas beberapa anak berkumpul di sebuah sekolah. Sukma rista yang baru datang merupakan orang yang terakhir datang.
'nah sekarang apa yang harus pertama kita lakukan?' Tanya Hendra
'ya nentuin pemainnya lah!' kata sania
'baiklah kalau begitu tiwi jadi ibu tirinya trus mita jadi bawang merah Sukma jadi bawang putih rista jadi nenek dan bawa jadi kakeknya' kata Harry
'oke kalau begitu ini naskahnya aku dan Yani udah fotocopiin' kata sania
'betul tuh nah sekarang latian dah kami yang akan jadi jurinya' kata Yani
'emangnya x factor' kata sania
Mereka pun lathian.


Esoknya…
Gabby Cita dan cokti bermain laptop di kelas beberapa anak sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Harry dan prim sedang memasang berbagai soal di dinding. Yani duduk di bangku paling depan. Hendra datang dari arah timur kelas.
'pemainnya juga belum dateng? Gimana nih jadinya' kata Yani
'kemarin susah sekali latihannya ya memang begitu kan hasilnya' kata Hendra
'aku suka kok kalau si mita jadi tokoh antagonisnya dia kan memang antagonis'
'kalau dia jadi bawang putih gimana?'
'ya aku tetep suka Cuma di bagian waktu si ibu tirinya itu nampar nampar dia'
Vitri datang menghampiri mereka.
'gimana hasilnya we?' Tanya Vitri
'hasilnya itu dramanya di ganti pakek drama bawang merah bawang putih' jawab Yani
'siapa jadi bawang putihnya?'
'ya si Sukma lah trus yang jadi bawang merahnya ya si mita ibu nya tiwi neneknya rista kakeknya bawa' kata Hendra
'oh… Gitu'
Mereka menunggu para pemain datang. Tepat setelah bel berbunyi mereka datang.
'nih kalian aku tunggu dari tadi tau!' kata sania
'ya maafin aku' kata Sukma
Ayu mendekati tiwi dan merias wajahnya, bawa juga lagi dirias sama yang lain pokoknya meriah. Ika mendadak disuruh menjadi narator ceRista tersebut. Setelah itu sebuah pengumuman pun berbunyi,
'pengumuman bagi seluruh peserta drama sekolah agar segera datang ke aula sekolah untuk mengambil undian sekali lagi pengumuman bagi seluruh peserta drama sekolah agar segera datang ke aula sekolah untuk mengambil undian terimakasih'
Tara, sania, dan Yani yang menjadi wakil peserta dramanya karena ya pesertanya lagi ya latihan.
'kita dapat no urut ke berapa?' Tanya rista
'kita urutan yang terakhir' jawab Widi
Mereka pun latihan.

'pada jaman dahulu… hiduplah…'
'mana sapunya?' Tanya Sukma
'yang ada Cuma sapu lidi' kata bawa
'pake aja kan ceRistanya pada jaman dahulu, dulu kan ngak ada sapu ijuk' kata Vitri
'bagus vit' kata dayu
Blabalabla bla bla…
'lalu pada suatu hari ia bertemu dengan seorang kakek kakek'
'eh bawa jangan dari situ jalannya kan jalannya harus berlawanan' kata dayu
'okelah' kata bawa. 'dah jatuhin dah kayunya' kata Yani
'kok ngak dilepas talinya?' Tanya Sukma
'nanti aja ngelepasnya' kata rista
'bener tuh!' kata Harry
'nah lanjutin dah' kata Yani
Setelah itu mereka pun terus latihan latihan dan latihan. Vitri dan Widi melihat keluar. Ika dan Cita ngerjain sesuatu di laptop
'vit ayo kita nyari lagu buat dramanya' kata Ika
'we ka lagu ini cocok ngak buat nanti?' Tanya Cita
'coba aku dengerin' kata Ika. Cita pun menghidupkan lagu tersebut.
'suaranya kecil ada yang bawa headset ngak?' Tanya Ika
'kamu ngak bawa?' Tanya Cita
'oh iya aku bawa' Ika pun memasukkan headsetnya ke laptop Cita. Vitri dan Widi pun kembali ke kelas. Vitri pun mendekati Ika dan Cita yang sedang memilih lagu untuk dramanya.
'vit coba kamu dengar lagu ini' kata Ika
'lagunya agak sedih buat apa?' Tanya Vitri
'ya buat dramanya' jawab Cita
'oh… nanti buat lagu waktu ibu tirinya dan si bawang merah mati ya?'
'ya lah masak buat pesta' kata Ika
Mita pun mendekati mereka.
'udah selesai?' Tanya mita
'ya ini lagu buat nanti end nya' kata Ika 'kalau belum sadis suaranya nanti aku downloadin lagu glory Sunday' lanjut Ika
'ini aja udah serem jangan bawa lagu glory Sunday lagi nanti penontonnya pada mati lagi' kata mita
Dan ya mereka pun melanjutkan latihannya. Bawa yang merasa kurang enak dengan pakaiannya itu pun langsung melepas pakaiannya tersebut.
'kok di lepas?' Tanya Vitri
'aku gerah' jawab bawa
'padahal bagus lo mukamu kalau digituin' kata dayu
'iya aku kan juga dulu mantan manegermu aku tau kok kamu itu pantas jadi aktor' kata Vitri
'ya terserah kalian dah'

2 jam kemudian…
'bagaimana kalau kita suruh Winda untuk nyanyi dia kan pinter nyanyi day tolong panggilin si Winda' kata Yani
'baiklah yuk vit anterin aku' kata dayu sambil menarik tangan. mereka berdua pun mencari Winda. Setelah itu pun mereka berkumpul di kelas.
'win kamu lagu apa aja bisa yang sedih sedih gitu atau ngak semacamnya' kata Yani
'we aku ngak tau' kata Winda
'kamu kan pernah les vokal pasti bisa' kata sania 'lagu siapa saja yang kamu bisa?' lanjutnya
'em lagunya anggun' jawab Winda
'ya lagunya yang mimpi itu kamu bisa?' Tanya sania
'bisa bisa'
'trus gimana nada pengiringnya? Alias suara instrumennya?' Tanya Yani
'oh ya ya nanti itu kita pikirin yang penting Windanya udah siap kamu udah siapkan win?' Tanya sania. Winda hanya mengangguk 'nah itu udah bagus yuk ayo kita riasan kamu' kata sania
'ngapain tuh mereka?' Tanya mita
'katanya si Winda mau nyanyi buat dramanya' jawab dayu
'ngapain sih isi gitu repotin aja' kata mita
'iya dah yuk kita lanjutin latihannya' kata tiwi
'wah hebat mu win' kata Vitri
'siapa yang ngusulin' Tanya Dewi
'tentu saja aku lah' kata Yani
'we aku udah nemuin lagunya!' kata Cita Yani dan Dewi pun mendekati dia
'hebat mu cit' kata Yani
'siapa dulu donk miss downloader gitu lo'
Winda pun berdiri di depan kelas siap untuk menyanyi dan ya ia pun bernyanyi. Beberapa anak pun bersorak sehingga agak mengganggu proses latian.
'we jangan nak e berisik!' kata mita (ya dari caranya ngomong dan ya berbicara di depan ia seperti udah musuhan dengan Winda dan teman temannya dilihat dari status di fb dan ya pertengkarannya itu dengan Dewi di fb)
'ngapain juga isi acara pakek nyanyi gitu' lanjutnya
'we katanya ngak perlu isi nyanyi buat nanti aku udah nanya' kata Widi
'kalau begitu suruh nak e mereka berhenti gitu' kata mita. Tiwi pun memberi tahu mereka bahwa Winda ngak jadi nyanyi buat nanti. Sehingga Dewi pun kesal dan ya rombongannya pun pergi. Waktu pun memanggil. Untuk lebih lengkapnya inilah anggota anggota yang bertugas untuk drama.

Sukma: Bawang putih
mita: Bawang merah
Tiwi: Ibu tiri
Rista: Nenek
Bawa: Kakek
Gaby: Petugas setting(yang narik baju)
Harry: Petugas setting(yang mempersiapkan kayu)
Hendra: Petugas seting(yang menyiapkan buah semangka)
Vitri: Petugas setting(yang ngurus musiknya)
Dayu: Petugas setting (yang ngurus musiknya)
Ika: Yang bacain narasi

Dan akhirnya drama pun berjalan dengan baik walaupun waktunya lebih 2 menit. Dan akhirnya pemenang pun disebutkan ya walaupun ngak jadi pemenang kelas m2 tetap semangat
'ya ngak papa yang penting kita udah tampil' kata mita
'tadi Ayu udah beritahu waktunya tapi ngak ada yang denger' kata Ayu 'tapi serius lo Ika memang cocok tadi jadi pembawa narasinya' lanjutnya
'ah aku ngak mungkin bisa gitu Ayu' kata Ika
'yang penting semuannya berjalan lancar' kata Hendra

Dan bell pun berbunyi yang menandakan bahwa sekarang saatnya pulang. Vitri berdiri menghadap ke mading kelas ia melihat ada secarik kertas di sana ya yang belum ditulisin. Dan ya ia pun mengambil pulpen yang ada di sakunya dan langsung menulisi kertas itu.

“jangan sampai kau menyerah”

Cerpen Karangan: Shanti Savitri Ni Wayan
Facebook: Yan Shanti
tahun 2013 klw ngak salah
komen ya kalau kalian anak emc spensagi!

No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...