Cerpen Pelangi dalam Hujan


'pelangi di bukit senja'

      Pagi itu ashilla berjalan tak tentu arah dibawah derasnya hujan yang melanda kota minggu itu. Ketika ashilla terus menikmati perjalanannya dibawah hujan tanpa peneduh apapun, tiba-tiba seorang lelaki memayungi dirinya dari belakang, mungkin ia tak tega melihat ashilla kedinginan dibawah hujan yang mengguyur daerah itu, ashilla menoleh perlahan. Dilihatnya pria yang terlihat sangan menawan menghampiri dirinya.

"ngapain kamu bawain payung segala?? Aku tak begitu benci terhadap hujan, aku justru sangat menyukai hujan" ucap ashilla.

"bukan tentang benci atau tidaknya, semua orang tak menginginkanmu sakit, hujan akan membuat badanmu tak enak.." jawab lelaki itu.

"kau tak harus takut terhadap sakit pabila kau dapat hidup sehat.." sahut ashilla lagi.

"ahhh, sudahlahh lupakan perdebatan kita, mari kuantar kau pulang, aku bawa mobil kok tenang saja, kau tak perlu kuatir kehujanan." Ucap lelaki itu dingin.

"baiklah kuturuti maumu kali ini" tukas ashilla cuek.

      Mereka berjalan bersama menuju arah penempatan kendaraan, mereka berhenti tepat di samping jazz hitam milik lelaki itu. Ashilla terdiam sejenak sebelum pintu mobil terbuka untuknya, pria itu menyuruh ashilla masuk kedalam mobilnya, didalam mobil mereka sedikit bercerita tentang hujan.

"apa kau begitu mencintai hujan??" Tanya pemuda itu, sebut saja namanya cakka.

"ya, begitulah, hujan yang pernah menyatukan cinta kami, dan hujan pula yang pernah menghiasi hari-hari ketika kami bersama" jawab ashilla.

"mengapa pernah?? Hubunganmu telah berakhirkah??" Tanya cakka lagi.

"yaaa, dia meninggalkanku di bukit belakang sekolah ketika pelangi muncul... dan aku sangat benci pelangi.." sahut ashilla.

"mengapa kita berbeda?? Aku tak suka hujan, tapi aku sangat menyukai kehadiran pelangi, apalagi sore hari itu indah bukan??" ucap cakka.

"indah??? Apanya yang indah??? Jika ku tak suka tetap tak suka..." ketus ashilla.

"lihat saja nanti aku akan membuatmu menyukai pelangi!!" kata cakka.

"apa?? Kau tak dapat memaksaku untuk menyukai pelangi, Dan lihat saja aku akan membuatmu tak takut lagi terhadap hujan" ucap ashilla, beberapa menit percakapan mereka berlalu, akhirnya ashilla dan cakka berhenti didepan rumah mewah milik ashilla. Ashilla turun, dan kembali membiarkan tubuhnya diguyur hujan.

'huhhh, lelaki yang aneh.. kenapa ia tak menyukai hujan?? Ehhh, tapi akupun aneh, aku sangat membenci pelangi.. ahhh lupakan' batin ashilla terhenti ketika melihat bunga edelweiss favoritnya yang biasa ada dalam vas cantik kini telah tiada jejaknya. Ashilla sangat sedih, bunga terakhir pemberian mantan terindahnya kini telah lenyap, ia berlari menuju kamarnya dan membanjiri kamarnya hingga larut malam.

***

'jangan salahkan pelangi bila kita tak dapat bersatu'

      Ashilla pergi kedalam perpustakaan sekolahnya, sebenarnya tak ada niat apapun untuk keruangan itu, hanya saja dia tak ingin melihat pelangi yang sebentar lagi Nampak tepat dijendela kelasnya. Ia hanya tak ingin melihat sebuah pelangi yang indah dikejauhan sana, ia tak dapat membuang rasa bencinya terhadap pelangi yang sebentar lagi Nampak itu. Ditengah lamunan shilla, ia mendengar suara decakkan kaki bergesek dengan lantai, ia menoleh kearah pintu masuk, dilihatnya cakka berjalan menuju arahnya.

"hey.. bolehkah aku duduk di sebelahmu??" Tanya cakka.

"boleh, mengapa tidak??" jawab ashilla sambil terus menopangkan dagunya.

"melamun??" Tanya cakka lagi.

"yaa.." jawab ashilla singkat.

"bukankah ini hujan?? Dan kau sangat menyukai hujan??" ucap cakka lagi.

"bukankah hujan hampir reda, dan sebentar lagi pelangi berkeliaran??" tukas ashilla.

"yaaa.. kau sangat benar, danku tau kau sangat membenci hal itu.." ucap cakka.

      Yaa, sudah beberapa minggu ini hujan turun dengan lebatnya dan setelah itupun pelangi menghiasinya, namun benar-benar diluar dugaan, pelangi yang biasanya ditunggu kehadirannya oleh semua orang, tapi tidak dengan gadis bernama lengkap Ashilla Zahrantiara itu, pelangi adalah musibah baginya, pelangi adalah akhir dari segala kisahnya dengan mantan terindahnya sebut saja namanya "Gabriel" dia meninggalkan shilla tepat pada pelangi pertama muncul di musim hujan tahun ini.

Saat itu...

*flash back on*

     Sore yang indah di atas bukit sekolah, terlebih hari itu telah hujan, ashilla menikmati hujan kala itu masih dibalut rasa cinta dengan gabriel, namun beberapa jam kemudian redalah sang hujan yang berganti dengan indahnya pelangi hadir menghiasi ufuk barat yang hampir menjelang malam, sungguh indah bukan?? Gabriel dan ashilla yang sedang duduk beralaskan tikar bak keluarga yang sedang piknik, harus menjalani beberapa perdebatan.

"bajumu basah yel," ucap ashilla.

"aku tau, bajumu juga" tukas gabriel.

"tunggu... kau seperti menyembunyikan sesuatu dariku..." ketus ashilla.

"apa??? Aku tak menyembunyikan apapun darimu" jawab Gabriel,

"untuk siapa bunga edelweiss itu?? Apa kau menyengaja tak memberikannya padaku??" Tanya ashilla.

"tidak... sungguh... maksudku..." ucap Gabriel terpotong *bruuuuuuuukkk... Gabriel terpeleset kedasar jurang ditepi bukit, sebelum itu gabriel hanya dapat berteriak.

"TERNYATA KAU SEPERTI PELANGI, INDAH NAMUN HANYA SEPARUH HATI KAU MENCINTAIKU, HINGGA KAU RELA MENJATUHKANKU KEDALAM JURANG INI, ENTAH SAMPAI KAPAN AKU HARUS BERTAHAN ATAU USAI, YANG JELAS AKU INGIN KAU MENGAKHIRI HUBUNGAN INDAH KITA... DAN AKU MEMBENCIMU...AMBILAH BUNGA EDELWEISS ITU SESUKA HATIMU, KARENA ITU MEMANG UNTUKMU" teriak gabriel untuk terakhir kali sebelum suaranya hilang bak ditelan bumi.

'aku salah, bunga ini untukku, dan aku telah membuat gabriel pergi meninggalkanku, aku sangat membenci diri ini yang katanya seperti pelangi, dan aku benci yang namanya pelangi!!!' batin ashilla.

*flash back off*

***

'jangan salahkan hujan jika cinta kembali membalut kalbu'

      Siang itu, cakka sedang duduk dikursi depan kelas yang terpampang rapi berderet, cakka tak beranjak sedikitpun dari kursi yang didudukinya itu, yaaa... pemuda ini begitu takut hujan, dari kejauhan cakka melihat ashilla melangkah menuju dimana ia duduk, berbeda dengan biasanya kini ashilla berjalan melewati tengah hujan di tepi tapangan menggunakan peneduh, sesampainya didepan kelas cakka iapun berhenti.

"hey.. kau masih mengingatku??" Tanya ashilla sambil menunjukan senyumannya yang begitu indah.

"yaaa, aku begitu kenal denganmu, gadis bernama Ashilla Zahrantiara yang sangat menyukai hujan dan sangat membenci pelangi, bagaimana bisa aku melupakan gadis pembenci pelangi??" jawab cakka.

"huhhh, kau itu.. baiklah lupakan perbedaan kita, ayo ikut denganku, aku ingin menunjukan sesuatu padamu, yang pastinya kau akan merasa canggung, ayo cepat beranjak dari kursi itu, biarkan temanmu yang memenuhinya." Ajak ashilla.

"aku tidak bisa... kau tak lihat?? Cuaca sedang tak mendukung, apa kau tak lihat ini hujan??" sahut cakka.

"heyyy, lelaki pembenci hujan, aku akan menjelaskan sesuatu yang akan membuatmu tak benci lagi terhadap hujan" ucap ashilla. "aku membawakanmu payung, jadi kau tak perlu kuatir kalau-kalau bajumu basah.." sambung ashilla.

"tapi..."

"turuti ajakanku kali ini, bukankah aku pernah menuruti ajakanmu kala itu??" sahut ashilla.

"baiklah, aku turuti ajakanmu kali ini..." kata cakka.

      Mereka berjalan menuju perpustakaan, ketika itu setelah sampai, mereka berdiri diluar perpus tepatnya di balkon perpustakaan, yaaaa tegas aja perpustakaan sekolah mereka terdapat dilantai dua. Ashilla menjelaskan istilah hujan sedetil-detilnya mulai dari istilah A sampai istilah Z. 2jam berlalu, hujan tak kunjung reda, ashilla dan cakka memutuskan untuk kedalam perpustakaan untuk sekedar membaca-baca, didalam ruangan itu kini cakka berganti bertukar suasana tentang hadirnya pelangi.

"kau tau betapa indah warna pelangi??" Tanya cakka.

"tidak, karena menurutku pelangi itu menyakitkan..." jawab ashilla.

"kau salah shil, pelangi begitu indah, aku mohon kau pahami pernyataanku"

"baiklahhh..."

      Kata demi kata terlontar dari bibir cakka yang misterius, ashilla hanya berfikir bila dirinya takk membenci pelangi lagi. Kedua remaja ini seperti sangat serius bak mendiskusikan mata pelajaran bahasa, banyak kata yang terlontar manis dari bibir sang misterius, berjalannya beberapa jam diperpustakaan membuat remaja ini begitu dekat, ashillapun berpikiran sama dengan cakka. Mereka kira mereka sama-sama jatuh cinta lagi. 1 detik, 2 detik, 3 detik tanpa sengaja mereka bertatapan, namun ashillakembali berpaling hatinya berdecak 'ahh ini hanya candaan semata'. Begitupun cakka yang tak ingin perasaannya diketahui siapappun dan selalu ingin menjadi sang misterius 'apa ini?? Cinta?? Jantungku..' batin cakka yang tak menginginkan ashilla tau jika denyut jantungnya berdetak 10 kali lebih cepat dari biasanya, maklum lahhh mereka sama-sama ABG yang baru mengulai arti cinta.

Seketika suasana kembali senyap,cakka mulai mengangkat sebuah topic baru.

"shill, apa kau paham akan perasaanmu saat ini??" Tanya cakka.

"tidak, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, hatiku bergemuruh tak karuan, lalu apa yang kau rasakan saat ini??" jawab dan Tanya ashilla.

"apa yang kita rasakan sama, dan aku mengakui satu hal, jika sebenarnya aku memang menyukaimu.. tapi terserah apapun keputusanmu, kuserahkan padamu, aku hanya tak ingin mengulur waktuku hanya untuk memendam perasaan ini" ucap cakka.

"apa??? Cubit aku, bangunkan aku dari tidur ini.." tukas ashilla.

"kau tak sedang bermimpi, ini dunya nyata, walau sampai pipimu memar gara-gara ku cubit, hal ini takkan berpalin.." jelas cakka.

"tapi, apa yang harus aku lakukan untukmu saat ini??" Tanya ashilla.

"lupakan mantan terindahmu, berpalinglah padaku, yaaa.. hanya itu pintaku" ujar cakka.

"mana bisa?? Sekian jam, sekian hari aku berusaha melupakannya namun hasilnya tetap nihil.." tukas ashilla.

"itu karena aku belum ada dalam kehidupanmu..." jelas cakka.

"baiklah akan ku coba lupakan dulu gabriel, setelah aku berhasil aku akan menghubungimu kembali.." tawar ashilla.

"baiklah, dan sepertinya aku harus larut, karena jam pulang sekolah sudah berlalu terlalu lama" kata cakka.

Akhirnya ia meninggalkan gadis itu sendirian.

***

'hujan reda pelangipun memudar'

     Pagi ini, seperti biasa suasana sebelumnya, hujan kembali melanda kota sejak melam, ashilla begitu nyaman dengan suasana ini bahkan ia begitu bersemangat untuk melajukan mobilnya kearah sekolah, dalam perjalanan ia melihat mobil cakka terhenti dijalan, mungkin mogok... ashilla memutuskan keluar dari mobilnya, diambilnya payung berwara biru bermotif bunga, dengan langkah yang menggebu gadis ini mengeuk jendela mobil cakka.

"ada apa??" Tanya cakka.

"mogok??" Tanya ashilla balik.

"iya.." jawab cakka singkat.

"keluarlah, dan tetaplah bersamaku.." ujar ashilla. cakkapun perlahan membuka pintu jazz-nya lalu berlindung bersama dibawah sebuah payung cantik milik ashilla, mereka berduapun sama-sama masuk kedalam jazz berwarna pink keungu-unguan.

"kau tak perlu takut lagi dengan hujan.." celoteh ashilla.

"ya... katamu hujan itu berkah.." sahut cakka.

"kau benar, jadi anggap hujan adalah hadiah dari-Nya untuk kita.." ujar ashilla.

Sesampainya disekolah, cakka pergi entah kemana menghilang tanpa jejak. Beberapa haripun berlalu, bersamaan dengan hujan yang tiba-tiba tak hadir dan pelangi yang selalu Nampak diufuk timur setiap pagi semakin membuat perasaan ashilla sangat sakit,

'aku bertemu dengannya katika hujan tiba, dan selalu berpisah ketika pelangi mulai memudar, tak Gabriel tidak pula cakka,m mereka sama-sama kusayangi dalam hujan, sama-sama setia ditemani sang hujan, namun pelangi?? Ia membuyarkan segalanya, mereka pergi meninggalkanku begitu saja ketika aku mulai tulus pada mereka.' Batin ashilla.

Ketika libur panjang kembali tiba, saat itu ashilla sedang ada di gereja dekat rumahnya ia melihat-lihat catredal yang sungguh megah berada didepan matanya.

'akankah aku dapat mengenakan gaun indah dan bersanding dengan Cakka di catredal ini, dan di depan pastor dan pendeta??' batin ashilla, tiba-tiba hujan kembali mengguyur daerah itu, ashilla hanya dapat berharap jika saat ini pangeran hujannya dapat menemuinya, dan ternyata benar, sang pangeran hujanpun tiba menggunaka pakaian resmi.

"kau??" ujar ashilla.

"aku kemari ingin mmenuhi permintaanmu, dank arena aku ingin sekali bersanding denganmu di catredal ini didampingi sang pastor dan pendeta, namun aku bingung, apa kita bisa untuk selalu bersama?? Mengingat suatu hal yang mustahil bagiku.." celetuk cakka.

"kita bisa..." sahut ashilla cepat.

"anggap saja acara yang kita idamkan itu adalah hari ini, dan kita mengucap janji dibawah hujan ini" tukas cakka.

Perlahan cakka mengangkat jemari ashilla, sambil bertanya bak pendeta.

"kau, Ashilla Zahrantiara, apakah kau siap untuk menjadi istri seorang Cakka Kawekas Nuraga?? Dari mulai saat ini sampai maut memisahkan??" Tanya cakka.

"kau becanda?? Kita hanya berdua tanpa saksi, lagipula kau bukan pendeta yang bisa..."

"kau tak usah ragu, jawab saja iya jika kamu mencintaiku, aku hanya berpura-pura agar hari yang kita idamkan itu terjadi hari ini" sahut cakka.

"baiklah, aku siap menjadi istri seorang Cakka Kawekas Nuraga,,," ucap ashilla, lalu terdiam sejenak.

"ayo... kau kembali bertanya padaku.." celetuk cakka.

"apa?? Tapi..."

"shill.."

"baiklah... kau Cakka Kawekas Nuraga, apakah kau siap menjadi suami seorang Ashilla Zahrantiara mulai saat ini sampai maut memisahkan??" Tanya ashilla tanpa melepaskan genggaman tangan cakka sedikitpun.

"aku sangat siap..." jawab cakka. Dan perlahan cakka mengecup punggung tangan ashilla, mulai dari sekarang kita takkan terpisahkan, walau maut merenggutnya.

Hujanpun reda, pelangi yang biasanya mulai muncul di permukaan langit kini justru mulai memudar..

"shill, aku ingin kau tetap menikmati keindahan pelangi ini, dan jangan pernah lagi kau membenci pelangi yaaa, baiklah aku harus pergi saat ini, aku selalu saying kamu shill, karena aku akan selalu hadir bersama pelangi di sana..." ucap cakka memeluk ashilla erat lalu bergegas meninggalan ashilla.

"ya,, aku berjanji kka.." sahut ashilla.

      Dengan hati yang dibawanya senang, ashilla coba untuk memandangi pelangi, namun beberapa detik kemudian pelangi itu memudar dan hamper hilang, yang tersisa hanya sebagian kecil warna di ujung sana, dibarengi perasaan shilla yang mulai saat itu mulai khawatir , cemas dan tak karuan, ashilla mencoba untuk endial nomor cakka di ponselnya, lalu ia dengarkan nada panggilnya dan apa yang terjadi?? Nomor cakka tak lagi aktif, ashilla makin khawatir, ia coba untuk menghubungi sahabat-sahabatnya, ketika ia menerima sebuah pesan dari sahabatnya yang bermuka tirus, ia bilang bahwa cakka meninggal setelah usai dari gereja tadi, ashilla hanya bisa menunduk, dirinya yang masih ada di gereja tempat dimana impian mereka berdua telah terkabul tadi yaaa, walau hanya pura-pura, rasanya baru beberapa menit ashilla merasakan dekapan dan kecupan cakka, kini semua itu harus hilang bersama pelangi diakhir hujan ini.

#TAMAT#

Penulis: Citra Intan Budiarti


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...