Cerpen Sepucuk Mawar Hitam dan Sebening Udara Malam


     Ketika semuanya berakhir, Rina membelai paras cantik temannya yang selama ini menetes kan bunga kesedihan lantaran ditinggal kan oleh kekasih nya.

     Setiap malam Lya menangis dan besedih , hingga air matanya yang mengeruh tak tampak lagi diwajah cantik nya. belum usai perkara yang satu, datanglah perkara yang memang tak seorang pun menginginkan nya, paslalnya seseorang yang didamba-damkan utuk ber lanjut kepelaminan itu meminta kembali semua yang telah diberikan sebagai hadiah ketika mereka berpacaran dulu.

     Sempat semuanya hancur tak berbekas ketika semuanya tejadi begitu cepat dan tanpa disadari waktu pun telah mengikiskan kenangan-kenangan yang ter puruk dalam hidupnya.

     Kesal memang ketika masa lalu- yang kelam harus mucul lagi di hadapan Lya dan mau mejadi sebuah pertalian yang jeas-jelas telah tecoreng oleh tinta hitam kelam yang membunkus hari-hari dengan penuh kesedihan.

"Rey... Apa yang kamu lakukan di, sini." Lya.

"Ly... sorry gw gak sengja lewat kok...emmmmm, bdw... kamu tinggal di
komplek ini juga , ya..." Ray.

"emmm... iya mang napa..." Lya.

"engak kok... Cuma naya aja ... Dah berapa lama kamu tinggal disini."

"sudah hapir dua bulan Ray, kamu tinggal di komplek ini juga , ya."

     Akhirnya mereka bercakap hingga tak teras pedih nya luka Lya, yang dulu pernah tergores oleh penghianatan cinta Ray, ke Lya.

     Namun dalam hati yang ter dalam Lya pun masih memendam cinta pada, Ray. Ray adalah cinta yang pertam Lya. Jadi sulit rasanya bagi Lya, untuk melupakan Ray. Yang dulu pernah mengisi hatinya walapun itu hanya sementara.

"Ly... terkadang cinta membutakan segalanya ya ?"

"Cinta...cinta...cinta."

"apaan sih... Rin gw gak ngerti ama loe..."

"ah... Loe jangan pura-pura gak tau gettooo..., gw tau kok loe itu kan lagi jatuh cinta lagi kan ayo... Ngaku , iya kan?..."

Lya tak segera menjawab dia hanya tersenyum, dan mengelengkan kepalanya dengan gerakan kecil.
"Enggak kok..."

"ayo... ayo, ngaku aja deh... mang cowok mana sih yang bisa membuat sahabat, manisku jadi genit kayak gini.."

"ah.. ngaco aja loe Rin , da'ah gw males bahasnya."

"entar...entar dulu biar gw tebak, siapa yang membuat putri cantik ini menjadi selalu berseri, emmmmm ... past Edo kan yang ... emmmm". Sambil memegang tangan Lya yang memang sudah salah tinggkah, dibuat nya.

"ah ngaco aja loe Rin mana aja sih loe, ih geli ngeliat nya ... amit-amit ih.. dah mukanya culun ingusan terus pokok nya gak ada bagus-bagusnya deh."

"Terus siapa dong?..."

"ada aja... ah...ha..ha" sambil berlari menjauih Rina."

"Awas ... loe gw bakal cari tau... ha... ha.. ha"

     Hari ber ganti hari seras malam menutup sing dan siang pun tertutup kabut dan awan yang membiaskan sianar mentari dan rembulan merasuk ke dalam impian dan hayalan. Hingga malam pun terasa menjadi siang dan siang pu tetap menjadi siang, tak tidur dalam malam namun, terelap dalam hayal. Itulah gambaran hati Lya anak sulung dari penulis kondang yang sedang naik daun itu.

     Meski Ray adalah pria yang dulu pernah menyakiti hatinya. Hingga ketika Ray pergi meninggal kan nya, dia hanya menagis dan menagis, hingga matanya benar-benar tidak mengeluarkan air mata lagi, tapi darah dan kesedihan lah yang mengiringi hari-hari Lya.

     Namun ketika luka itu sembuh Ray pun datang kembali tuk membuat luka yang baru. Dan pada akhirnnya Rina pun mengetahui apa yang sedang dialami teman akrab nya sendiri. Rina tak ingin sahabat nya terluka lagi oleh pria yang sama.

Namun ketika Rina mendatangi Ray, dan tanpa disengaja Lya melihat apa yang di lakukan Rina ke Ray.

"Ray, sebaik nya loe jangan bikin gara-gara lagi ama Lya, Dia sudah cukup menderita dengan sikap loe yang gak jelas ini. Apasih mau loe ke Lya, dia sudah capek dengan kepalsuhan yang loe buat." Namun Ray diam dan tidak segera menjawab.

     Dan Rina melanjutkan kata-kata nya lagi. "mendingan loe cabut dan jangan mucul lagi didepan Lya, karna sudah terlalu banyak kesalahan yang loe buat ama dia."

"oke... oke gw akan cabut dan gw gak bakal nongol-nongol lagi... puas loe."

Namun ketika Ray mau pergi. dari belakang terdengar suara Lya, memanggil

"Ray. Ray... Tunggu..!" namun Ray pun terus melanjutkan langkah nya menuju loby untuk mengambil mobil nya yang terparkir di sana.

"Ly... Ly jangan bodoh loe"

"apa-apaan sih Rin, mendingan loe gak usah ikut campur urusan gw ama Ray, urusin aja diri loe sendiri."... sambil mengejar Ray, yang telah jauh meningalkan Rina.

"tapi... tapi Ly..." .

Namun Lya masih saja mengejar Ray, yang sudah jauh meninggalkan mereka.

"dasar keras kepala, orang yang tak tau di untung. emmm... kejar aja romeo loe itu. Mulai sekarang gw gak akan ikut campur urusan loe, ama Ray. Loe mau apa kek terserah loe dan gw gak bakalikut campur...!!!". Rian pun kesal dan bergegas meninggalkan nya.

     Hari pun ber anjak dari kejadian yang kemarin, Rina dan Lya pun tak tanpak ber tegur sapa lagi, ketika kedua nya ber temu. Meski merekapun berpapasan antar muka.

Namun mereka tampak seperti orang asing yang belum pernah saling kenal mengenal.

"say, itu kan Lya, solmet kamu. kok kamu gak biasanya, emmm... lagi kesel ya ?" Tanya Junedi, yang tak lain pacar Rina. "Ohhh... gak papa kok say... aku lagi kesel
aja ama dia,"

"kesel kenapa sih, kok bidadari ku sampai kayak gini sih,"

"ya... kesel aja, kamu tau kan say, Ray..."

"emmmm... Ray, yang dulu pernah jadi cowok nya Lya. yang kemudian Ray, meninggalkannya lantran dia lebih memilih cewek lain yang Lebih dari Lya,"

"ya... ya ... tepat banget say."

"terus masalah nya apa ?"

"jadi Ray itu setelah sekian lama liang dia kini mucul lagi dan dia berusaha ngerayu buat jadian lagi ama Lya,"

"wah... bener-bener tuh anak, terus gimana kelanjutanya. Lya mau?"

"justru itu Say aku kesal, karena Lya lebih memilih Ray yang dulu pernah menyakiti nya. Di banding aku, yang temanya sendiri. Aku gak mau dia terluka lagi tapi, dia malah nyalain aku karana aku bilang ke Ray jangan deketin Lya lagi." Dengan muka merah sambil meneteskan air mata di pipinya. Namun bergegas junedi menenangkan Rina. "Uadah... uadah jangan bersedih gitu dong... aku kan jadi ikut sedih, dari pada sedih besok kita ke bungalou paman ku di bukit indah. Mau gak.."

"mau... mau...mau"

"tapi... kamu gak boleh sedih lagi, kita sepakat"

"oke bosss, kamu baik deh"

     Sementara itu Lya dan Ray, mengadaka Party bersama teman-teman Ray, yang semuanya berasal dari anak-anak orang semua, sama seperti Ray. Yang konon bapak nya adalah seorang businessman berlian yang terkenal seAsia, penghasilan tiap bulannya sekitar 1-2 triliun.

     Namun siapa Lya dia hanya gadis dari desa yang bernaung di dareah orang yang hanya bermodalkan tenaga utuk hidup dan bertahan Di Jakarta.

     Rasa itulah yang dirasakan oleh Lya di pesta itu, terlebih lagi teman-teman Ray selalu membicarakan hal-hal yang tak mungkin bagi Lya. Hanya liburan dan barang-baran mewah yang mereka perbicangkan sedang Lya hanya diam dan tanpa ada rona senang dan gembira menikmati pesta itu, hanya perasaan yang tidak di orangkan dan tidak dianggap.

"ayo... ayo... kita nikmati party ini..." Ray dengan suara keras agar mereka menikmati hidangan. Namun Lya, tidak dia haya diam dan seperti orang yang ter asing di lautan karang

"Ly... kok kamu disini menyendiri doing sih, ayolah bergabung ama teman-teman aku, kamu jangan mempermalukan aku di depan teman-teman ku. Ayo.. lah." Ajak Ray. "iya... iya Ray" jawab Lya sambil mengikuti Ray yang menarik tangnan Lya, agar mengikuti ajakan Ray.

     Dan kemudian Ray pun menenal kan siapa Lya ke teman-teman Nya.
"Para hadirin, Teman-teman undangan ku yang berkenan hadir di pesta ku ini, aku ingin memperkenalkan Seseorang wanita cantik yang telah mengisi hati ku kembali. Dia adalah, Lya."

     Serempak seluruh pandangan dan rasa kagum, juga tepukan tangan hanya tertuju pada Lya seorang. Namun Lya tidak menyaka bahwa dia hanya dijadika barang tarohan Ray dan teman-teman nya.

"brengsek... Ray telah memenangkan permainan ini... Sial!"

"sabar boss ini belum ber akhir wanita itu belum tentu mau lagi ama Ray, soalnya dulu dia sudah pernah di per main kan oleh Ray, slow boss,"

"oh... ya... ya... ya"

     Namun dari belakang Radeks muncul lah Ray, dan dia berkata "Radeks... Radeks, loe belum tau siapa gw yang sebenar nya. Gw Ray... sang penakluk wanita, wanita manapun yang ketemu gw pasti bakal bertekuk lutut di kaki gw. Ha...ha...ha"

"Jadi party ini sengaja loe buat, hanya untuk memenangkan tarohan kita. Emmm gila loe Ray!"

"jadi menurut saran gw loe siap-siap aja jadi kacung gw selama satu bulan. Ha... ha...ha.". dengan sombong nya Ray,mengucapkan kata-kata itu sama Radeks dan kawan-kawannya.

"ini belum selesai Awas loe Ray." Sambil pergi dan mengancam Ray.

"silakan saja, jika loe mampu."

     Namun tampak dibalakan Ray ada Lya yang telah lama mendengar percakapan mereka, dan tampak muram wajah Lya dan kusut seakan dia telah melakukan hal yang sangat bodoh pada teman akrab nya.

     Air mata nya pun meleleh lagi dan tak mungkin terhapus dengan kata kata maaf saja , dan seakan semuanya telah ber akhir dan sia-sia untuk memikirkan kembali kedunia yang indah penuh canda dan tawa bersama temannya Rina.

     Lya pun pergi meninggalkan Ray dengan menangis, dan takada satu kata pun yn terucap oleh Lya saat meninggalkan Ray, dan hanya tetesan air mata lah yang terjatuh dan tersisa di lantai marmer hitam dan kelam sehitam dan sekelam air mata kesedihan yang begitu dalamyan terulang lagi dalam kehidupan Lya.

"Haruskah ... aku akhiri hidup ku yang kelam ini..."

"Harus kah... aku terjun dari menara kesedihan ini"

"Dan harus kah ... Aku potong urat nadiku ini dihadapan Mu tuhan..."

"apa yang salah... Apa yang salah, salah kah bila aku mencintai makhluk ciptaan mu yang lain, selain aku... tuhan"

"apakah aku tak pantas hidup untuk menikmati ke indahan cinta, yang begitu indah yang ku dambakan dalam hidup ku ini tuhan..!!!"

"Jawab aku tuhan jika memang engkau benar-benar ada!!"

     Dengan menangis histeris tubuh merenggang otot dan kesedihan yan menutupi akal nurani Lya, hingga benar-benar seluruh emosinya di lapiaskan Pada dirinya sendiri tuk mengakhiri hidup nya.

     Lya memang tak mampu menahan kesedihan, dan kekecewaan yang begitu dalam, hingga membuat gadis belia ini nenjadi gelap mata. Dan ingin mengakhiri hidupnya dengan menggoreskan pisau tajam ke lengan nadinya. Dan pisau pun diambil dari sebuah tas kecil yang biasa di bawanya.

     Dengan berlahan Lya pun membuka mata pisau yang melipat di badannya, dengan sedikit gemetar namun pisau tajam pun di acungkan diatas kepalanya, sembari berkata.

"lihat...Tuhan apa kah ini yang engkau mau dari ku. Jika memang engkau ingin melihat aku mengahiri hidup ku ini, biarlah kebencian, dendam dan keperihan mengalir bersama darah ku ini."

     Nampak nya Lya benar-benar ining mengakhiri hidup nya dengan jalan yang salah. Sebilah pisau nya benar-benar mengarah ke lengannya, agar merobek nadi yang masih ber denyut keras. Jantungnya serta darah nya berdenyut dan mengalir bagai meronta namun mereka tak kuasa.

     Berlahan tajam nya mata pisau menukik dan mencongkel kulit lengan nadi, dengan sedikit jeritan kesal pisau pun digenggam nya dengan keras dan tak mau dilepas kan dengan satu alasan yakni " Hidup sensara mati pun tak berdaya" itulah anggan dan hayalan seorang gadis cantik yang tengah mengakhiri hidupnya.

     Ketika sebatang pisau yang begitu tadi tajam merobek urat nadi nya. Pisau yang di pegang terasa begitu berat . Dan tak mampu untuk digerakan lagi. Semakin berat tak mampu lagi, Lya genggam meski dengan kedua tagan nya.

     Ini memang jawaban tuhan atas semua pertanyanan Lya tadi, bahwa manusia hidup selalu di penuhuhi dera, coba, dan bahagia. Dan itu semua adalah sematamata untuk mendewasakan para hambanya agar menjadi insan yang tabah dan dan sabar mengahapi cobaan-cobaan nya.

     Lya pun menangis ketika bayangan Bapak dan Ibu nya beada didepan matanya, mereka berkata pada Lya agar tetap menjalani hidup apa adanya, dan juga menenangkan Lya agar tetap menjalni bahtera hidup ini dengan sabar dan tabah.

     Dan pada akhirnya Lya sadar bahwa hidup itu bukan untuk hari ini, melain kan Hidup itu adalah masa yang akan datang, sekarang adalah rantai yang menuju masa yang ke emasa. Rangkaian peristiwa dalah segala kejadian, itu bukan untuk disesalkan tetapi untuk diadikan acuan agar kita mampu menembus masa depan dengan gemilang. Dan hidup itu bukan untuk diratapi melainkan utuk di hayati agar tetap menjadi insan yang selalu bersyukur akan nikmat yang tuhan berika kepada kita.

     Lalu Lya pun bangun menghampiri ke dua orang tua nya dan ingin rasanya memeluk dan meciumnya, karena akan kerinduan yang begitu dalam yang ter bending dalam hatinya tuk melewati hari-hari bersamanya. Ketika massa kecil dulu.

     Ingin rasanya Lya tidur di pangkuan mereka lagi dan menangis, tertawa, bercanda bersama ketika mereka masih hidup. Hingga Lya pun ber kata kepda ibu nya.

"Ibu bawah aku pergi ber sama mu, ayah aja lah aku keman pun engkau pergi."

Begitu dalam kesedihan yang di rasakan Lya sehingga sungguh memang sangat berat.

Namun mereka hanya diam dan tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Ibu bawa lah aku, Ibu."

Dan ibu nya Lya pun ber kata.

"Tidak anak ku, Hidup mu masih panjang dan perjalan mu masih jauh. Masih banyak yang belum engkau ketahui tentang makna hidup, dan kamu masih perlu banyak belajar agar kamu menjadi insan yang tawakal."

"apa maksud ibu. Apa ibu dan bapak tidak menyayangi aku ?, ada apa dengan kalian ?."

     Namun mereka hanya ter senyum, dan ayahnya ber kata "pulang lah. Lihat sinar cahaya terang itu, melangkah lah kesana karena masih banyak orang-orang yang menyayangi mu."

     Lya masih diam dan menatap mata Bapak dan Ibu nya. Sembari menetes kan air mata yang mengiringi langkah kaki nya. Sedikit ragu-ragu Lya pun melangka kaki nya meninggalkan Bapak dan Ibunya. Namun berat langkah Lya tuk meninggalkan nya.

"ayo Lya cepat lah pergi hampiri cahaya itu. Jangan kau ragu kami akan tetap menunggu mu disini."

     Dan Lya pun melangkah dan maju menuju sinar cahaya tadi. Dan sekejap kilas semunya menutup dari pandangan Lya seolah cahaya tadi menerjang masuk ke kornea dan pupil mata Lya, hingga Lya pun ter bangun. Diatas ranjang putih ber tatakan seprai putih, juga berselimut kain putih. Lya pun memandang, dengan pandangan kabur yang tak jelas. Lya pun menggeraan tangan nya yang terasa begitu berat dan sakit tuk digerakan.

"Lya kamu sudah siuman.?. dokter.. dok.. dokter Lya sudah sudah siuman." Begegas Rina menemui dokter Jaga untuk mengabar kan bahwa Lya telah Siuman.

Dan dokter pun segera memeriksanya .

"Emmm... Ini ini luar biasa darah nya keluar begitu banyak. Dan menurut medis kehabisan bayak darah, ini diluar dugaan kami. Luar biasa ini adalah keajaiban Tuhan," tubuhnya mendingin kini telah stabil dan ini memang keajaiban tuhan.

Dokter jaga pun sedikit kaget melihat ke adaan Lya.

"makasi dok.." jawab Rina sambil senyum sedikit ke pada sang dokter.

"Rin... Apa yang terjadi, kok aku bisa ada di sini ?." tanya Lya ke Rina.

"udah kamu istirahat dulu, kamu gak usah mikirin apa-apa lagi." Rina pun menenagkan Lya.

     Kini suda hari ke 7 Lya di rawat di ruma sakit dia pun kini sudah lebih baik dari kemain, yang sangat kritis dan hampir saja meniggal kan dunia untuk selamnya.

Lukanya sudah mulai sembuh namun hanya butuh beberapa hari lagi dalam tahap pemulihan.

"Rin, makasih yah kamu dah nylamatin nyawa aku. Aku juga minta maaf atas sikap aku yang keter laluan ama kamu Selama ini."

"dah lah Ly, kita kan teman. Jadi teman itu harus saling menolong. dan Sekarng kita mulai lagi hidup kita yang baru oke."

"Oke bosss"

"pokoknya kita akan selalu ber teman ... TO FOREVER. ha...ha...ha."

Dan pada akhirnya mereka pun ber teman lagi dan mereka ber janji agar tetap ber teman selamnya.

Karena teman / sahabat itu bagaikan kita menuang air dalam gelas. Namun ketika kita haus air tadi akan meredakan dahaga kita

Teman itu adalah buku diary yang bisa ditulis dimana saja dan kapan saja. Karena teman adalah tempat kita bisa ber bagi Forever < By, Rina>

Penulis: Ade Yaser


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...