Cerpen Yang Pertama Dan Yang Sejati

Semua orang pasti pernah merasakan suatu hal abstrak yang disebut cinta. Cinta membuat seseorang menjalani suatu hal yang biasa maupun tak biasa dalam kehidupannya. Aku bisa merasakannya, ya... aku mencintainya secara diam-diam. Sungguh aku tak berani untuk mengungkapkannya. Walaupun aku merasa sesak di dada setiap kali melihatnya bersama orang lain, aku tetap melakukannya. Dia cinta pertamaku, dialah yang membuatku menggunakan cinta pada hal yang benar. Tapi sampai saat ini aku tak berani mengungkapkannya. Dia adalah kakak kelasku di sekolah. Mungkin juga dia tak pernah mengenalku. Setahuku, dia tak pernah tahu namaku. Aku binggung dengan yang kurasakan sekarang. Sejauh apapun aku mencoba berlari meninggalkan perasaan itu, perasaan itu akan tetap datang kembali. Bagaimanapun aku pernah melupakan perasaan itu, perasaan itu akan tetap muncul kembali. Haruskah aku merasakan penderitaan ini Tuhan?


       Namanya adalah Joe, dia kelas XII IPA 5. Dia pintar, dan satu hal yang pasti.. aku melihat dia berbeda dengan yang lain. Saat semua orang sibuk dengan hal-hal yang penting, dia tetap santai menjalaninya. Dia sangat cool, itu yang membuat aku begitu tertarik padanya. Aku selalu ingin tau tentang dia.

"CHEL.. tungguin aku dong!". Dengan sedikit berteriak aku memanggil sahabatku yang baik plus pintar plus cantik. "ga ada pe-er kan?" tanyaku padanya. Dia tersenyum padaku lalu berkata "ya, kali ini kamu selamat!". Dengan perasaan lega aku menggandengnya berjalan ke kelas. Aku sangat menyayangi dia dan fany, karena aku yakin ada ketulusan di hati kedua sahabatku ini.
"ko bengong neng?" tanya fany pada michel yang dari tadi memang seperti mengkhayal. Sedangkan aku sibuk dengan cerpen yang kubaca lewat handphone. "eeenggg.. aku boleh cerita sesuatu gak?" jawab michel. Aku yang sedikit kepo langsung mengambil tempat tepat di depan michel. "apaan ni?" aku heran mengapa aku selalu bertanya tepat bersamaan dengan fany. "aku menyukai seseorang, tapi rahasia yah!". "siapa ?" ya barengan lagi. "tahu kakak kelas yang namanya Joe gak?". "tau!" serempak juga jawabannya. "kayanya aku jatuh cinta sama dia". "duh.. harus diusahain tuh chel". Lidahku keluh, aku tak dapat berkata apa-apa lagi. Hanya senyum kecil yang tulus yang kutunjukan padanya. Aku tak tau lagi harus berbuat apa, mungkinkah aku harus berhenti menyimpan perasaan ini demi sahabatku. Aku memang tak berani menceritakan ini pada yang lain, michel tak salah.

        Berbulan-bulan sejak michel menceritakan hal itu padaku dan fany, dia tak juga mengungkapkan perasaannya. Tapi bedanya denganku adalah banyak yang mengetahui tentang perasaannya pada Joe. Sampai akhirnya terdengar kabar bahwa Joe telah berpacaran dengan vero, teman sekelasnya yang populer di sekolah. Aku dan teman-teman heran mengapa Joe mau jadian dengan vero. Vero punya pacar lain yang bernama fariz, dia sudah kuliah di ITB jurusan bisnis. Aku sakit hati saat itu, aku mencoba kuat tapi sebenarnya tidak. Buktinya setelah tiba dirumah aku selalu menangis di kamar. Sama halnya dengan michel, ia sangat terpukul. Terlihat dari wajahnya yang murung. Tapi michel memang selalu berpikir positif, dia berpikir mungkin belum saatnya.

        Treet.. tereet... treeet.. treeet... suara itu membangunkanku dari tidurku. Kulirik sedikit jam weker diatas meja. "mamaaaaaaaaaa" aku berteriak dengan segenap tenaga yang kukumpulkan setelah bangun pagi ini. "kenapa sih non ribut-ribut?". "mama koh gak bangunin seryl sih bi?" aku marah saat itu. "mamanya udah berangkat ke singapura tadi subuh jam 3". "singapur?" aku heran dengan kata-kata bi mayang barusan. Tapi aku hentikan pertanyaanku disitu dan bergegas ke kamar mandi. Hari ini aku sial. Aku tak biasa bangun sendiri, biasanya mama selalu mambangunkanku.

       Aku keluar rumah untuk mencari taksi yang akan kutumpangi untuk kesekolah. Aku sangat kaget melihat kakakku yang sudah siap dengan motor kawasaki ninja birunya. Entah ingin ngapel kemana dia pagi-pagi begini. Aku melewatinya, karena kali ini aku tak ada waktu untuk berdebat. "Hey mau kemana kamu? Kak Rey yang anterin ke sekolah!" . aku tak berpikir yang lain-lain lagi, mungkin arah ngapelnya sama arahnya dengan sekolahku kali. "iya deh!".

      Sialnya diriku, Aku telat sendirian. Pasti kerjanya berat kali ini. Kenapa juga hanya aku yang lambat bangun kali ini. Tunggu.. tunggu.. liat siapa yang telat? Joe? Wowww... kesempatan yang tak terduga dibalik kata sial hari ini. "ternyata yang telat hari ini janjian yah! Bersiin toilet guru bareng-bareng..". entah mengapa aku langsung malu dengan kata-kata pak hasno. Aku membersihkan toilet bersama Joe, dia tak sedikitpun melihatku saat bekerja. Aku merasa seperti bayangan, setidaknya masih ada orang yang tertarik untuk melihat bayangan. Ketika selesai membersihkan toilet, kami kembali ke kelas masing-masing. Kelas kami berlawanan arah, aku melihat ke belakang. Dan saat itu juga pertama kalinya kulihat dia melihatku juga.

      Setelah sekolah berakhir aku langsung pulang ke rumah, biasanya aku jalan-jalan dulu bersama dua sahabatku. Tapi pengecualian hari ini, karena aku telah menyimpan berjuta-juta pertanyaan pada bi mayang. "slamat siang!" sapaku setelah sampai didepan pintu. "siang ser..." suara kak rey yang menjawab. Dia duduk di sofa tempat menonton, aku juga ikut duduk disampingnya. Dia langsung memelukku dan mencium keningku, aku hanya diam terpaku saat itu. Aku merasakan pundakku basah, dia menangis. Karena menyadari aku akan mengetahui dia menangis, dia segera menghapus air matanya dan berkata "adeku udah besar yah, entar kalo udah punya pacar gak bisa cium-cium lagi dong". "kak rey apaan sih? Koh tumben jam segini ada dirumah? Biasanya ketemu kakak cuman pas makan malam aja!". "mulai sekarang kan mau jagain ade aku, biar gak sembarangan nyari cowo". Aku terharu mendengar kata-katanya, ternyata dia masih kakaku 10 tahun yang lalu. "mama ngapain ke singapura? Mau balikan sama papa ya disana?". "sembarangan kamu! Urusan bisnis katanya". "lama gak?". "mungkin bertahun-tahun". "yang serius dong kalo ngomong!". aku mulai kesal lagi padanya. "kakak serius koh, emangnya kenapa? Takut gak ada yang bangunin? Gak ada yang ceritain dongeng? Tenang aja, kakak bakalan gantiin semua yang mama lakuin buat kamu". Aku hanya diam, perasaanku tak enak. Aku menelepon mama, dan benar yang dibilang kak rey tadi siang. Dan terakhir mama bilang "baik-baik sama kak rey yah, mom love you". Sesuai juga dengan janjinya, kak rey menggantikan mama untukku. Aku sangat bahagia. Setiap hari aku di antar ke sekolah naik motornya, walaupun kadang dia ingin naik mobil aku tetap memaksanya naik motor. Hal ini membuat teman-temanku iri, karena dia adalah kakak yang sangat-sangat tampan dengan gaya yang modis dan bisa mengalahkan kecool-an cowok manapun di dunia ini.

      Kemping sekolah tiba, aku berusaha keras agar bisa mendapat izin dari kak rey kali ini. Dia tak memberikan isin padaku. Aku memohon-mohon padanya, dan akhirnya dia mengisinkanku dengan catatan :1. Handphone harus aktif setiap saat ; 2. Wajib laporan sebelum bobo ; 3. Jangan dekat-dekat cowok (dia punya detektif yaitu michel dan fany) ; 4. Jangan marah kalo tiba-tiba kak rey muncul ditempat kemping (ini sangat memalukan).

      Saat kemping, ternyata joe dan vero sudah putus. Aku bahagia, michel juga. Aku sudah menganggap biasa jika michel bercerita tentang joe. Joe sudah mengetahui perasaan michel padanya. Dia menanggapi positif yang berarti tamat bagiku. Jika dia berpacaran dengan orang lain tak apa, tapi tidak dengan sahabatku. Dan mimpi buruk itu menjadi nyata, akhirnya mereka jadian. Badanku lemas, sepertinya aku akan sakit. Tapi hal ini tidak lebih sakit dari yang kurasakan sebelumnya. Kemping belum selesai aku sudah pulang duluan karena rupanya michel dan fany menelepon kak rey dan mengatakan bahwa aku sakit. Aku benci semua orang yang ada saat ini. Duniku hancur, bersama hatiku. Setelah aku agak baikan, aku memohon-mohon pada kak rey untuk memindahkan sekolahku kembali ke jakarta. Kita memang punya rumah lain di jakarta. Tapi dia berkata tak bisa meninggalkan aku sendiri di jakarta. Aku terus memohon padanya sampai menangis-nangis dihadapannya. "oke.. tapi cerita dulu kenapa pengen pindah". Karena aku begitu dekat dengannya, aku menceritakan semuanya. "jadi mau ninggalin first love yang gak kesampean nih?".

      Akhirnya aku bisa pindah ke jakarta, walaupun berat rasanya meninggalkan bandung. Aku meninggalkan cinta pertamaku di bandung. Aku berpisah dengan michel dan fany. Tapi aku tetap berkomunikasi dengan mereka. kak rey mengalah untukku. Dia mengambil kuliah yang satu minggu hanya tatap muka sekali. Aku yakin kalau dia benar-benar menyayangiku.

       Lima tahun kemudian baru aku mau menginjakan kakiku di bandung, itupun karena mendegar ibuku akan kembali ke bandung. Aku dan kak rey sampai di rumah dan bertemu bi mayang yang masih menjaga rumah ini. Aku memeluknya saking rindunya. Ia sudah terlalu tua untuk merawat rumah sebesar ini. Kak rey sudah selesai kuliah dan bekerja diperusahaan mama di jakarta. Dia mulai bekerja dari nol, karena merasa tak adil jika langsung berada diposisinya seperti sekarang. Dia sekarang adalah wakil direktur. Sedangkan aku seorang mahasiswi kedokteran UI. Apa kabarnya michel dan fany ya? Yang terakhir kudengar michel sekolah di UGM jurusan Bisnis manajemen dan fany sekolah di Harvard University jurusan hukum. Dan satu yang ingin kutanyakan, apa kabarnya cinta pertamaku? Tak ada yang memberitahuku kabarnya. Dia putus dengan michel setahun setelah aku di jakarta. Dan setelah mereka putus aku baru berani menceritakan tentang perasaanku pada michel dan fany.

"ser.. mamanya nyampe nih". Kak rey memanggilku dari depan, sepertinya kali ini dia tak bohong. "mamaaaaaaaa". Aku memeluk mama sangat kencang dan tak menyadari kalau mama berada diatas kursi roda. "jangan kencang-kencang dong meluk mamanya" kak rey menegorku. "mama kok gak ngomong?" mama hanya tersenyum. Setelah mendengar cerita dari kak rey aku tahu bahwa mama ke singapura untuk berobat karena tumor di kepalanya, mama juga belum boleh bicara. Dan faktanya adalah mama gak akan bisa hidup lebih dari satu bulan ini. Aku merasa ingin mati saat ini, untuk yang kesekian kalinya aku akan kehilangan orang yang kusayangi. "jadi selama ini mama menderita? Trus Cuma aku satu-satunya yang gak tau? Kak rey jahat? Semua jahat!" kak rey hanya diam dan memelukku sekencang-kencangnya.

       Karena menyadari mama gak akan lama lagi bakal pergi, aku dan kak rey selalu menyempatkan diri untuk bersama-sama dengan mama. Mama sudah bisa bicara kembali. Kami sering pergi berjalan-jalan ke tempat-tempat kenangan kita dulu. sesering itu pula aku meneteskan air mata. Aku duduk berdua dengan mama di teras rumah, aku mengupaskannya peer. "sayaang.. mama boleh minta sesuatu sama kamu gak?". Aku heran melihat mama menatapku serius. "apaan ma?"."kamu janji akan mengabulkan permintaan mama?". Aku jadi takut mendengar kata-kata mama lalu jawab dengan anggukan kecil. "jagalah kak rey". "bukannya kak rey yang harusnya jagain aku ya?". Mama tersenyum "maksud mama kamu menikah dengan kak rey ya?". Saat itu juga kak rey sampai dirumah. "kok nama aku disebut-sebut sih??". "kamu udah nyampe? Duduk ya, mama mau menjelaskan semuanya". Aku bingung harus menuruti keinginan mama atau tidak, aku takut tak bisa mengabulkannya.

      Dari cerita mama aku tau bahwa aku dan kak rey bukan saudara kandung. Dia adalah anak sahabat mama yang meninggal karena papa menabrak mobilnya. Itu juga penyebab mama dan papa bercerai, papa tak bertanggung jawab. Saat itu kak rey baru berumur 4 tahun. Ternyata kak rey tau semua itu. Ternyata dia juga tidak masuk pada daftar keluarga. Aku sayang padanya tapi aku bukan mencintainya. Dia adalah kakakku, apapun yang terjadi dia adalah kakakku. Aku masih menunggu seseorang, jika aku tak menemukan orang itu aku berjanji akan menikah dengan kak rey.

       Malam ini aku tak bisa tidur. Aku memikirkan perkataan mama. Mama memang serius dengan perkataannya tadi sore. Dan aku terlanjur berjanji dan kak rey tak bisa mengatakan apa-apa. Mama sangat percaya pada kak rey, ia ingin aku selalu dekat dengan orang yang benar-benar menyayangiku. Aku memang merasakan kak rey bukan menyayangiku sebagai adik. Karena sejak mama ke singapura dia tak pernah punya pacar lagi, berbeda dengan tipenya yang playboy. Aku keluar dari kamar berniat untuk mencari camilan dan menonton TV. Dan siapa yang kutemukan disana, kak rey menatap TV dengan tatapan kosong sampai aku duduk didekatnya. Ada perasaan canggung meliputiku dan dia. Aku berinisiatif merampas remote ditangannya, dia menatapku sambil tersenyum. Senyumannya teduh, membuat hatiku luluh. Menyadari dia bukan kakak kandungku membuatku berpikir aku bisa jatuh cinta padanya. Karena aku selalu menyukai senyumannya. Tanpa kusadari aku mencium pipinya. Dia hanya menatapku lalu menonton kembali. Aku kembali ke kamar sebelum dia menahanku lalu mencium keningku dan berkata "aku mencintaimu. Nice dream my little angel".

      Ya, aku bisa merasakannya. Aku mencintainya sekarang dan nanti. Mungkin joe adalah cinta pertamaku tapi rey adalah cinta sejatiku. Aku mencintainya bukan karena mama yang memintanya, tapi karena, aku menyadari perasaan itu sendiri. Dia pernah menjadi cintaku saat aku masih kecil. Aku ingat kata-kataku padanya 15 tahun yang lalu. "aku cinta kak rey. Kak rey harus menikah denganku". "kita kan saudara kandung". "tapi kak rey kan harus sama-sama aku terus". "kan gak harus menikah". "tapi aku nonton di TV, katanya kalo mau sama-sama harus menikah! Menikah sama seryl ya, kakak ya!"... aku tertawa mengingat itu.

      Dua tahun berlalu, dan aku tak perna menemukan cinta pertamaku. Akhirnya aku memutuskan untuk segera menikah dengan cinta sejatiku.
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan rey, aku tak memanggilnya kakak karena dia tak mau menoleh kalau kupanggil kak rey. Aku bahagia... aku mencintainya... michel dan fany bersama-sama denganku, tapi mama hanya melihat dari alam yang lain. "Aku merindukanmu mama, kau bahagiakan? Sama, aku juga bahagia...". sementara aku dirias dikamar, bibi datang membawakan aku sepucuk surat berwarna merah dan kertas di dalamnya warna hitam. Aku mulai membacanya...

Dear seryl,
Saat kau membaca surat ini, aku sudah bahagia disisi Tuhan. Aku sadar aku salah, aku tak pernah berani menyatakan perasaanku padamu sampai aku pergi. Aku sangat terpukul ketika kau pindah ke jakarta. Aku selalu yakin kalau cinta tak perlu pertanyaan dan pernyataan. Karena itu aku selalu menyimpan perasaanku padamu jauh di dalam hatiku. Apakah kau ingat waktu kita terlambat bersama lalu di hukum menbersihkan toilet guru? Aku sangat bahagia saat itu. Aku tak berani menatapmu karena takut salah tingkah. Aku yakin kau akan mendapatkan seseorang yang baik nantinya. Atau mungkin sekarang kau sudah berencana untuk menikah? Aku mengatakan pada ibuku agar mengirim surat ini 4 tahun setelah aku pergi... aku putus dengan sahabatmu karena takut menyakitinya lebih dalam lagi, tapi dia menerimanya. Mungkin aku terlalu banyak bercerita ya, aku pergi membawa rasaku padamu.
Love,
RADITYA JOE

      Aku menatap sedih surat itu. Ternyata cinta pertamaku terbalas. Aku saja yang tak pernah menyadarinya, karena cinta butuh kesadaran untuk menemukannya. Aku tak akan membiarkan cintaku pergi untuk yang kedua kalinya. Cinta yang benar pasti akan menemukan jalannya untuk tiba ditempat tujuannya. Selesai

Penulis: Sherly Yulvickhe Sompa


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...