Cerpen Izinkan Aku Mencintainya (Part 3)


     Seperti biasa, ku ceritakan semuanya pada Arin. Nampaknya ia sangat kesal dan cemburu. Tapi ia menyembunyikannya dariku. "Iya, tadi anak-anak di sekolah heboh, bicarain Vindra yang pindah sekolah." Jawab Arin cuek.
Keesokan harinya, aku dan Vindra berjalan menuju kelas tapi anak-anak di sekeliling kami melihatku dengan perasaan tidak suka. "Vin, Lo ngerasa gak. Kalau anak di sekolah ini ngeliatin kita sampe segitunya. Aneh gak?"
"Paling-paling mereka itu, ngeliatin kita karena ada cowok ganteng disini." Goda Vindra memegang kerah bajunya.
Aku hanya tersenyum. Mereka semua melihat ke BBnya masing-masing. Entah ada apa dengan BB mereka? Lalu Vindra mengambil BB disakunya, dan ia terkejut.
"Kenapa Vin?" tanyaku. Dan ia memperlihatkan sebuah foto, da foto terlihat jelas kalau aku bersama seorang cowok dengan sangat mesra. Aku pun tak kalah terkejutnya dengan Vindra. Dan anak-anak di sekolah itu, mulai memakiku dan melempariku dengan telor busuk. Akan tetapi, Vindra melindungiku dengan memelukku, ia merelakan tubuhnya terkena telor busuk itu.

"Berhenti!" teriak Vindra. Keheningan yang terjadi saat itu, hanya terdengar suara hembusan nadafsku yang tak terkontrol. Vindra melanjutkan kata-katanya. "Kalian sadar gak sih, udah berapa lama kalian kenal Nasya? Gue aja yang baru kenal sama Nasya gak percaya sama gambar buatan kaya gitu."
Teman-teman nampaknya berfikir sangat keras, entah apa yang dilakukan siswa baru itu sampai mengembalikan nama baik gue, dan teman-teman meminta ma'af padaku.

"Ya udah Vin, gue tunggu sini ya?" kataku setelah sampai di toilet cowok. "Lo gak mau ikut?" goda Vindra
"Apaan sih, udah sana ganti baju!" perintahku.

     Lima belas menit kemudian, Vindra kembali dengan pakaiannya yang sudah rapi, kita pun kembali ke kelas mengikuti pelajaran. Selama pelajaran berlangsung, aku gak bisa mengikutinya dengan baik, karena yang ada di fikiranku hanyalah gambar itu, siapa yang sudah tega menyebarkan fitnah seperti itu padaku?

     Kring... bel pulang berbunyi. aku tetap dengan wajah gak ceria, motor itu berhenti. Aku sangat terkejut, ketika sadar kalau kita berada di tengah makam.
"Ini, makam mama gue Sya." Katanya dengan wajah sedih. Ia pun melanjutkan ceritanya. Aku merasa iba padanya. Dan mencoba menghibur dia agar dia gak sedih lagi.
Lagi-lagi aku harus cerita sama Arin. Ia hanya diam tanpa komentar yang biasa dikeluarin setiap kali aku cerita.

----

"Hei, Bro. met ultah ya." Kata Vindra setelah sampai di acara ultah temennya. Aku pun mengikuti memberi selamat ulang tahun padanya. "Oh ini, cewek yang buat Lo pindah sekolah?" goda dia dan teman-teman yang lain.
Aku juga lihat Arin datang ke pesta itu. Tapi, aku gak mungkin nyapa dia selama ada Vindra bersamaku. Saat aku mau mengambil minuman, seorang pelayan dengan sengaja menyenggolku hingga akhirnya Burrr... aku berteriak minta tolong, karena aku emang gak tau berenang. Aku pun gak inget apa-apa lagi. Setelah membuka mata, ternyata aku sudah ada di pinggir kolam renang itu. Ku lihat orang di sekelilingku memandangiku karena kejadian tadi. Dan ia mengantarkanku ke rumah.

     Bebrapa hari kemudian, Vindra menghampiriku ke rumah. Ia mengajakku ke rumahnya untuk dikenalkan pada papanya. Dag-dig-dug itulah yang terjadi padaku saat itu.
"Mawar ya?" Tebak papa Vindra setelah ku menyalaminya. "Papa, ini Nasya bukan Mawar."
"Anak gadis siapa lagi yang kamu bawa?"
Aku terkejut. Jadi, gak Cuma aku yang dikenalin ke ortunya
"Papa apaan sih." Mereka pun tertawa.
"Nasya, Om Cuma bercanda kok. Jangan diambil hati ya, kamu cewek pertama yang dikenalin sama Om, sebelum-sebelum nya gak pernah tuh, Vindra mau ngenalin temen ceweknya pada Om."

     Hatiku lega banget dengernya. Ternyata, dari semua cerita Arin. gak ada yang kulihat pada sifatnya Vindra selama ku kenal dia. Perasaanku semakin gak karuan, apakah ini yang namanya CINTA? Apa aku sudah jatuh cinta beneran sama Vindra?

     Sepulangnya dari rumah Vindra, ia membawaku ke area balap liar. Karena ia sudah janji sama temennya kalau mau ikut balapan itu, terpaksa aku menurutinya, karena aku juga pengen lihat dia ikut balap itu.

     Balapan pun dimulai, aku khawatir sama Vindra. Sebelum dimulai, aku ingetin dia untuk hati-hati. Dan finish... lagi-lagi Vindra memenangkan perlombaan itu. Begitu ku mau menghampiri Vindra, tapi keburu dia dikerumuni oleh cewek cantik seperti biasanya.

     Melihat hal itu, aku urungkan diri untuk menghampirinya lalu aku duduk seorang diri. Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan minuman ke hadapanku. Aku menoleh dan ternyata ia adalah Vindra.
"Hei, Lo kenapa?" Tanya Vindra menghampiriku.
"Gak, gue gak apa-apa kok." Jawabku ketus.
"Lo cemburu ya, gara-gara gue dikerumuni cewek tadi?"
"Ya iya lah Lo baru nyadar ya." Jawabku keceplosan, aku buru-buru menutup mulutku malu. "Maksud gue, gak kok."
"Ngaku deh, kalau Lo beneran cemburu sama gue. Lo suka kan sama gue!"
"Gak!" jawabku tegas. "Iya deh, kalau Lo gak mau bilang suka sama gue, biar gue aja yang bilang." Lalu Vindra memegang tanganku dengan lembut.
"Gue suka sama Lo, sejak pertama kita ketemu."
Jantungku mulai berdegup kecang mendengar kata-kata Vindra. Emang sih, aku gak bisa mengelak kalau aku memang bener-bener suka sama Vindra.
"Gimana, Lo terima gue apa enggak buat jadi cowok Lo?"
Vindra menunggu jawabanku, aku masih memilih diam seribu bahasa. Lalu ku mulai angkat bicara.
"Vin, gue gak bisa jawab sekarang. Kasih gue waktu."
"Oke. Gue kasih Lo waktu, sampe Lo siap buat jawab."

     Dengan perasaan malu bercampur bingung, aku diantar oleh Vindra sampai di rumahku. Ia langsung pulang setelah mengucapkan Good Night padaku.

     Seperti biasa, ku ceritakan semuanya pada Arin. Ekspresinya berubah drastis. "Ini saat yang kita tunggu-tunggu Sya."
"Bukan kita, tapi Lo. Gue gak tau apa gue bisa ngelanjutin rencana konyol Lo itu. Vindra sangat baik pada gue Rin, dan udah berapa kali dia nyelametin nyawa gue. Apa harus gue balas semua kebaikannya dengan membuatnya sakit hati? Cinta sejati menghapus semua alasan awal mengapa kita mencintainya. Satu-satu-satunya alasan yang tinggal adalah karena orang itu adalah kau, dan karena aku mencintaimu."
"Wah, wah... Lo beneran suka sama dia ya? Dari pertama gue kan udah ingetin Lo jangan sampe Lo suka beneran sama tuh cowok, Lo udah tau kan sifatnya dia gimana?"
"Iya, dia tuh baik, dan dari cerita Lo tentang dia, gak ada yang ku lihat dari dia Rin."
"Jadi Lo fikir gue bohong gitu? Udah ah, mending Lo cepetan jawab. Lo ajak Vindra Dinner dan Lo umumin semuanya kalau Lo gak bisa nerima dia karena dia play boy dan dia udah tega buat hancur hidup seorang cewek, karena cintanya ditolak mentah-mentah." Perintah Arin dengan nada tinggi.
"Sory Rin, gue gak bisa ngelakuin itu sama cowok sebaik Vindra. Gue gak tega." Jawabku lirih
"Oke, kalau Lo gak mau ngelakuin itu. Biar gue yang ngelakuinnya. Lo Cuma ajak dia Dinner di restoran biasa. Ntar gue akan nyusul kalian dan akan membongkar semua kedok dia. Inget Sya, Lo gak mau kan kalau gue bunuh diri lagi?" ancam Arin dengan senyum sinin. Aku hanya terdiam dan menuruti perintah Arin.

     Tepat pada malam takbiran, Vindra mengajakku untuk takbiran bareng keliling alun-alun. Bersama orang-orang yang memang sengaja mengelilingi kota untuk mengumandangkan lafadh-lafadh Allah. Tak terkecuali aku dan Vindra. Ia membuatku menjadi cewek yang sangat bahagia. "Nasya, gue suka sama Lo". "Plis Vin, jangan buat gue tambah jatuh cinta sama Lo." batin gue dalam hati. Satu jam kemudian, kita pun berhenti di sebuah restoran.
"Oya Sya, Lo udah siap untuk jawab pertanyaan gue ga?"
"Gue, gue..."
"Ya udah, kalau emang Lo belum siap, gak apa-apa kok." Jawabannya sangat lembut.
"Siapa bilang Nasya belum siap untuk jawab." Kata Arin, dengan tiba-tiba ia muncul.
"Arin?" Vindra terkejut melihat Arin.
"Kenapa? Lo terkejut ya gue bisa ada disini? Udah lama ya, kita gak ketemu. Semenjak kejadian itu..." Arin meghela napas.
"Sayangnya, gue udah punya cewek yang sangat dan sangat lebih baik dari Lo. Sya kenalin, dia Arin." kata Vindra.
"O ya, Lo ngira cewek ini lebih baik dari gue? Syukur deh, kalau Lo emang suka beneran sama cewek ini. Dengan begitu, gue akan bisa melihat kehancuran Lo. Lo bakal ngerasain apa yang gue rasain dulu."
"Maksud Lo?"
"Udah gak sabar ya? Oke gue akan jelasin semuanya. Nasya ini temen gue, yang gue suruh buat deketin Lo dan akan membalaskan dendam gue sama Lo." Jelas Arin menunjuk ke arah Vindra. Aku hanya bisa terdiam.
"Ga mungkin, Sya... Lo bilang dong ke gue, kalau semua ini bohong dan Lo gak kenal sama cewek ular kayak dia."
Aku tetap menundukkan kepalaku. Aku gak sanggup melihat nya. aku memilih diam. "Sya, Lo harus jawab. Lo ngedeketin gue bukan karena disuruh cewek ular ini kan Sya, Lo suka kan sama gue?" bentak Vindra.
"Gak Vin, gue gak suka sama Lo, gue deketin Lo, karena gue pengen ngebales semua sakit hati temen gue Arin." jelasku dengan tetap menunduk. Aku gak sanggup megatakan itu dengan menatapnya. Vindra sangat marah padaku.
"Makasih Sya, Lo udah bener-bener berhasil buat gue ancur, selamat ya gue gak nyangka. Cewek yang selama ini gue anggep cewek yang sangat baik, ternyata dia menusuk gue dari belakang. Gue benci sama Lo!" bentak Vindra lagi. Ia pun pergi dengan membawa kemarahannya.

     Berbeda dengan Vindra, Arin memelukku dengan girangnya. "Sya, gue puas banget sekarang. Dan Lo mau apa? Gue Lo traktir sepuasnya Sya." Katanya tanpa mempedulikan perasaanku yang sedih. "Makasih Rin. Tapi gue gak butuh itu semua. Lo seneng? Tapi Lo gak pernah ngertiin perasaan gue." Kataku ketus. Lalu aku pun pergi.

     Keesokan harinya, di sekolah sudah heboh dengan gosipnya Vindra yang pindah sekolah ke Ausie karena sakit hati. Aku juga bingung siapa penyebar gossip murahan itu?

----

     Waktu pun berlalu begitu cepat, kini aku sekarang sudah masuk ke perguruan tinggi, aku Arin apalagi Vindra, sudah gak pernah ketemu lagi, sejak kejadian di malam itu.

     Pulang kuliah aku berjalan menuju toko buku deket kampus, tiba-tiba ada tiga preman yang menghadangku. Aku berteriak minta tolong. Lalu tanpa ku duga seorang cowok datang menyelamatkanku.

"Mas tunggu." Ia menoleh. Betapa terkejutnya aku saat melihat yang berdiri di hadapanku adalah Vindra. Begitu melihatku ia pun pergi tanpa mempedulikanku. Ku kejar cowok itu.
"Vindra tunggu. Gue minta maaf atas kejadian malam itu. Gue tau kesalahan gue sangat fatal. Tapi gue..." belum selesai aku bicara, seorang cewek menghampiri Vindra dan memanggilnya sayang. Cewek itu memeluk Vindra dengan mesra.
Aku gak tau apakah aku masih pantas untuk cemburu? Setelah apa yang aku lakukan padanya?

     Dalam keseharianku aku hanya memetik senar gitar pemberian dari Vindra, dengan memandangi boneka yang juga pemberiannya. Dan anehnya, sejak saat itu, aku selalu mendapat kiriman bunga tanpa nama pengirimnya.

     Hari itu, aku pulang kuliah. Karena tempat parkir mobilku lumayan jauh, aku harus jalan kaki untuk sampai ke parkiran. Di tengah jalan, ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dan mobil itu mengarah kepadaku. Laulu... Bragg...

     Aku menoleh, Vindra terkapar di lantai karena melindungiku dari kecelakaan itu. Aku membawanya ke rumah sakit dengan bantuan teman kampusku.
"Vin, gimana keadaan Lo? Vin maafin gue ya, gue Cuma bisa buat Lo repot." Kataku setelah Vindra siuman.
"Sya, gue gak apa-apa kok. gue minta maaf ya, karena selama ini gue udah ninggalin Lo."
"Ya ampun Vin, Lo gak salah. Justru gue yang seharusnya minta maaf sama Lo. Karena gue udah buat Lo sakit hati."
"Ya udah, maaf Lo gue terima. Asalkan Lo mau jadi cewek gue?" katanya dengan tersenyum.
"Terus, cewek Lo?"
"Cewek gue? Gue gak punya cewek lagi. Oh, Vila. Dia itu adik sepupu gue yang ada di Ausie." Jelasnya.
"Gimana, Lo mau apa gak jadi cewek gue?" tanyanya dengan pertanyaan yang masih sama. Aku pura-pura berfikir, walaupun sebenernya tanpa berfikir aku mau langsung jawab IYA. Begitu aku mau menjawabnya, tiba-tiba handphone ku berdering. Sebuah pesan yang tak ku kenal nomornya. Setelah ku baca, ternyata dari Arin. ia menyuruhku untuk pergi ke lantai paling atas di rumah sakit itu, katanya sih penting.

"Vin, gue permisi bentar ya, ada perlu." Kataku
"Ya udah. Tapi ntar Lo kesini lagi kan?"
"Iya." Jawabku singkat.

     Ku jelejahi tangga demi tangga di rumah sakit itu. Aku penasaran, kenapa Arin ngajak ketemuan di tempat seperti ini? Aku sangat merindukannya, setelah sekian tahun gak ketemu. Yah, walaupun aku masih kecewa karena peristiwa bodoh itu.

"Arin?" sapaku. "Gimana kabar Lo?" ia terlihat sangat marah, entah ia marah pada siapa?
"Gue baik, dan akan sangat baik kalau Lo, meninggal sekarang juga." Katanya sambil tertawa.
"Lo ngomong apa sih Rin? Udah ah gak usah ngaco gitu."
"Lo gak kangen sama gue? Tanya nya.
"Ya kangen lah."
"Ya udah, peluk gue dong!"

     Dengan sangat senengnya, aku menghampirinya berniat untuk memeluknya, tapi kejadian itu sangat cepat. Aku tersadar kalau tubuhku sudah menggelantung pada tembok besar di lantai yang sangat tinggi itu, dan bisa jatuh dalam sekejap.

     Ku lihat di bawah tampak orang-orang yang sedang menonton kejadian itu dan menyuruh Arin untuk gak nekad. Di antara orang banyak itu, ku lihat Vindra duduk di kursi roda bersama sepupunya. Ia tampak masih sangat lemah untuk menolongku. Ku pasrahkan semuanya pada Allah. Karena malaikat penolongku saat ini sedang lemah dan tidak memungkinkan untuk menolongku. Semua orang hanya bisa berteriak dari bawah agar Arin menghentikan semua itu. Beberapa polisi pun mengepungnya. Berbeda dengan itu, Arin tampak sangat bahagia.

"Rin, tolongin gue. Lo gak mungkin kan mau bunuh gue?"
"Apanya yang gak mungkin Nasya sayang. Gue juga udah terbiasa kok, mau bunuh Lo, tapi sayangnya Lo selalu dilindungi sama malaikat penolong Lo itu. Tapi, Lo lihat sekarang. Dia hanya bisa menyaksikan gue menyiksa cewek yang sangat dicintainya." Ia kembali tertawa.
"Lo kenapa sih? Gue kan udah ngejalanin semua perintah Lo? Tapi kenapa Lo benci sama gue?"
"Lo mau tau alasannya? Karena gue cemburu sama Lo. Vindra gak suka sama gue, tapi kenapa dia cinta banget sama Lo? Lo baru nyadar ya, kalau dua kali kebakaran itu, gue yang ngerencanain. Fitnah foto Lo, gue juga. Waktu Lo jatuh dari kolam renang, gue nyuruh seorang pelayan karena gue tau kalau Lo gak bisa renang. Dan tentang kecelakaan itu, itu juga gue. Tapi sial, Vindra menolong Lo hingga akhirnya, dia yang kena."
"Tapi, itu kan kejadian baru-baru ini? Lagian aku sama Vindra kan udah gak ada hubungan apa-apa lagi?"
"Jangan fikir gue gak tau, sepulang Vindra dari Ausie, dia nyari Lo. Dan selalu memperhatikan Lo, dia ngirim bunga setiap waktu tanpa nama pengirimnya. Gue tau itu semua. Dan gue gak terima Sya, kalau gue gak bisa dapetin Vindra, Lo juga gak akan bisa!"

     Saat itu aku baru tau, ternyata Vindra selama ini mencariku. Tanganku udah gak kuat lagi untuk bertahan, aku siap jika aku harus jatuh dari gedung itu.
Braggg...

     Suara pistol polisi mengagetkan kita semua. "Ayo, ikut kami ke kantor!" kata salah satu polisi yang menembak kaki Arin dari belakang dan membawanya ke kantor untuk ditahan.
"Ayo! Lo pegang tangan gue!" kata Vindra mengulurkan tangannya. Ditariknya tanganku dengan sangat hati-hati. Dibantu beberapa polisi.
"Lo gak apa-apa kan? Apa aja yang dilakuin Arin sama Lo?" Tanyanya dengan cemas.
"Gue gak apa-apa kok. makasih ya Lo udah nyelametin gue. Dan dengan kejadian ini, gue jadi bisa tau. Kalau sepulang Lo dari Ausie, diem-diem Lo jadi penggemar rahasia gue ya?" godaku pada Vindra.
"Tau dari mana Lo?"
"Dari Arin." jawabku singkat.
"Kalau ia emang kenapa?" katanya menantang "Gue sadar, kalau gue gak bisa jauh dari Lo walaupun Lo mau nyakitin hati gue berapa kali pun, gue tetep gak bisa jauh dari dan ngelupain Lo, O ya, kan gue udah nyelametin Lo nih, hadiah buat gue apa?"
"Terserah Lo deh."
"Bener?" Tanya nya memastikan. "Iya"
"Gue mau Lo Dinner ntar malem. Oke putri chubby."
"Tapi kan Lo masih sakit?"
"Gak kok. demi Dinner kita, gue tunda dulu sakit gue." Kami pun tertawa. "Apa sih yang gak buat Lo. putri chubby gue" Lanjutnya.

     Malam itu, kita Dinner di restoran tempat biasa dulu kita kesana. Aku menanyakan tentang Arin, dan ternyata dia melakukan itu semua karena Arin gak mau waktu diajak ke makam mamanya. Dan Vindra paling gak suka cewek kayak gitu. setelah itu, Lalu Vindra menuju panggung dan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul KU SUKA DIA. Setelah itu, Vindra menyatakan perasaannya sama gue. Tanpa berfikir lagi, ku terima cintanya. Malam itu aku merasa, kalau aku telah menjadi cewek paling bahagia di dunia.

SELESAI

     Cinta sejati meghapus semua alasan awal mengapa kita mencintainya. Satu-satunya alasan yang tinggal adalah karena orang itu adalah kau, dan karena aku mencintaimu.
Cerpen ini untuk sahabatku... Ayu

Penulis: Alief Dealova


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...