Cerpen Orang Itu Tetap Aku


     Setiap cerita pasti berputar, seperti layaknya sebuah roda. Entah apa yang aku rasakan, aku selalu memahami kesedihan yang datang, namun aku selalu tersingkirkan saat bahagia itu terlihat. Apakah aku berlabuh ke tempat yang salah? sehingga kesedihan selalu menghampiriku. Mengapa kebahagiaan selalu terenggut oleh orang lain? padahal aku yang selalu tabah. Tabah dalam setiap kesakitan hati yang aku rasakan karenamu.

     Apa kamu tak mengerti? disini, di hati ini aku benar-benar tulus menyayangimu. Namun, saat kejenuhan mulai menghampirimu, dirimu mengendap endap pergi, diam dan sunyi.

     Aku mengerti mungkin ini bukan masaku untuk merasakan bahagia atas ketulusan yang ku beri. Selalu saja orang yang kucintai pergi begitu saja. Aku mempunyai sejuta rasa sabar untukmu, kala kau sedih, sendu dan bimbang, datanglah padaku, bersandarlah kamu di hatiku lagi.
Mungkin kamu akan mersakan berartinya diriku setelah kamu tahu bertapa berartinya orang yang benar-benar tulus mencintiamu, yaitu aku.

     Aku dan Sandy sudah lumayan lama menjalani hubungan ini, sedih senang memang kami lalui bersama, rasanya sungguh indah. Tuhan, inikah indahnya rasanya dicintai dan mencintai, kau berikan sejuta rasa yang tak bisa ku lukiskan dengan gambaran sederhanaku. Namun seiring perjalanan waktu, mungkin rasa bosan menghampiri Sandy. Pada saat itu aku sudah mulai sibuk bekerja, berangkat pagi dan pulang malam menjadi rutinitas baruku selama 1 bulan penuh. ku tak melupakan Sandy, saat sesampainya aku di rumah sekitar jam 10 malam, aku sempatkan untuk bertemu atau sekedar bertukar kabar melalui telpon dengannya.

     Sungguh, badanku memang sangat letih, namun saat aku melihat senyumnya seketika rasa lelahku hilang. Sandy bagai air dalam hausku. Aku sangat mencintai Sandy.
Rutinitas itu aku jalani dengan keadaan baik-baik saja selama 1 bulan, setelah itu entah mengapa Sandy berubah terhadapku. Sandy yang penuh perhatian, senyum indahnya yang menyambutku kala lelah, namun kini aku tak merasakannya lagi. Perlahan hilang, entah aku tak mengerti sebab yang terjadi, padahal sebisa mungkin aku meluangkan waktu untuk dirinya.

     Aku baru menyadari mengapa Sandy berubah kepadaku, dia mulai akrab dengan teman kampusnya bernama Mira. Aku sedikit kaget melihat pesan singkat mereka berdua, dan aku hanya menghela nafas dan diam-diam pula aku menangis dalam senduku.
Ya Tuhan, mengapa begini, aku mencintainya, namun rasa jenuh memenangkan hatinya untuk meninggalkan rasanya perlahan untukku. Aku masih bisa bersabar, sejak aku mengetahui hal itu aku mencoba bertahan. Dalam waktu 1 bulan aku bertahan, sesungguhnya aku mampu terus bertahan walau badai menerjang aku tetap menicintainya. Namun, sesak yang ku rasa, tega Sandy mengakhiri hubungannya denganku, aku hanya bisa terus bersabar, karena aku mengerti apa yang dia rasakan saat ini padaku.

     2 minggu kemudian Sandy memulai hubungan baru dengan teman kampusnya yang bernama Mira, yang saat ini menjadi kekasih Sandy. Meski pedih namun aku hanya bisa berdoa pada Tuhan, cepat atau lambat kebahagiaan akan menghampiriku, entah hari ini, esok atau lusa, aku percaya Tuhan itu adil. Dan aku percaya Tuhan telah menciptakan kebahagiaan untukku.

     Aku harus meninggalkan kota Jakarta untuk memulai studiku di Yogyakarta, aku tetap menanti Sandy kembali padaku, semoga ada keajaiban saat aku kembali ke Jakarta. Aku memulai studiku di sebuah perguruan tinggi negri di Jogja, aku mendapatkan beasiswa dan aku mengambil jurusan sastra bahasa indonesia. Selama 4 tahun aku menjalani studiku, dan aku lulus dengan IP 4,00. Aku mulai mencintai Jogja, rasanya tak ingin aku kembali ke Jakarta, kota dimana aku mengenal cinta dan luka. Aku bahagia di Jogja, menjalani hidupku tanpa beban dan mengisi hari-hariku dengan menulis novel dan puisi-puisi yang memang aku menyukainya, maka dari itu aku mengambil jurusan sastra Indonesia.

     Tiba-tiba ponselku berdering, nomor tidak dikenal menelfonku, berulang kali aku matikan, tetap saja nomor itu menelfonku. Pada saat telfon untuk ke 5 kalinya barulah aku menekan tombol ok dan memindahkan ponselku ke telinga.
Berguncang rasanya mendengar kabar yang aku terima, Sandy koma, sudah seminggu Sandy tak sadarkan diri. Ternyata yang menelfonku adalah Putri, adik perempuan Sandy. Segera mungkin aku menuju ke bandara untuk segera kembali ke Jakarta. Menempuh perjalanan 2 jam hingga sesampainya aku di rumah sakit. Aku masih mencintai Sandy, setiap sujudku aku tak lupa menyebutkan nama kedua orangtuaku, keluarga ku dan dirinya. Aku baru mengetahui bahwa Sandy memiliki kanker pada jaringan syarafnya. Sesak melihat orang yang aku cintai terbaring lemah bertemankan infus dan alat-alat kedokteran lainnya. Aku mulai mendekati Sandy, aku genggam tangannya dan tak kuasa aku menahan tangis, akhirnya air mataku mulai turun dan ikut membasahi tangan Sandy.

     Semua orang yang berada di ruangan itu juga tak kuasa menahan tangis, namun mataku tak melihat seseorang wanita yang bernama Mira, aku dengar dari adik perempuan Sandy bahwa Mira meninggalkan Sandy setelah Mira tau Sandy mengidap kanker syaraf. Seminggu setelah kedatanganku, aku terus menjenguk Sandy, mungkin berkat doa orang yang menyayanginya dia lebih sedikit membaik. Aku mulai menemani dan memberi semangat Sandy untuk ikut kemotherapi, aku dan keluarganya sering menemani saat proses khemo.

"Bell, terimakasih untuk semuanya, kamu yang terbaik untukku, maafkan aku jika aku telah menyakitimu, dan kini aku mengerti tentang arti sebuah ketulusan, Amabell, aku menyayangimu"
Bulir air mata mulai turun, sekejap aku memeluk Sandy dan mengatakan "Aku juga menyayangimu, dahulu, hari ini atau seterusnya aku akan tetap di sisimu"

Penulis: Nurmut Prasetya


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...