التخطي إلى المحتوى الرئيسي

Cerpen Tak Seperti Dongeng "Gadis Penjual Korek Api"


"Ada korek api?"

     Gadis cilik itu terus berjalan sambil meminta sebuah korek api, namun tidak ada satu pun yang memberi. Tanpa alas kaki ia terus menelusuri jalan jalan ibu kota. Melihat tingginya gedung gedung cakrawala, mobil-mobil mewah yang tentunya pengemudinya punya cukup uang untuk membelikan gadis itu sebungkus korek api. Atau mereka punya banyak korek yang dihabiskannya dengan sebatang dua batang rokok. Mungkin pikir mereka, untuk apa memberi pada gadis itu? Detik ini dia minta korek api, menit kemudian selanjutnya dia minta roti, lalu meminta uang. Rasanya sayang memberikan seperak dua perak pada gadis lusuh dan dekil itu. Jangan memanjakan mereka!!! Seharusnya orang tua mereka yang bertanggung jawab mendidik mereka, bukan mengajarkannya berkeliaran di jalan. Banyak orang menyebutnya 'pengemis' atau 'anak jalanan'.
Gadis itu pun tak putus asa, ia berjalan menghampiri beberapa orang pejalan kaki di trotoar. Menengadahkan tangannya.

"Permisi bu, boleh saya minta korek api?"

     Wanita itu mengerutkan dahinya dan menatap gadis kecil dari atas - sudah berapa lama gadis kecil ini tidak membersihkan dirinya. Sangat sulit untuk menyisir rambutnya yang bergelombang dan kaku. Ia lalu membayangkan sapu ijuk di rumahnya - Pandangan wanita itu pelan-pelan melihat ke bawah, pakaian yang dikenakannya kusam dan terdapat robekan di beberapa bagian, kulit gadis cilik itu tak semulus kulitnya.

"Ada bu? Ada korek apinya?" Tanya gadis itu lagi.

     Gadis kecil menatap penuh harap. Wanita itu masih mengerutkan dahinya lalu menggelengkan kepala. Gadis kecil mengucapkan terima kasih lalu melanjutkan perjalanannya. Sesekali ia mendongak ke atas dan melihat awan berarak mengikutinya. Lalu ia tersenyum. Mungkin sama seperti dongeng gadis penjual korek api, ia sama sama tidak mendapatkan uang dan makanan. Gadis kecil terus berjalan ke sebuah terminal. Mungkin pikirnya disana lebih banyak orang hilir mudik, berharap di antara banyaknya manusia yang jauh lebih beruntung darinya, ada satu orang yang mau memberikannya korek api. Gadis kecil itu menghampiri salah satu bus - saat itu penumpangnya beranjak turun dengan tergesa-gesa.

"Permisi pak, boleh saya minta korek api"

Bapak itu pun mengangkat tangannya dan berlalu pergi.

"Permisi bu..."

     Belum ia melanjutkan kata-katanya si ibu sudah mengusirnya. Tubuh gadis kecil goyah dan hampir jatuh, kalau saja tidak ada seorang pemuda berdiri dibelakangnya. Pemuda itu sedikit bergeser dan hampir kehilangan keseimbangannya. Bukan karena tubuh gadis itu berat tapi mungkin karena ia lengah.

"Kamu tidak apa-apa?"

Gadis itu menganggukan kepalanya.

"Bener gak pa-pa?" tanyanya lagi meyakinkan.

     Gadis itu tersenyum dan pergi. Ia duduk di pinggir trotoar, melihat banyak pedagang asongan di sepanjang terminal. Ada yang mejajakan aneka makanan dan minuman. Ia tak menghiraukan pemuda tadi terus memperhatikannya. Sesekali ia memandang ke langit. Cuaca tak secerah tadi. Sinar matahari semakin redup. Sama seperti tenaganya yang semakin lemah. Gadis kecil terus berpikir, bagaimana ia bisa mendapatkan korek api.

"Apa yang kamu pikirkan?"

Pemuda itu duduk di samping gadis kecil beralaskan aspal. Gadis itu mulai memperhatikan pemuda itu. Mulai dari pakaiannya yang bersih dan rapi, sampai potongan rambutnya yang cepak.

"Aku perhatikan dari tadi kamu meminta korek api, untuk apa? apa kamu merok*k?"

Gadis kecil tetap diam.

"Benar kamu merok*k?" Tanya Pemuda itu heran.

Gadis kecil menggelengkan kepala.

"Lalu?"

     Pemuda itu menatap gadis kecil. Menunggu jawaban yang dilontarkan gadis kecil itu. Tapi gadis kecil tetap diam dan menundukan kepala. Hanya memandang kerikil di depan matanya. Merasa seperti kerikil itu. Kecil dan tak berarti. Sejenak termenung lalu ia pun melanjutkan perjalanannya. Merasa tak ada gunanya duduk di samping pemuda yang tentu akan memandang sebelah mata pada dirinya. Jangankan membagi kisah, meminta sebuah korek api pun rasanya tak mungkin padanya. Tanpa sepatah kata, gadis kecil pergi meninggalkan Pemuda itu seorang diri. Tak sampai gadis kecil itu melangkah kakinya sepuluh langkah, Pemuda itu langsung mengikutinya dari belakang. Rasa penasaran menghantui dirinya. Gadis kecil mempercepat langkahnya, merasa jiwanya terancam. Ia ingat perkataan ibunya ketika masih hidup, "Nak, jika ada bahaya menghampirimu, larinya ke tempat ramai, lalu teriaklah minta tolong". Gadis kecil semakin mempercepat langkahnya, sementara Pemuda itu terus mengikutinya. Gadis kecil akhirnya berlari, dan terus berlari di tengah keramaian. Nafasnya tersengal-sengal, ia ingin sekali berteriak minta tolong, namun suaranya seakan tak bisa keluar, dan larinya pun semakin lama semakin lambat.

"BRUKK!!!" Gadis kecil pun terjatuh. Ia merintih kesakitan. Beberapa tetes air mata menetes ke pipinya. Pemuda itu segera menghampiri gadis kecil dan membantunya berdiri.

"Kamu tidak apa-apa? Kenapa kamu lari-lari?" Pemuda itu setengah panik.

"Tunggu disini sebentar!"

     Pemuda itu berlari meninggalkan gadis kecil setelah membawanya duduk di sebuah taman kecil di pinggiran jalan raya. Beberapa saat dia kembali sambil membawa plastik bertuliskan nama sebuah apotik.

Gadis kecil itu berhenti menangis dan memperhatikan pemuda itu yang sedang mengobati lukanya. Ia mulai merasakan ketulusan pemuda itu.

"Namaku Gadis" lirih Gadis kecil.

Pemuda itu tersenyum padanya. Tak banyak berkata-kata, dan terus mengobati luka-luka di kaki gadis kecil.

"Apa kamu punya korek api?"

Pemuda itu memandangnya heran.

"Punya apa gak?"

"Boleh aku tau kenapa kamu selalu meminta korek api?"

     Gadis kecil itu tersenyum. Dan mulai bercerita. Pemuda itu mendengarnya dengan seksama. Sesekali ia menggelengkan kepala saat Gadis bercerita tentang dongeng sang ibu. Dongeng tentang Gadis penjual korek api, dimana tidak ada seorang pun yang mau membeli korek api yang ia jual. Sampai akhirnya gadis penjual korek api itu pun kelaparan dan kedinginan. Ia hanya bisa menyalakan korek api dan membayangkan tempat yang hangat dan makanan yang enak-enak.

"Aku mau seperti gadis penjual korek api dalam dongeng ibu. Siapa tau aku bisa mendapatkan makanan dan bertemu ibu di surga" ucap Gadis kecil.

"Kau bodoh! Itu kan hanya dongeng!" bentak Pemuda itu.

"Tapi.. sewaktu ibu masih ada, ibu selalu meminta-minta makanan tapi tak seorang pun di kota ini yang memberinya. "

     Tanpa banyak kata Pemuda itu langsung menghampiri toko makanan dan membelikan beberapa bungkus makanan dan minuman untuk gadis kecil. Sekejap ia langsung menghampiri gadis kecil itu lagi.

"Brakkk!!!" plastik dalam genggaman Pemuda itu jatuh berserakan di jalan, melihat gadis kecil tersungkur lemas dan jatuh.

"Hei.. bangun.. bangun... Gadis kecil bangunlah"

     Pemuda itu terus mengguncang-guncangkan tubuh gadis kecil lalu meraihnya dalam pangkuannya. Memeriksa denyut nadi di tangan gadis kecil itu namun ia tidak menemukan adanya detakan kehidupan. Pemuda itu pun memeluk gadis kecil untuk yang terakhir kalinya.

"Aku terlambat. Maaf..." lirih Pemuda itu

Roh gadis kecil itu melayang-layang di udara. Tersenyum pada Pemuda yang masih memeluk jenazahnya yang terkujur kaku.

"Terima kasih pahlawanku, kakak orang pertama yang mau memberi aku makanan setelah sekian lamanya aku kelaparan. Sekarang aku tidak kelaparan lagi, dan aku akan bertemu ibu di surga"

THE END

Penulis: Selly Miarani

تعليقات

  1. sildenafil 150 mgis used to treat erectile brokenness. It's likewise used to treat pulmonary arterial hypertension. Sildenafil oral tablet doesn't cause laziness. Sildenafil is a doctor-prescribed medication. It comes as a tablet and suspension.

    ردحذف

إرسال تعليق

Informations From: Omnipotent

المشاركات الشائعة من هذه المدونة

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • Attached to a string

    Attached to a string I loved the ghungroos on the string, it reminded me of all the good times I had in my life. ARYAMAN had made it when we were in Kashmir. When we visited here, he would become a full time Romeo. Making bouquets, biryani, thupkas and sometimes even ponchoe for me. In the day he us... Readmore

  • A Bit of a Traveller

    A Bit of a Traveller A Bit of a Traveller The year was 1969, and the graduating class had decided to put objects into a time capsule, which was buried on in the far corner of the property owned by the high school. It was where some of the students went to go to smoke. There was a large bus... Readmore

  • The Eight-year Cycle

    The Eight-year Cycle "Pa, let me make your tea."  He looks at her as she weaves her hands into her hair. He likes how she reminds him of snowfalls. He doesn't know who she is except that in eight years, the police would find her in her kitchen, an empty packet of cigarettes beside her bloodied ... Readmore

  • Loving my future

    Loving my future I crumple the paper in my hand. This is utter bullshit! Not thinking twice I throw it into the dustbin before lying back on the bed. What’s up with my family? Okay! I know, we have traditions. All families do. But this is insane. Getting some religious people to foretell every membe... Readmore

  • THE REVERSE TRAVEL

    THE REVERSE TRAVEL                            THE REVERSE TRAVEL  In India, in spite of advanced technology and modern tendencies of flying away of family membe... Readmore

  • Already-Not Yet

    Already-Not Yet Christians are stuck in the already-but not yet…Our future is secure, yet we still toil in this world. She opened her eyes and looked around the room. The light is all wrong and the room is, what is it? It’s like it’s pretending, like it’s staged. She saw her husband emerge from the ... Readmore

  • The boy who didn't believe who he was destined to be

    The boy who didn't believe who he was destined to be It started as any ordinary Sunday, but what the day held was far more than ordinary. Quinn woke up excited because today was 16th birthday and he was beyond happy to know more about his parents from grandma Alex. Quinn never knew or saw his p... Readmore

  • Nubuat Cinderella

    Nubuat Cinderella "Cinderella!" Detak jantung saya meningkat ketika saya mendengar Ibu Tiri memanggil nama saya, yah nama panggilan saya. Itu tidak dimaksudkan untuk menjadi nama panggilan, tetapi selama bertahun-tahun telah beradaptasi menjadi satu. Saya mendengar tumit Ibu Tiri mengklik tangga, ka... Readmore

  • Hamsa

    Hamsa Mama adalah wanita yang percaya takhayul. Dia menggantung dreamcatcher dengan bulu-bulu putih berbulu di atas tempat tidurnya, dan tempat tidur kayunya penuh dengan batu opalescent yang dibawa oleh pedagang misterius untuk mengusir roh-roh jahat, jalan masuk dilapisi dengan garam, sepatu kuda ... Readmore

  • Kunjungan lapangan saat nama Anda Beatrice

    Kunjungan lapangan saat nama Anda Beatrice "Ayo, teman-teman! Jika kita akan menyelesaikan tur museum ini hari ini, kita harus bergegas!" Bu Harui berteriak di atas suara gembira kami. Bu Harui adalah guru sains saya, dan hari ini kami pergi ke pusat sains. Saya baik-baik saja dengan sains, tetapi i... Readmore