Cerpen Sabda Sang Dalang


"Hore, aku memenangkan sayembara ini." kata Raden Rama Wijaya.
"Baiklah karena kau pemenangnya, kuserahkan Dewi Shinta kepadamu." kata Prabu Janaka.
Raja Rahwana, ia adalah raja dari Kerejaan Alengkadiraja. Ia sedang jatuh cinta kepada Dewi Shinta. Penculikan Dewi Shinta terjadi saat Rama, Dewi Shinta dan Lesmana berada dalam perjalanan ke Hutan Dandaka. Penculikan ini adalah akal-akalan dari Rahwana dan ia dibantu oleh Marica.
"Marica, aku butuh bantuanmu untuk mengubah wujudmu, menjadi kijang kencana yang sangat indah, bisa?" tanya Rahwana.
"Apa, coba yang tidak kulakukan untukmu? Tapi, untuk apa sampai aku harus mengubah wujudku menjadi kijang kencana yang sangat indah?" tanya Marica.
"Aku punya sebuah rencana untuk menculik Dewi Shinta, istri dari Raden Rama Wijaya." kata Rahwana.
"Namun, apa siasatmu?" tanya Marica.
"Istri Rama sangat menyukai kijang kencana, pasti dia akan mengejarmu, lalu aku akan menculik Shinta." kata Rahwana.
"Oh, begitu, baik aku akan membantumu." kata Marica.

Siasatnya berhasil, ia mendapatkan Dewi Shinta. Kemudian, dibawanya Dewi Shinta pulang ke istananya.
"Hahaha, kudapatkan juga engkau Dewi Shinta, hahaha." kata Rahwana sambil pulang dengan membawa hati yang berbunga-bunga.
"Dewi Shinta, maukah engkau menjadi istri Rahwana?" tanya Trijata.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan mau menjadi istrinya." kata Dewi Shinta.
"Kumohon, jadilah istriku, bila engkau menjadi..." kata Rahwana belum selesai berbicara.
"tidak, tidak dan tidak, itulah jawabanku!" kata Dewi Shinta.
"Dasar kau keras kepala!" kata Rahwana.

"Gubrak..." suara pukulan meja.
"Ada apa, Rahwana?" tanya Trijata
"Sudah berapa kali aku meminta Dewi Shinta untuk menjadi istriku tetapi selalu ditolak. Sudah habis kesabaranku." kata Rahwana dengan meledak-ledak.
"Sabar, sabar nanti pasti dia juga akan mau menikah dengan-Mu." kata Trijata.
Secara tiba-tiba datanglah kera putih, ia mengacaukan halaman Istana Alengka, demi mengetahui kekuatan dari dalam istana tersebut.
"Apa maksudnya ini, lihat taman jadi rusak, kubunuh engkau!" kata Rahwana sambil marah lagi.
"Jangan, kak." kata Kumbakarna, adiknya.
"Beraninya engkau menentangku! Pergi kau dari istana ini sekarang juga!" kata Rahwana marah.
"Sekarang kubakar saja engkau, kera putih!" kata Rahwana dengan hati yang sangat kesal.
Dibakarnya kera putih yang bernama Hanuman itu, namun api itu tidak membakar sedikit pun tubuh Hanuman, tetapi api itulah yang membakar Istana Alangka.
"Selesai sudah pertempuran, Rama mencari istrinya yang berada di dalam istana tersebut. Setelah ia bertemu dengan istri tercintanya, ia ingin mengecek kesucian tubuh istrinya dengan bantuan dewa api. Setelah semua usai, ternyata benar, tubuh istrinya masih suci, lalu mereka pulang ke istana mereka dengan hati yang bahagia." kataku selesai berbicara.
"Oh, jadi begitu ceritanya, kek?" tanya Ibrahim.
"Benar." kataku.
"Permisi, ada orang? Tok... tok... tok...," kata seorang tamu, sambil mengetuk pintu.
"Oh, sebentar..., masuk, Pa." kataku yang membukakan pintu, dan menyuruh tamu tidak dikenal itu untuk masuk ke dalam rumahku.
"Perkenalan, saya Pak Andre. Saya kesini untuk meminta bantuan Bapak. Setelah saya mencari informasi dari warga Kampung Kembang, saya menemukan Bapak. Kata warga disini, Saat Bapak masih muda, Bapak pernah menjadi seorang dalang yang sangat terkenal, di kampung ini, benar?" tanya Pak Andre.
"Oh, benar. Apa yang bisa saya bantu?" tanyaku bingung.
"Saya ingin Bapak melakukan pementasan di Kota Bandung, tapi Bapak tidak perlu takut semua keperluan Bapak biarkan saya yang menanggung, jadi maukah bapak membantu saya?" tanya Pak Andre.
"Oh, boleh." kataku menyanggupi.
"Baik, kalau begitu Bapak datang untuk pertunjukan wayang tanggal 30 Juni, bisa?" tanya Pak Andre.
"Bisa, bisa." kataku.
"Ini ada sedikit buah tangan dari Kota Bandung, silahkan ambil." kata Pak Andre.
"Oh ya, ini ada kartu nama saya, bila ada perlu, silahkan hubungi saya." tambahnya.
"Terimakasih, Pak." kataku.

Waktu terus mangalir
Bagaikan air
Usia semakin bertambah
Kondisi tubuh juga berubah
Masa tua
Berbeda dengan masa muda
Semakin melemah
Melakukan sesuatu semakin susah

"Kakek, dua hari lagi kakek akan melakukan pertunjukan wayang, tapi bagaimana caranya bila kesehatan kakek terus menurun?" tanya Ibrahim.
"Tenang saja, Ibrahim kakek pasti sembuh." kataku.

Tak lama kemudian datanglah seorang dokter dan dua orang suster. Setelah dokter tersebut memeriksaku, ternyata di bagian tanganku ada tumor dan penyakit ini hanya dapat diobati dengan cara dioperasi. Aku sangat terkejut. Aku takut aku tidak dapat bekerja lagi hanya karena tanganku yang telah dioperasi.
"Tenang, ya kek. Kalau kakek tidak bisa melakukan pertunjukan wayang, masih ada aku. Bairlah aku yang menggantikan kakek, boleh?" tanya Ibrahim.
"Kamu yakin? Kamu tahu dan hafal ceritanya?" tanyaku untuk meyakinkan.
"Aku yakin aku pasti bisa. Aku akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk para penonton. Kalau soal cerita, kakek sudah pernah menceritakan cerita wayang. Aku sudah hafal." kata Ibrahim.
"Baiklah, aku yakin kamu bisa melakukannya. Kamu boleh menggantikanku." kataku.

Hari terus berjalan
Mendekati hari tertentu
Bila tiba saatnya
Jantung berdebar-debar
Setelah semua usai
Hati terasa tenang
Saatnya melihat hasil
Apa yang telah dilakukan

Tidak terasa, besok sudah hari pertunjukan lagi. Aku takut pertunjukan tidak berjalang dengan lancar. Aku hanya bisa berdoa, berdoa dan berdoa. Semoga Tuhan dapat mengabulkan semua permintaanku.
"Aku harus bersiap-siap." kata Ibrahim.
"Kakek, jantungku sangat berdebar-debar, mengapa ya?" kata Ibrahim.
"Tenangkanlah hatimu. Semakin kamu takut akan hal-hal tertentu, kamu semakin bingung dan tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik." kataku.
"Oh, begitu, kek." kata Ibrahim.

Keesokan harinya, kulihat matahari sudah terbit. Berati sudah saatnya Ibrahim menampilkan wayang-wayang serta mengucapkan dialognya. Bebarapa saat kemudian Ibrahim pamit padaku, lalu ia pergi ke tempat yang diminta oleh Pak Andre. Namun, aku tidak bisa menghadiri acara tersebut, hatiku gelisah tidak terhingga.

"Baiklah saatnya kita menonton pertunjukan wayang." kata Pak Andre.
"Prok, prok, prok." suara tepuk tangan penonton awal cerita.
"Akan kuceritakan apa yang telah aku dapat dari kakek." kata Ibrahim dalam hati.

"Prok... prok... prok..." suara tepuk tangan di akhir cerita.
"Aku akan pulang dengan membawa hati yang sangat gembira." kata Ibrahim.
"Kakek, kakek, pertunjukan berjalan dengan lancar..." kata Ibrahim sambil berteriak bangga dan mendekatiku.
"Syukurlah. Terimakasih, ya Allah." kataku.
"Waktu lain, kamu boleh menggantikanku menjadi dalang." kataku.

Tamat

Penulis: Davina Senjaya


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...