Rancangan Tuhan Bukan Rancangan Manusia

Nathaniel Hawthorne sangat kecewa. Ia baru saja menerima kabar pergantian jabatan di kantor bea cukai Boston, Massachusetts, tempatnya bekerja. Ternyata, ia diberhentikan. Berita buruk itu seakan-akan menggelegar di telinganya. Dunia seolah-olah sudah kiamat. Ia berjalan pulangn dengan perasaan bingung dan gundah. Di pelupuk matanya terbayang wajah duka istrinya. Hawthorne semakin gelisah. Hari itu sungguh menjadi hari yang panjang baginya.

Setibanya dirumah, ia menceritakan perihal pemecatannya kepada istrinya. Sang istri dengan tatapan prihatin memeluknya, mengambil sebuah pena dan tinta, lalu meletakan keduanya di meja dekat perapian.

"Tidak usah bersedih," katanya. "Kau punya banyak waktu sekarang. Kau bisa mulai menulis."

Empat tahun setelah kejadian memilukan itu Hawthorne menghasilkan sebuah novel yang membuat namanya terkenal di seluruh dunia :The Scarlet Letter.

Kegagalan di satu bidang kerap menjadi pembuka jalan bagi keberhasilan di bidang lain. Kuncinya adalah tidak putus asa, terus berusaha, dan terutama tetap berpaut pada Tuhan, Sang sumber hidup. Jika Tuhan mengijinkan sesuatu terjadi, tentu ada maksud baik di balik hal itu. Itulah janji Tuhan kepada kita saat duka menerjang. Hanya, maukah kita percaya dan tetap menaruh pengharapan kepada-Nya? Terkadang Tuhan menutup pintu yang satu untuk membuka pintu yang lain.

No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...