Skip to main content

Cerpen Meet 999 Days 23 Hours 59 Minute 60 Second

Kepercayaan adalah hal terberat dalam hubungan. Dan jagalah kepercayaan itu jangan sampai kau menghilangkannya. -Maurin


"Kamu beneran mau pacaran sama Adit?" Sely meyakinkanku, aku hanya berduduk santai dikursiku sambil menyilangkan kakiku. Sely terus berceloteh tentang aku jadian sama adit. Memangnya kenapa dia terus saja menanyakan hal yang sama?
"Memangnya kenapa?" Aku memalingkan wajahku padanya, dia sedikit gugup menjawab pertanyaanku.
"Tidak apa-apa. Hanya saja aku tak percaya hubungan kalian. Adit itukan pria cuek, dia itu gak mungkin bisa terus memenuhi keinginan kamu, kamukan manja" Seketika aku berdiri dan berkata ke arahnya.
"Adit memang cuek, gak seperti Haris, pacar kamu yang perhatiannya 1000 kata itu. Dia memang beda jauh sama Haris. Tapi aku bisa buktikan kalau hubungan aku bisa ngalahin hubungan kalian! CAMKAN!"

***

       Masih tergambar jelas di dalam benakku, masih terngiang-ngiang dalam telingaku. Saat itu, kata itu. Saat aku berani membuktikan bahwa hubunganku bisa berdiri mengalahkan Sely, kejadian dua setengah tahun itu masih jelas ku ingat. Aku tahu pacarku adalah pribadi yang cuek dan tidak mau diatur. Tapi aku tahu, dia benar mencintaiku. Walau kadang banyak hal yang menjengkelkan bagiku. Tapi secuek apapun dia, aku tahu ada kalanya dia perhatian padaku. Itulah yang membuatku yakin bahwa Adit bisa membuat aku bahagia. Memang kadang dia salah menjadwalkan hari ulang tahunku dan tanggal jadian kami. Kadang hari istimewa kamipun dia lupa. Itu karena sikap egoisnya aku tahu. Tapi keyakinanku untuk tetap bersabar bahwa semua ini akan berakhir bahagia selalu lebih besar daripada rasa jengkelku. Dia pasti bisa sedikit mengurangi egonya untukku. Untuk orang yang dicintainya.

"Adit" Aku memanggilnya, sementara dia sedang asyik bermain games seperti apa yang dihobikannya. Setiap hari tak ada kata tidak untuk games baginya. Selalu sama saja, mementingkan gamesnya daripada aku.
"Apa?" Dia hanya menjawabnya singkat, aku mulai mendekatinya lalu melongo sedikit ke arah komputer yang ada di depan matanya.
"Kau tahu hari ini hari apa?" Aku duduk disampingnya. Dia sedikit sibuk dengan gamesnya. Aku terdiam sejenak.
"Euu.. Hari jum'at" Dia menjawabnya polos. Aku kecewa mendengar jawaban dia yang tak pernah ku inginkan. Benarkah dia lupa?
"Kok bengong?" Dia sedikit menatapku. Aku tetap berada diposisi awalku, menatap layar monitor.
"Kamu salah!" Aku duduk tertunduk disana, diapun sedikit mendekatkan bibirnya ditelingaku.
"Lalu hari apa sayang?"
"Hari ini hari ulang tahunku" Seketika dia sedikit kaget lalu memandang kalender.
"Ya Tuhan aku lupa, padahal aku sudah menandai tanggal ultahmu. Maafin aku Rin, tadi aku lupa gak pake alarm" Ucapnya lagi. Aku dapat melihatnya dia memnandai tanggal itu, 20 Desember tapi walaupun begitu aku kesal sekali padanya. Dia selalu saja lupa, lupa adalah alasan tersering yang aku dengar dari bibirnya.
"Kapan kau bisa ingat tanpa alarm? Dengan menandai tanggal dikalendermupun kamu tak ingat" Kelakarku padanya. Dia menatapku, seketika dia tertunduk. Mungkin dia mengakui kesalahannya.
"Mengapa diam?" Aku menanyainya ulang. Dia kemudian mendekatiku.
"Ayo katakan apa yang kau inginkan? Hari ini aku akan memberimu apapun itu" Rayunya padaku. Aku terdiam, sejenak aku berfikir. Akupun menatapnya.
"Benarkah?" Dia mengangguk mantap padaku. Akupun mulai meraih tangannya.
"Setidaknya tinggalkan gamesmu satu hari penuh, hari ini saja dan temani aku ditaman. Sederhana bukan?" Diapun sedikit mengangkat bola matanya memandang langit-langit, kemudian dia tersenyum dan mengangguk setuju tanda mengiyakan permintaanku.
"Tidak buruk" Ucapnya.

***

"Jadi kamu ingin kita merayakan 999 hari kita?" Tanyanya padaku sembari meneguk cappucinno yang dipegangnya.
"Kamu tak akan lupakan? Tanggal 31 Desember adalah hari terakhir tahun ini. Tanggal jadian kita memang istimewa ya. Aku ingin kamu janji akan mengingatnya" Aku mengarahkan kelingkingku ke arahnya, diapun mengaitkan kelingkingnya dijariku.
"Janji" Ucapnya. Aku tersenyum padanya. Aku percaya kali ini dia akan ingat pasti. Ketika aku memandangnya, dia sepertinya sedikit berfikir. Entah berfikir atau melamun.
"Hey kau!" Sahutku padanya. Dia kaget dan langsung mengalihkan pandangannya padaku. Dia tersenyum polos padaku. Hmm aneh-aneh saja kelakuaannya.

***

"Ayolah antar aku belanja" Seperti yang Sely katakan, aku memang manja. Hobiku shopping. Sungguh berbeda jauh darinya. Aku menarik-narik tangan kiri Adit sementara tangan kanannya sedang asyik memainkan keyboard.
"Hey diamlah sebentar. Lihat aku akan menyelesaikannya 3 level lagi. Games ini sangat sulit. Sepertinya aku akan mendapat skor tertinggi dari mereka. Akan menang" Jelasnya. Aku tak pernah peduli apa yang dikatakannya. Dia sungguh menyebalkan.
"Games bisa kau tunda nanti" Aku kembali berceloteh namun dia tak berkutik sama sekali. Akupun berniat meninggalkannya. Bukan berniat lagi tapi akan. Lebih baik aku berangkat dengan Sely daripada aku harus terus mengemis padanya minta diantar. Sampai kapanpun dia tak akan mau.

***

"Lihat Maurin?" Tanyanya pada Julie, aku tahu Julie adalah anak tercantik dikampus, dia sangat terkenal.
"Sepertinya tadi dia kesini, ayo ikut aku" Jawabnya. Aditpun berjalan bersamanya, tanpa disadari dari jauh aku dan Sely melihatnya.
"Dia selingkuh" Keluhku. Sely merangkul tubuhku lalu menyemangatiku.
"Sudah jangan mengeluh. Kau tak boleh berburuk sangka dulu padanya. Kau bilang kau akan mempertahakannya lebih baik dari hubunganku. Aku yakin kamu bisa" Nasihatnya padaku.
"Tidak, apa yang kau katakan benar. Aku tak bisa lebih baik darimu. Haris berbeda dengan Adit" Akupun berjalan perlahan meninggalkannya. Sementara Sely masih diposisi awal.
"Setidaknya kau beri dia kesempatan" Ucapnya setengah berteriak padaku.
"Akan ku tunggu sampai 999 hari itu" Timpalku padanya.

***

      Dia sudah menyiapkannya untukku. Hadiah itu, dia akan memberikan hadiah padaku. Aku tahu dia tak akan lupa. Kali ini ternyata dia ingat. Aku sudah memberitahukan padanya bahwa aku akan menunggunya ditaman pukul 13 tepat. Sekarang pukul 12 tepat dan dia sudah berdandan serapi mungkin.
"Masih pukul 12, sebaiknya sedikit games akan membuat hari ini lebih baik" Ucapnya sendiri.

***

'Kemana pria itu? Tak ingat kah dia? Bukannya aku memberitahunya pukul 13? Dan sekarang pukul 15 dia belum datang juga. Apa dia bermain-main? Tunggu saja Maurin, tunggu sampai dia datang' Batinku. Ya dia memang belum datang sedari tadi. Sudah 2 jam aku menunggunya. Kini sedikit mendung melukis langit.
'Jangan hujan jangan.' Keluhku dalam hati. Aku memang tak ingin hujan. Tapi mungkin langit berkata lain. Dia ingin hujan dan aku? Bagaimana bisa ku tolak?

***

"Brukk"
"Ehmm" Adit terjatuh ternyata dia tertidur sedari tadi dan baru bangun sekarang. Pukul 17:18.
"17:18, Ehmm.. Eh hah 17:18 aku, aku ahh telat lagi. Bagaimana Maurin? Aku harus cepat"

***

       Aku terisak bersamaan isakan langit yang tak kunjung reda. Aku sudah muak dengan sifat ego Adit. Dia benar-benar membuat kesabaranku hilang. Pria satu ini tak pernah tak menggores kecewa dihatiku. Egois.
"Ma.. Maurin" Tiba-tiba suara yang tak asing lagi ditelingaku terdengar. Suara Adit. Dia datang, tapi mengapa baru sekarang dia datang? Akupun berdiri dan berjalan meninggalkannya. Dia menahanku dengan meraih tanganku namun ku tepis. Dia meraihnya lagi namun gagal ku tepis karena genggamannya yang terlalu kuat.
"Kau kenapa?"
"Kenapa? Tanya saja pada dirimu sendiri mengapa aku begini!" Ucapku dengan nada tinggi. Dia menunduk.
"Aku tahu aku salah" Sesalnya.
"Kau tahu! Tapi kau tetap saja melakukannya. Sekarang lihat aku basah kuyup lihat! Kau puas? Puas?" Aku melepaskan genggamannya lalu pergi meninggalkannya. Walau sebenarnya berat aku meninggalkannya. Tapi aku sudah tak kuat melihatnya lagi. Sementara dia masih tetap berdiri menunduk disana.
"Maafkan aku Maurin" Ucapnya. Aku terhenti lalu menoleh ke arahnya.
"Maaf? Masih pantaskah aku memaafkanmu? Waktu kau tak mau mengantarku ke mall saja kau malah berjalan bersama Julie, aku tahu dia cantik tapi hargai perasaanku. Aku sudah lelah dengan sifatmu itu. Kau membuatku depresi. Sekarang pergilah atau kita putus" Bentakku.
"Ta... tapi"
"Pergi atau putus" Aku membentaknya lagi. Diapun pergi. Aku tahu saat ini aku sedang marah. Aku sekarang benar-benar tak percaya pada dia lagi. Kepercayaanku terlanjur telah pudar.

***

"Aku akan merayakan malam tahun baru sendirian" Dengusku kesal pada Sely, mengingat dia adalah sahabat terbaikku, dia pasti selalu mengerti perasaan dan keadaanku.
"Aku tahu kamu sedih, tapi seharusnya kamu dengerin dulu apa yang sebenernya terjadi sama Adit sampai dia telat" Jelasnya.
"Aku tak butuh alasan semuanya sudah jelas" Aku tetap pada peganganku bahwa Adit itu selingkuh. Sely bersikeras untuk mempercayainya bahwa Adit setia padaku.
"Dia bilang dia mencintaimu. Dia sangat mencintaimu, hanya saja dia tak tahu bagaimana cara melakukannya. Oh ya maaf aku tak bisa merayakan tahun baru bersamamu" Selypun berlalu, kini aku sendiri berdiam diri dikamarku. Sely memang akan merayakan tahun baru bersama keluarga Haris. Hubungan merekan memang langgeng dan berlangsung romantis. Berbeda denganku, hubunganku ahh tidak ada apa-apanya dengan mereka.

'23:45, 15 menit lagi' Batinku, akupun berangkat menuju taman tadi untuk merayakan malam tahun baru sendirian. Seharusnya ini adalah malam tahun baru ke-3 ku bersama Adit. Namun kalian mungkin sudah tahu bagaimana hubunganku dengan Adit.

      Aku berjalan sendiri menyusuri jalanan ini. Ku lihat disamping kanan dan kiriku tak lain adalah sepasang kekasih yang sedang merayakan tahun baru bersama. Aku iri. Benar-benar iri. Setidaknya daripada aku iri pada mereka aku bersyukur bisa bertemu tahun baru kali ini.

      Aku terduduk ditaman tempat tadi. Ku lihat jam tanganku '23:59:50′. Aku mulai menghitung mundur untuk menandakan berakhirnya tahun 2012 ini.
"Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satt... "
"Happy 1000 days my beloved" Adit seketika berada dibelakangku dengan membawa sekotak kue ditangannya. Aku kaget melihatnya datang pada malam ini. Seketika dia mulai duduk dihadapanku dan membuka kotak kue itu. Disana kue itu tertera sebuah tulisan
'Happy 1000 days Adit with Maurin'
Aku menatapnya, dia malah menatap balikku heran.
"Kok bengong? Berdo'a dong buat hubungan kita!" Titahnya. Akupun kaget dan menutup mataku lalu berbisik dalam hati. Aku ingin... Kalian jangan tahu ya biarkan angin membawanya pergi haha. Selesai aku membuka mataku lalu berucap
"Aamiin" Aku masih kesal padanya dia benar-benar tak punya malu.
"Maurin, aku minta maaf. Tadi aku ketiduran. Mau percaya atau tidak terserah. Saat aku bertemu Julie aku menanyakanmu, dan dia bilang dia melihatmu. Akhirnya ku putuskan mencarimu dengannya namun kau tak ada. Aku juga tahu aku terlambat tapi aku juga tahu, tak ada terlambat untuk memulainya lagi. Mari kita mulai lagi. Dan aku berjanji aku akan berubah Maurin" Dia tersenyum padaku.
"Benarkah?" Aku meyakinkannya, dia mengangguk lalu tersenyum.
Akupun membalas senyumannya semanis mungkin yang pernah ku buat. Aku meraih tangannya.
"Aku tahu kau membawakanku hadiahkan?" Seketika dia tertawa mendengar perkataanku lalu dia mengeluarkan kotak berwarna merah dari sakunya.
"Maukah kau menjadi tunanganku?" Ucapnya sambil meraih tanganku. Aku mengangguk saat itu juga. Diapun membuka kotak merah itu dan memasukan cincin dijari manisku. Akupun memasukannya dijari manisnya. Seketika kembang api berloncat dan berlarian dilangit membentuk kata 'Happy 1000 days Maurin Adit'. Aku memandangnya lalu tersenyum dan dia merangkulku.
"Happy 1000 days to" Bisikku.

Penulis: Selmi Fiqhi


Comments

Popular posts from this blog

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • Renungan Libatkan Tuhan Dalam Setiap Rencanamu

    Baca: Amsal 19:1-29 "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21) Sebelum kita melakukan segala sesuatu selalu ada seribu satu rencana dalam benak atau pikiran kita. Langkah demi langkah kita atur begitu rupa agar hasil yang kita capai bisa maks... Readmore

  • Renungan Peka Suara Roh Kudus

    Baca: Yohanes 14:15-26 "tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26) Setiap kita pasti pernah merasakan ada suara yang berbis... Readmore

  • Cerpen Asembagus, Situbondo

         Arum cepat-cepat melepaskan sandal jepitnya yang usang. Melipat celana panjangnya. Lalu, merendam kakinya buru-buru. Ia duduk di bibir sungai. Merendam kaki mungilnya di sungai kecil itu. Cara ini memang selalu ampuh melepas duka Arum. Dalam tatapan kosongnya, Arum terisak sed... Readmore

  • Cerpen Jambu Untuk Anakku

         Riuhnya bunyi dedaunan di sebabkan angin pagi yang gelisah. Kicauan burung hutan memecah kesunyian. Sang mentari memercik sinarnya pada wajah-wajah yang saling bercermin pada bola mata masing-masing. Terlihat dua orang ayah dan anak sedang bertatapan. "Tidak nak, Abah sangat m... Readmore

  • Renungan Warisan Bagi Kita

    Baca: Efesus 1:3-14 "Aku katakan 'di dalam Kristus', karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendaknya - " (Efesus 1:11) Siapa pu... Readmore

  • Renungan Terluka Karena Tertolak

    Baca: 2 Samuel 16:15-23 "Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel." (2 Samuel 16:22) Absalom adalah salah satu anak Daud. Ia memiliki perawakan nyaris sempurna. Sebagai anak raja, masa kecil Absalom berlim... Readmore

  • Renungan Kehilangan Sesuatu Yang Berharga

    Baca: Rut 1:1-22 “Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.” (Rut 1:20) Ketika di tanah Israel terjadilah kelaparan hebat, Naomi dan keluarganya memutuskan meninggalkan Betlehem dan menetap di Moab sebagai or... Readmore

  • Renungan Jadilah Orang Yang Berhikmat

    Baca: Amsal 9:1-18 “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” (Amsal 9:10) Ayat nas di atas menyatakan, setiap orang yang memiliki hati takut akan Tuhan akan mendapatkan hikmat. Jadi kunci memiliki hikmat adalah ketaatan kita melakukan... Readmore

  • Cerpen Jambu Untuk Anakku

         Riuhnya bunyi dedaunan di sebabkan angin pagi yang gelisah. Kicauan burung hutan memecah kesunyian. Sang mentari memercik sinarnya pada wajah-wajah yang saling bercermin pada bola mata masing-masing. Terlihat dua orang ayah dan anak sedang bertatapan. "Tidak nak, Abah sangat m... Readmore

  • Cerpen Kebahagiaan

    Kucing-kucing hitam yang lucu bercerita padaku. "Sebenarnya aku dulu manusia, namun aku lelah menjadi manusia, aku memilih menjadi seekor kucing, aku seperti ini adalah kehendakku..." katanya. Lalu aku tanyakan, "kenapa kamu lelah menjadi manusia? apakah karena manusia memiliki perasaan, dan di a... Readmore