Cerpen “N”


'Jes..Jes.. lihat tuh.. si Alvin ngeliatin aku 'kan?' Jessica yang baru aja ngamatin mading, langsung memalingkan kepala. Resya memang nggak bisa diem kalau liat cowok yang sudah 2 tahun belakangan ditaksirnya. Jadilah Jessica, sahabat Resya yang jadi korban kegilaan dia kalau lagi kumat.
'Iya, Sya, kayaknya matanya nggak kedip tuh. Cieee…' Jessica nowel Resya.
'Hihihi.. Senyumin yah…' Jessica ilfil gila sama Resya. Senyumnya itu loh. Genitnyaa…
'Udah-udah.. Sya. Senyum lho bikin Alvin mrinding tuh. Cowok pendiem jangan dideketin secara agresif. Ntar dia kabur lho.' Senyum Resya langsung pudar seketika.
'Bener juga kamu, Jes…'

Resya Kadiptamadya bisa di bilang cewek yang kurang beruntung dalam urusan percintaan. 10 kali jatuh cinta, 3 kali jadian, nggak ada satu pun yang sukses. Berbanding terbalik sama Nicholas Alvino. Sudah ganteng, keren, cool, dan tajir, sudah pasti fans-nya bejibun. Nggak tahu apa yang merasuki Resya sampai dia tahan mendem perasaan ke Alvin 2 tahun lamanya. Love is crazy, right?
'Teeettttttttttt…'
'Sya, masuk. Bu Tini otw tuh' Jessica membuyarkan lamunan Resya.
'Oh.. i.. iya.. Jes..'

Abis pulang sekolah, Resya mampir dulu ke Toko Aksesoris milik mama temennya. Dia mau beli kain flanel, benang, gun glue, sama pernak-pernik yang dia butuhin. Tokonya memang nggak terlalu gede sih, tapi oke banget interiornya.
Lagi asyik milih kain flanel, Resya nggak sengaja nangkep sosok yang teramat nggak asing. Alvin!
'Ngapain tuh anak nyasar ke sini?' Resya sindrom kalau ketemu Alvin. Nervous, jantung rasanya mau copot, dan panik. Buru-buru deh dia ngumpet. Tetep aja Resya Kepo sama apa yang di beli Alvin.
'Alvin beli jepit rambut? Perasaan adiknya cowok semua. Masa dia yang mau make?' Resya penasaran.

Resya mau bikin gantungan kunci huruf 'N'. Unyu banget desainnya. Resya emang telaten banget bikin benda-benda unik. Dia lumayan kreatif sama yang begituan. Mulai deh dia ngerjain. Mungkin karena dia nggak hati-hati, sempet juga ke tusuk jarum.
'Auuwww…' buru-buru Resya ambil antiseptik dan memplester lukanya.
Nggak butuh waktu lama, gantungan kunci itu jadi juga.

'Sya, sudah tahu belum?' tanya Jessica sambil senyam senyum
'Apaan, Jes?'
'Malem sabtu besok sekolah ngadain prom night lho'
'Hah? Masa? Hari Sabtu-nya 'kan ultah Alvin..'
'Alvin mulu pikiran kamu. Udah tahu dress code-nya apa?'
'Boro-boro tahu dress code-nya. Tahu prom night-nya aja barusan.'
'Payah deeh.. Dress code-nya kaya party biasa kok. Yang penting sesuai temanya, simple but elegant.'
'Ntar pinjem Mbak Risna aja deh. Dia 'kan suka ngoleksi dres-dres kayak gitu.'
'Oh ya, si Alvin mau kamu kasih kado apa?'
'Ada deh..' giliran Resya yang senyam senyum.
'Pelit aaahh..'
'Biarin… wweeekk' Resya menjulurkan lidahnya. Dia nggak merhatiin jalan, terus nabrak seseorang.
'Bruukk…'
'Sori.. aku nggak sengaja…' Resya bangun sambil nunduk.
'Nggak apa-apa.' Resya nggak asing sama suara itu. Pas dia nengok..
'Alvin! Glek!' Batin Resya. Buru-buru dia kabur dari hadapan Alvin. Jessica ngejar Resya yang keliatannya Resya kayak barusan lihat hantu. Pucet banget wajahnya sih.
'Sya, tunggu! Gila kamu! Larinya jangan cepet-cepet donk.' Jessica ngos-ngosan. Resya berhenti juga.
'Sori, Jes.. Rasanya mau pingsan tahu! Nggak nyangka bakal tabrakan sama Alvin..'
'Lebay kamu ah. Gitu aja sampai ngacir. Alvin nahan tawa lihat tingkah kamu tadi.'
'Aku nahan malu, Jes. Dua detik sebelum tabrakan kita 'kan lagi ngobrolin kado yang mau aku kasih ke dia.'
'Takut ketahuan Alvin, ya?' Resya mengangguk pelan.

SMA Jaya Paripurna memang rutin ngadain prom night setiap tahunnya. Acara yang dihadiri seluruh siswa SMA Jaya Paripurna selalu dinanti. Kreativitas OSIS dan MPK yang ngebikin tu acara meriah dan nggak ngebosenin. Selain ada party bebas terbatas, prom night juga jadi ajang pamer pacar dan gebetan dari satu sekolah.

Berhubung Resya jomblo, dia ngelamun di teras depan aula, tempat diadainnya prom night. Jessica yang lagi deket sama Liem, mojok aja dari tadi di dalem. Resya maklum aja deh. Malem ini bakal jadi malem spesial. Resya mau uji nyali beraniin diri ngasih kado ke Alvin. Ajaib nggak tuh! Dasar Alvin emang jagoan molor, dia baru aja dateng setelah 30 menit dimulainya acara.
'Tunggu bentar. Alvin nggak dateng sendiri' gumam Resya. Alvin dateng sama adek kelas. Adek kelas itu pake jepit rambut yang di beli Alvin tempo hari. Tiba-tiba hati Resya rasanya sakit banget. Meskipun kayak gitu, dia nggak mengurungkan niatnya buat ngasih kado ke Alvin.

Resya masuk ke Aula mengikuti Alvin dan adek kelas itu.
'Enng.. Al..Alvin..' panggil Resya. Alvin menoleh. Resya mendekat.
'Ya? Ada apa?' tanya Alvin.
'Eng… dia siapa?' pertanyaan itu meluncur gitu aja dari mulut Resya.
'Kenalin, aku Marissa. Ceweknya Kak Alvin.' Marissa ngulurin tangan. Kado yang Resya pegang jatuh. Dia menyambut uluran tangan Marissa.
'Mmm.. Aku Resya.' Resya senyum. Dia balik kanan terus lari, ninggalin kado yang belum sempet dia kasih ke Alvin. Semua orang kaget ngeliat Resya yang lari secepat kilat. Alvin mungut kado dari Resya. Dibukanya kado itu, yang ternyata isinya gantungan kunci huruf 'N'.
'Sa, aku mau keluar bentar. Kamu gabung sama temen-temen kamu dulu ya.' Marissa mengangguk. Alvin lari keluar aula.
Alvin menyusuri koridor-koridor sekolah. Akhirnya dia nemuin seseorang yang dia cari. Resya lagi duduk sambil nunduk di depan ruang seni yang jaraknya cukup jauh dari aula.
'Hei..' sapa Alvin. Resya kaget. Dia noleh. Matanya sembab. Alvin duduk di sebelah Resya.
'Makasih buat huru 'N'-nya. Bagus banget.' Alvin senyum. Batin Resya makin teriris-iris.
'Kenapa kamu selalu menghindari aku sih, Sya?' tanya Alvin. Air mata Resya makin deras.
'Ka.. kamu.. pasti udah tahu jawab.. nya..' Resya terbata sambil sesenggukkan.
'Kamu ada perasaan khusus ke aku?' Alvin natap lekat Resya. Resya nunduk lagi.
'Meskipun ada, kamu juga nggak akan nerima, Al.' Resya langsung diem. Air matanya membanjiri pipi.
'Resya.. Resya.. Aku seneng kok, kamu menyimpan perasaan itu ke aku. Aku nggak pernah marah, nggak benci, nggak ilfil sama kamu.'
'Makasih ya, makasih buat rasa itu. Mungkin kita belum bisa bersama. Kamu tahu lah maksudku. Aku harap kamu bisa bangkit, Sya. Jangan terlalu dalem mikirin semua ini. Ada yang lebih penting dari aku. Sekolah kamu, orang tua kamu, sahabat kamu…'
Alvin jongkok di depan Resya. Dia mengangkat dagu Resya.
'Sya, cinta sejati itu bukan apa yang mati-matian kamu kejar. Cinta sejati adalah penantian panjang dalam sebuah usaha mati-matian dari penjagaan hati kamu untuk orang yang tepat.'
'Sini…' Alvin memeluk Resya yang tangisnya makin menjadi.

Pagi harinya Resya nggak masuk sekolah. Kepalanya berat. seharian juga dia ngurung di kamar. Di tempat tidur, bertebaran tisu-tisu yang kucel. Resya masih nangis. Ayah, Bunda, Mbak Risna, dan Mbok Darmi sampe kelimpungan, bingung mesti gimanain Resya. Resya memang rada tertutup dalam urusan percintaannya sama keluarga.
'Drrrt…drrt…drrt…drrrt…' HP Resya bergetar untuk keseribu kalinya. Ada 99 Missed Call dari Jessica, 20 Missed call dari nomor baru. Resya melihat layarnya berkedip-kedip. Nomor baru yang sama masih mencoba mengubungi Resya. Akhirnya Resya ngangkat juga meskipun males-malesan.
'Halo…' suara Resya terdengar parau.
'Aku udah ada di depan kamar kamu.' terdengar suara seorang cowok.
'Ini siapa?' Resya ngrasa pusing. Orang gila mana yang mau ngisengin dia pas dia lagi down gini.
'Alvin' Resya langsung nutup teleponnya. Dia lihat ke cermin. Kedua matanya bengkak dan sipit. Rambutnya acak-acakan. Dia masih make baju tidur. Resya menyisir rambutnya. Dia ke kamar mandi dan cuci muka. Resya bukain pintu dan melihat sesosok Alvin masih pake baju sekolah.
'Mau ngapain ke sini?' tanya Resya datar.
'Aku butuh ngomong sama kamu, Sya.'
'Oke. Masuk.' Resya dan Alvin masuk kamar. Pintu kamar Resya dibiarkan terbuka.
'Kamu marah sama aku, Sya?'
'Nggak.' Resya membelakangi Alvin
'Terus? Aku mau kamu jujur. Cerita aja semuanya. Aku nggak tega ngebiarin kamu kayak gini, Sya.'
'Apa peduli kamu, Al? Urusin aja Marissa. Aku nggak apa-apa kok.' Alvin meraih tangan Resya. Air mata Resya jatuh lagi.
'Aku tahu, Sya. Aku tahu kamu kecewa. Aku nggak punya pilihan, Sya. Tolong kamu pahamin posisi aku.'
'Al, ..' Resya menghadap Alvin
'Aku udah dua tahun jatuh cinta sama kamu. Aku nggak pernah bilang ke kamu selama itu. Aku sadar diri, Al. Aku nggak pantes buat kamu. Aku cuma cewek biasa yang terlalu berlebihan memandang cinta.' Resya melepas tangan Alvin.
'Makasih, Sya. Makasih buat rasa cinta kamu ke aku. Tolong kamu jangan kayak gini terus. Aku semakin tersiksa dan merasa bersalah kalau kamu begini terus.'
'Sakit, Al. Aku lebih tersiksa. Kamu enak, masih ada Marissa yang bisa perhatiin kamu. kalau aku? Aku sendirian. Aku menopang luka ini sendirian. Butuh waktu lama nyembuhinnya.'
'Maaf, Sya. Aku memang egois. Aku sayang sama kamu! Tapi aku belum bisa kalau kita harus bersama! Aku bosen nungguin kamu. Aku jenuh nunggu kamu! Aargghh!' Resya terhenyak.
'Jadi? Selama ini?'
'Iya! Selama ini aku nunggu pernyataan dari kamu. Tapi kamu selalu menghindari aku. Akhirnya aku lebih milih nerima Marissa sebagai pacarku walaupun sebenarnya aku juga sakit, Sya, sama kayak kamu.' Resya lagi-lagi berlinangan air mata.
'Aku mau kamu tetep sama Marissa. Lupain semua ini. Anggep aja nggak pernah terjadi. Aku juga nggak akan muncul lagi di hadapan kamu, Al.'

Waktu mengikis kebekuanku..
Aku terdiam, masih menahan luka
Dentum kuasa-Nya begitu nyata
Bila jua masih terpercaya
Apa yang ku mau
Walau akan tertunda
Masih ada jalan
'tuk kembali…

Cuma orang gila yang nggak patah hati kalau orang yang dicintai ternyata dimiliki orang lain. Resya masih asik ngutak-atik smartphone. Pekerjaannya sebagai jurnalis situs warta online membuat dia di tuntut untuk selalu stand by dengan internet. Suasana dingin kota London nggak menyurutkan niat Resya menyusuri jalan Ibu kota Inggris ini.
Dia berhenti di sebuah toko dan mengamati isi toko itu. Tiba-tiba dia di peluk seseorang.
'Aku nggak akan pernah ngebiarin kamu pergi dan hilang lagi.' Resya kaget. Alvin yang barusan ngomong.

Cerpen Karangan: Meika Dhaning P
Facebook: meika.dhepe

No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...