Cerpen Menunggu - Ku Temani Masa Tua Mu (Part 2)


     Hari ini artha dan risa berjanji, apapun yang terjadi mereka akan tetap saling mencintai. Untuk kesekian kalinya artha mengajak risa bertemu keluarganya untuk meminta restu atas hubungan mereka. Kali ini ia berharap semua akan membuahkan hasil baik bagi hubungan artha dan risa. Dengan langkah ragu artha dan risa memberanikan diri untuk menemui dan meminta ijin ke keluarga artha kembali.

     Pelan-pelan artha membuka pintu kamar inap mamanya. Disana terlihat ana yang sedang menyuapi mamanya. Melihat artha datang dengan risa, ana langsung membanting piring makanan yang dipegangnya dan langsung memaki-maki risa.
"Ngapain kamu datang kesini lagi? Kamu lihat mamaku, dia bisa tambah sakit kalau lihat kamu ada disini..!!"
Risa hanya diam saja memandang ana dengan tatapan tajam.
"Dasar cewek nggak tau malu kamu..!! sudah diusir berkali-kali masih saja berani datang..!!"
"Udahlah, sampai kapanpun kamu nggak akan pernah mendapatkan restu untuk berhubungan dengan kak artha..!!" ana semakin marah melihat reaksi risa yang seolah ingin melawannya.
"Kenapa sih kamu ngejar-ngejar kak artha? Di luar sana masih banyak cowok..!! oh.. apa kamu Ini nggak laku ya..?"
Akhirnya kesabaran risa pun habis. Matanya masih memandang ana dengan tatapan tajam.
"Ana..!!! kamu ini cewek. Sama kayak aku. Sekarang kamu rasakan gimana kalau kamu jadi aku..!!" risa mulai membentak ana.
"Gimana perasaanmu, kalo kamu dimaki-maki di depan orangtua cowok yang kamu cintai?! Gimana perasaanmu kalau kamu dipermalukan kayak aku?"
"Kenapa kamu diam saja? Jawab ana?!!"
Terjadilah perang mulut antara ana dan risa disitu. Artha dan papa artha berusaha melerai mereka bedua. Risa manangis hebat di pelukan artha. Mama artha hanya diam saja. Dengan terisak-isak risa berusaha bicara dan memohon pada mama artha.
"Tante.. saya tidak pernah main-main dengan artha, saya tulus. 6 tahun bukan waktu yang sebentar tante. Selama 6 tahun saya hanya bisa sabar, nunggu samapi tante ngerestuin hubunganku dengan artha. Aku berusaha memaafkan dan melupakan semua yang tante dan ana buat sama aku" nafas risa semakin sesak. Ia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan artha. Melihat risa yang menangis mama artha merasa takut dan menyuruh artha mengantarkan risa pulang.
"Artha, antarkan dia pulang. Biar dia tenang dulu. Kasian dia nagis sampai sesak seperti itu." mama artha merasa kasihan meliahat risa.
"Tante, aku masih mau ngomong sama tante. Tolong tante janagan usir aku tante.."
"Kamu tenangin diri kamu dulu, baru kita bisa ngomong berdua." kata mama artha.

     Akhirnya artha pun mengantrakan risa pulang. Di sepanjang perjalanan risa hanya menangis dan memeluk erat artha. ia begitu takut kehilangan artha. Setelah kejadian di rumah sakit itu risa sudah jarang berhubungan dengan artha. Nomer hp artha jarang aktif. Artha juga jarang memberi kabar pada risa. Risa sedih, galau. Seharian tidak pernah keluar kamar, makan pun dia jarang. Sampai suatu hari mama artha menelfonnya. Beliau minta bertemu risa di taman. Risa hampir menolak ajakan mama artha, namun setelah dipikirnya lagi, ini kesempatan untuk meyakinkan mama artha.
"Tante.." sapa risa saat mama artha duduk di kursi taman.
Mama artha hanya membalas sapaan risa denagn senyum. Senyuman yang selama ini tidak pernah didapat risa dari mama artha. Risa merasa senang mama artha ternyata mau tersenyum padanya.
"Maaf tante menunggu lama ya?"
"Enggak kok, tante baru sampai."
"Risa kamu tau kenapa tante minta ketemu sama kamu?" kata mama artha lagi.
Tiba-tiba saja hati risa berdegub kencang. Perasaannya mulai tidak enak. Dia hanya menggelengkan kepala ketika mama artha menanyainya.
"Risa, kamu sayang sama artha?" Tanya mama artha.
"Saya sayang tante."
"Kamu juga sayang sama tante? Mama satu-satunya artha?" tanyanya lagi.
"Iya tante.." jawabnya dengan ragu-ragu.
"Kalau kamu sayang sama artha dan juga tante, tolong ikhlaskan artha nikah sama sofi."
Risa kaget mendengar ucapan mama artha, hatinya seperti dipukul batu besar, hatinya perih seperti diiris-iris. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Hanya air matanya yang dapat menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini.
"Risa, kamu mau kan merelakan artha untuk sofi? Kamu mau kan bahagiakan tante? Tante tau kamu itu cewek baik-baik, masih banyak laki-laki di luar sana yang mampu Membahagiakanmu lebih dari artha." kata mama artha sambil menggenggam tangan Risa.
Risa tidak bisa sama sekali untuk berbicara. Risa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya.
"Risa, tolong kabulkan permintaan tante kali ini Risa. Tolong sayang.." kata mama artha lagi sambil berlutut memohon pada Risa.

     Risa benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Risa hanya bisa pasrah, dan harus menerima semua ini. Dibangunkannya mama artha yang sedang berlutut di hadapannya.
"Tante jangan seperti ini.. iyaa.. risa akan ikhlaskan artha untuk sofi." isak tangisnya terdengar semakin keras.
"Tapi tante harus tau. Risa sayang sama artha. Hati risa sakit tante. Tante pasti bisa Merasakannya karena tante juga seorang wanita..!!"
"Ini memang pilihan berat untuk risa tante. Dan tante juga harus tau, walaupun risa mengikhlaskan artha menikah dengan sofi, itu bukan berarti risa nggak sayang sama artha. Risa akan tetap sayang sampai kapanpun. Sampai risa mati..!!!" katanya lagi.
Mama artha pun memeluk risa dengan erat. Risa menangis sejadi-jadinya dalam pelukan mama artha.
"Terima kasih risa. Kamu memang wanita baik. Kamu pasti mendapat pengganti artha, yang Jauh lebih baik dari artha. Terima kasih sayang.."

     Hembusan angin semilir menerbangkan dedaunan yang mulai mengering dari tangkainya. Risa berdiri di depan masjid yang dihiasi janur kuning. Ketika semuanya berbahagia, namun risa tidak. Matanya masih terlihat sembab, wajahnya pucat. Langkahnya terlihat gontai menyusuri tangga menuju tempat dimana akan dilangsungkan pernikahan orang yang dicintainya, tapi bukan dengan dirinya. Air matanya terus berjatuhan mengiringi langkahnya. Ia duduk paling belakang, berharap artha tidak mengetahuinya. Ia tidak ingin merusak momen bahagia ini.
"Artha, aku datang sayang, aku datang untuk menyaksikan kamu mengucapkan ijab Kabul untuk Dia.." kata risa dalam hati
"Artha, kamu terlihat tampan memakai baju putih yang seharusnya kamu kenakan denganku.. Artha, aku disini, kenapa kamu justru kesana?" seru hati risa saat melihat artha berjalan menuju tempat ijab Kabul.
"Artha, mulai hari ini kamu sudah bukan milikku lagi. Kamu milik dia sekarang. Dia yang akan Menemani saat kamu senang, saat kamu sedih. Bukan aku.. dia yang akan merawatmu saat Kamu sakit. Dia yang akan memelukmu saat kamu lemah. Dia yang akan kamu kasih bunga, Coklat, boneka.. bukan aku.. artha.." air matanya tidak bisa berhenti menetes.
Saat semua berkata "SAH" risa langsung berdiri dan berlari keluar. Ia tidak sanggup melihat semuanya. Ia tidak tau apakah dia masih bisa bertahan melanjutkan hidupnya. Kini baginya hidupnya sudah tidak mempunyai arti apa-apa. Semua yang diimpi-impikannya selama bertahun-tahun hanya tinggal mimpi yang tidak tau entah sampai kapan akan menjadi kenyataan. Mulai saat itu dalam hatinya berjanji akan tetap setia menunggu artha, keyakinannya yang sangat besar bahwa suatu saat nanti mereka akan bersama.

     35 tahun sudah berlalu. Namun kejadian 35 tahun silam masih teringat jelas dalam pikiran risa. Kini usianya menginjak 60 tahun, ia masih sendiri, ia masih menunggu, dan berharap keyakinannya selama ini benar-benar terjadi. Suatu hari saat ia pergi ke rumah sakit untuk cek up kesehatannya, ia seperti melihat seseorang yang pernah ia kenal. Seseorang yang selama ini dicintainya, seseorang yang membuat dia menjadi perawan tua. Matanya berkaca-kaca, ia ingin menyapanya namun hatinya masih teras sakit. Ia berusaha menghindar walaupun dalam hatinya berharap untuk dipertemukan. Karena Tuhan Maha Mengetahui apa yang diharapkan hambaNya, maka dipertemukanlah saat itu juga di depan loket saat risa sedang membayar baya administrasi rumah sakit.
"Risa.." suara itu masih seperti dulu, lembut, penuh kasih sayang.
Hatinya berdegub kencang. Air matanya hendak jatuh tapi dia berusaha menahannya.
"Kamu lupa sama aku?" kata artha lagi.
Risa menatap artha dengan tatapan punuh rindu. Kini air matanya tidak dapat tertahan algi, tiba-tiba saja jatuh deras sekali.
"Ya Tuhan.. Engkau telah mempertemukan ku dengan seseorang yang aku cintai.. tapi kini Semua berbeda, sudah tidak seperti dulu lagi.." kata risa dalam hati.
Ia semakinn sesak dalam tangisnya.

     Artha berusaha menenagkan risa dan mengajak risa duduk di ruang tunggu depan loket administrasi.
"Kamu ngapain disini? kamu sakit? Sakit apa?" pertanyaannya yang bertubi-tubi masih memperlihatkan kepeduliannya pada mantan pacarnya itu.
Risa berusaha menenangkan diri dan menghapus air matanya.
"Sofi dimana?"
"Kamu nggak jawab pertanyaanku" kata artha sambil memegang tangan risa.
"aku nggak sakit artha.."
"KOk kamu disini?" Tanya rtha lagi.
"Kamu juga disini kenapa?"
"Aku nganter sofi berobat. Dia sakit ris.." jawab artha.
"Dia dimana? Aku takut dia cemburu lihat kita." kata risa berusahah menjaga jarak dengan artha.
"Dia di mobil, dia nggak bakal tau."

     Pertemuan mereka dipergunakan untuk bercerita, menceritakan semua yang dirasakan artha saat menjalani hidup dengan sofi. Sampai saat ini juga artha dan sofi belum dikaruniai anak juga. Mereka hanya hidup berdua tanpa seorang kuturunan. Dan saat ini sofi sakit stroke. Mendengar cerita artha, risa menjadi iba.
"Seandainya kamu memilih untuk mempertahankan aku. Kamu pasti akan hidup bahagia. Kita akan hidup bahagia.." kata risa berandai-andai
"Risa.." artha menyadarkan risa dari lamunannya,
"Kamu sendirian? Suami kamu mana?" artha celingukan melihat kanan kiri.
Risa hanya diam, menatap artha begitu dalam. Matanya pun kembali berkaca-kaca.
"Orang yang selalu aku cintai sudah milik orang lain. Dan nggak ada lagi yang aku cintai selain dia.." suaranya berat menahan tangis.
Artha menundukkan kepalanya, ia terlihat menyesal dan merasa bersalah.
"35 tahun, aku menunggu kebahagiaan yang selama ini aku yakin akan terwujud." katanya lagi.
"Risa maafkan aku.. kalaupun waktu bisa ku putar kembali. Aku memilih untuk Mempertahankan kamu.." artha mengusap air mata dipipi risa yang sudah tidak semulus dulu.
"sofi jauh berbeda dari kamu.. aku nggak bahagia selama ini.." katanya lagi.
"Sudahlah artha, kamu jangan menyesali apa yang sudah kamu pilih. Kamu yakin, kita nanti Pasti Akan merasakan kebahagiaan yang selama ini kita tunggu-tunggu." kata risa berusaha meyakinkan artha kalau mereka berdua nanti pasti akan bersatu.

----

"Saya terima nikahnya Risa Ardila binti Imron dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
Ijab Kabul itu telah diucapkan artha untuk kedua kalinya. Kali ini ia mengucapkannya untuk orang yang benar-benar ia cintai. Suasana haru menyelimuti acara pernikahan risa dan artha. Keyakinan mereka berdua untuk bisa bersama benar-benar terwujud. Setelah sofi meninggal karena sakit stroke, artha memutuskan untuk menikah lagi denagn risa. Betapa bahagianyu risa saat ini. Penantiannya selama berpuluh-puluh tahun akhirnya terwujud juga.

     Mereka berdua hidup bahagia, melewati masa-masa tua mereka dengan bahagia, walaupun tanpa seorang anak, mereka tetap bersyukur karena doa mereka untuk bersatu dikabulkan oleh Tuhan.

     Tak terasa usia pernikahan mereka sudah 5 tahun. Hari ini adalah hari pernikahan mereka, seperti biasa mereka selalu merayakannya walaupun hanya berdua. Kue tart kecil dengan di atasnya sebuah lilin bertuliskan angka 5 tahun sudah terpajang di meja makan. Pagi-pagi sekali sebelum risa bangun artha sudah menyiapkannya, ia membangunkan istrinya dan mengajaknya menuju meja makan.
"Happy Anniversary 5 tahun sayang.." kata artha sambil memeluk risa dengan mesra.
Risa menangis terharu melihat begitu romantisnya artha, ia pun membalasnya dnegan ciuman mesra.
"Kamu bahagia selama 5 tahun ini sayang?" Tanya artha pada risa.
"Kebahagiaanku sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata.." jawabnya dengan tersenyum manis.
"walaupun aku tidak memberimu anak?"
"Selama ini aku tidak meminta apa-apa sama Tuhan kecuali untuk memiliki kamu." jawab risa lagi.
Dipeluknya dengan erat wanita yang selama ini sudah begitu sabar menantinya. Tiba-tiba saja pelukan artha terlepas, dadanya terasa sesak, seperti tidak ada oksigen di sekitarnya. Artha batuk hebat dan samapi mengeluarkan darah. Melihat keadaan suaminya risa panik dan takut, langsung saja ia membawa artha ke rumah sakit.

     Risa mondar-mandir di depan UGD, perasaannya cemas, ia tidak mau terjadi apa-apa pada artha. Dokter pun keluar dan mengajak risa menuju ruangannya untuk memberi penjelasan tentang penyakit artha.
"Suami saya sakit apa dokter?" Tanya risa cemas.
"Selama ini pak artha tidak pernah batuk-batuk bu?"
"Selama ini saya nggak pernah lihat suami saya batuk-batuk kok dok.."
"Wah.. ini sudah parah sepertinya bu. Flek di paru-parunya sudah sangat melebar." kata dokter sambil memandangi hasil rongten artha.
Risa sangat kaget mendengar penjelasan dokter. Ia tidak menyangka selama ini artha sakit parah. Setelah mendengar penjelasan dari dokter, risa langsung menghampiri artha yang masih di UGD. Rasanya ia ingin memarahi artha karena dianggap telah membohonginya. Ditatapnya artha dengan tatapan tajam.
"Sejak kapan kamu bohong sama aku?"
"Sejak kapan juga kamu marah sama aku?" balas artha dan berusaha bangun untuk duduk.
"Sejak kamu bohong tentang penyakit kamu..!!"
Artha hanya diam saja.
"Artha, kenapa kamu nggak pernah cerita tentang penyakitmu?!!" Tanya risa kesal.
"Aku nggak mau bikin kamu sedih. Aku sudah sangat menyesal membuatmu sedih selama bertahun-tahun.. "
"Artha, kita ini satu. Jadi apa yang kamu rasakan, aku juga harus merasakan. Biar kamu tidak Menanggungnya sendirian..!!" butiran air mata keluar dari sudut matanya yang mulai keriput itu.
Diraihnya tubuh istri kesayangan artha dan didekapnnya dengan erat. Terasa dekat jantung artha yang berdegub kencang.

     Sepulang dari rumah sakit keadaan artha malah tidak membaik. Tapi ia tidak mau dirawat di rumah sakit. Badannya berubah menjadi kurus, kering tidak sperti dulu. Dipandanginya suaminya saat dia tidur, risa merasa sedih, air matanya kembali menetes.

     Sudah 5 bulan ini artha tidak bisa pergi keman-mana, ia hanya tiduran, mandi pun risa yang memandikan. Berbagai macam pengobatan telah dilakukan. Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Sampai suatu malam artha tidak bisa tidur, dia terus saja batuk-batuk dan mengeluarkan darah. Risa memintanya agar mau dibawa ke rumah sakit, namun artha tetap kukuh menolaknya. Nafasnya semakin sesak. Tak tahan melihat suaminya kesakitan, risa pun memanggilkan dokter.
"Dok, gimama suami saya? Perlu opname kah?"
"Sebetulnya perlu bu, tapi ini sudah saya kasih obat untuk meredam batuknya, dan saya suntik Penenang, supaya bisa tidur." jelas dokter pada risa.

     Risa terbangun dari tidurnya, tepat di sepertiga malam. Ia pergi ke kamar mandi, dan mengambil air wudhu. Ia menghadap pada Tuhan Yang Maha Kuasa, memohon dan meminta kesembuhan untuk suaminya.
"Tuhan, ijinkanlah aku untuk lebih lama melihat suamiku, merawat dia, membahagiakan dia.."
"Tuhan, jangan pisahkan kami sekarang. Masih terlalu sebentar aku merasakan hidup bahagia Dengannya.." isak tangisnya semakin keras.
"Tuhan.. kalupun Engkau ingin mengambil suamiku, ambillah aku juga. Karena aku masih ingin Bersama dia, memeluk dia, dan menguatkan dia."
Tiba-tiba terdengar suara artha memanggil risa.
"Risa sayang.."
Risa kaget dan membalikkan badannya, ia berdiri dan berjalan menuju samping artha.
"Sayang nggak tidur?" Tanya artha dengan suara lirih dan nafas terengah-engah.
"Aku lagi berdoa sama Tuhan, untuk kesembuhan kamu sayang.." jawab risa sambil membelai rambut artha.
"Sebentar lagi Tuhan menjawab doamu sayang.. "
"Maksud kamu apa artha?" Tanya risa bingung.
Artha hanya tersenyum manis, senyuman paling manis dari senyuman-senyuman biasanya. Perlahan-lahan ia menutup matanya dan perlahan-lahan genggamannya tidak seerat tadi. Ia tertidur, tertidur lelap dalam belaian risa, tertidur dan meninggalkan sejuta kenangan indah untuk risa. Wajahnya terlihat bercahaya, bahagia dan damai. Dipeluknya tubuh suaminya yang sudah mulai dingin itu, diciumnya wajah yang sudah mulai memucat itu.

----

     Risa duduk di samping batu nisan bertuliskan nama seorang yang sangat dicintainya, matanya menatap dalam batunisan tersebut. Satu persatu kenangannya terputar layaknya film yang diputar pada CD Player. Air matanya sudah tidak dapat lagi menetes. Ia menatap ke langit, seperti ada bayangan artha yang tersenyum padanya.
"Seumur hidupku hanya untuk menunggumu, dan sekarang aku harus menunggu sampai kapan lagi? Sampai aku mati? Dan sampai kita dipertemukan di surga nanti?"

     Air matanya kembali menetes, di hari pernikahannya yang ke 10 tahun ini risa membawa seikat bunga mawar merah ke makan suaminya, ia duduk dan menaruh bunga itu di dekat batu nisan artha. Ia menciumi batu nisan suaminya yang sudah 5 tahun meninggalkannya. Dia begitu kuat dan sabar mengikuti alur cerita hidupnya yang hanya untuk menunggu, walaupun lelah itu terlihat jelas di matanya.

     Ia berdiri dan meninggalkan rumah abadi suaminya dengan langkah yang sudah tidak secepat dulu, tubuhnya juga sudah tidak setegap dulu. Dalam hatinya masih tetap berharap dan menunggu sampai saatnya Tuhan menyatukannya lagi di surga nanti.

THE END

Penulis: Risty Cahya Yuantika


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...