Skip to main content

Teke Teke (Hantu Penghuni Stasiun Kereta Api) (Part 1)


Tahun 1980.
Angin bertiup kencang merindangkan pepohonan dan menyapu dedaunan-dedaunan kering yang sudah terkapar di atas tanah. Suara suara burung hantu terdengar saling bersahutan. Malam begitu mencekam. Seorang laki-laki paruh baya mempercepat langkahnya ketika mendengar suara samar jeritan perempuan yang sedang kesakitan di dalam rumah tua yang ia lewati.


“Aaaaa hentikan!! Kumohoon!!”
PLAK!


“Kau pendusta, Mariko! Kau mengkhianatiku!”
“Aku berani bersumpah, aku tidak selingkuuuh!!”


DAK!
“Tidaaaakkk!”
Tangisan dan jeritan itu terdengar semakin histeris setiap tangan dingin itu mendarat di wajahnya. Memar-memar di sekitar wajah dan darah yang keluar dari hidung dan telinga gadis berseragam sekolah itu. Gadis itu mencoba bangkit namun laki-laki yang juga berseragam sekolah itu terus mendorongnya hingga kepalanya beberapa kali membentur tembok rumah tua yang sudah pecah-pecah itu.


Keduanya terdiam. Gadis itu masih menangis tersedu-sedu. Sedangkan laki-laki itu mengepalkan kedua tangan kuat-kuat seolah menyiapkan energi baru untuk menyiksa Mariko lagi. Dan dengan kesakitan yang begitu parah, Mariko melarikan diri.


“Hei mau kemana kau?!” teriak laki-laki itu dan langsung mengejar Mariko.


Mariko sambil menjerit-jerit mencoba berlari dengan langkah tertatih-tatih. Mariko berlari ke jalan perkotaan.


“Toloong!!” pekik Mariko. Laki-laki itu nampak kaget takut dirinya ditangkap polisi dan akhirnya hanya melihat Mariko dari kejauhan.


Mariko yang berlari ke stasiun kereta bermaksud meminta tolong kepada orang-orang di sana namun tak kuat dan ia terjatuh tengkurap di atas rel kereta.


“Heeiii awas, dik!” teriak seseorang tertuju pada Mariko. Namun telinganya menangkap samar.


Tak lama terdengan suara kereta yang khas. Mariko masih terjaga di sana. Orang-orang mulai ricuh meneriaki Mariko.


“Hei awasss!”
“Keretanya sudah dekat!”
“Awaaaas!!”


Suasana tegang. Kekasih Mariko tak bergerak dengan mulut membentuk huruf O.


KREKKKK!!


Kereta menabrak tubuh Mariko dan menghancurkan tulang-tulang punggungnya yang terdengar seperti kerupuk yang terinjak. Darah segar pun memuncrati sebagian gerbong kereta. Tubuhnya terbagi dua. Pemandangan yang sangat mengerikan dan baru pertamakalinya di tempat itu. Semua orang menjerit ketakutan. Kekasih Mariko pun berlari.


Tahun 2014
Gadis berseragam sekolah itu nampak duduk-duduk santai sambil membaca buku menunggu kereta datang. Rupanya ia baru di kota Tokyo.


“Ohayou Gozimasu…” suara mungil yang manis terdengar menyapa dengan ceria.
“Ohayou…” balas gadis itu ramah dengan suara yang lebih dewasa.
“Kau baru ya di sini?” tanyanya sembari duduk di samping gadis baru itu.
“Iya aku dari Okinawa, namaku Kojima,” jawabnya dengan senang hati.
“Halo aku Michi!” ucapnya sembari menjulurkan tangan. Kojima langsung menerima tangan Michi. Rupanya Kojima merasa sangat senang memiliki teman baru di tempat tinggal yang baru. Keduanya berpandangan sambil tersenyum.


“Menunggu kereta juga ya?” tanya Michi.
“Iyaa” Michi manggut manggut.


Tak lama, terdengar suara kereta yang memperlambat jalannya dan berhenti tepat di hadapan kedua gadis manis itu. Michi dan Kojima segera memasuki gerbong paling depan disusul dengan penumpang lainnya. Michi dan Kojima duduk bersebelahan.


Suasana hening.


“Eh. Kau baru pertama kali naik kereta ya?” tanya Michi menebak-nebak.
“Iya. Bagaimana kau tahu?” Kojima terheran-heran.
“Fufufu! Hanya menebak…”


Hening.


Kojima melihat lihat sekitarnya. Sedangkan Michi mengeluarkan ipod-nya dan mendengarkan mp3 dari earphone. Kojima melihat lurus ke depan melihat gerbong yang dilewati kereta yang ia tumpangi.


Deg!


Entah harus percaya pada penglihatannya atau tidak, namun matanya menemukan bayangan samar seorang gadis berseragam sekolah ngesot di rel yang masih jauh sambil memegang celurit yang penuh bercak darah. Namun dengan keadaan, tubuh terpisah. Jantung Kojima serasa berhenti berdetak. Matanya reflek dipejamkan. Dan ketika perlahan ia membuka mata, bayangan aneh itu sudah lenyap.


“Ohayou, minnaaa” sapa gadis rambut kuncir dua itu dengan ceria pada semua orang. Michi.
Semuanya menjawab dengan serentak, “Ohayou…”
“Michi, siapa teman barumu ini?” bisik seorang murid laki-laki yang terlihat sudah akrab dengan Michi.
“Kenalkan, ini Kojima…”
“Hai Kojima, aku Hiraru,” ucap laki-laki itu sembari menjulurkan tangan.


Kojima segera menerima tangan Hiraru, “Hai aku Kojima,” jawab Kojima manis.
“Hiraru, kami masuk dulu ya!”


Michi pun berlalu dengan Kojima. Hiraru diam-diam memperhatikan Kojima yang berjalan cepat memunggunginya.


Michi dan Kojima duduk santai sembari melihat anak laki-laki yang sedang main basket di lapangan.


“Kojima!”
“Apa?”
“Tadi kau kenapa di kereta?” nada Michi terdengar serius.


Deg. Kojima tak menjawab.
Michi menoleh ke arah Kojima, “Kau sudah tahu mitos Teke-Teke?”
“Teke Teke?” bisik Kojima mengeryitkan kening.
“Teke Teke itu hantu penunggu kereta api. Konon dia adalah seorang gadis sekolahan yang tertabrak kereta yang sedang melaju pada sekitar tahun 80-an. Dan tubuhnya terbagi menjadi dua.”


Deg.


“Dan mitosnya arwah penasaran gadis itu berjalan menyeret tubuhnya sambil membawa celurit. Dan ketika ia jalan berbuyi “tek ke tek ke” dan jika seseorang bertemu dengannya di malam hari dan tak sempat lari, maka Teke-Teke akan memotongnya dengan celurit itu menjadi dua bagian seperti dirinya.” lanjut Michi dengan nada dihoror-hororkan.


Seluruh tubuh Kojima terasa menyusut. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Kembali otaknya memutar kejadian di kereta tadi. Napasnya menjadi ngos-ngosan.


“Kau kenapa?” tanya Michi tertawa sekilas.
Kojima terlihat menelan ludah dan mengatur napas, “Tidak apa apa,” jawabnya singkat.
“Kau percaya mitos itu?” Michi menatap mata Kojima, “Haha aku sendiri tidak percaya. Ah sudahlah.. Aku tak pernah melihatnya. Jadi aku tak percaya.”


Kembali jantung Kojima berdetak cepat. Michi memicingkan mata, Kojima langsung membuang muka seolah menyembunyikan sesuatu.


Senja itu nampak begitu mendung. Awan yang hitam seolah berat menahan air hujan. Kojima dan Michi berjalan menuju stasiun kereta untuk pulang. Tiba tiba Kojima merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Kojima memperlambat langkahnya seolah tak mau cepat sampai di stasiun kereta.


“Michi, kita pulang naik taksi saja ya!” ajak Kojima tiba tiba.
“Eh? Kenapa? Bukannya rumah kita jauh? Naik kereta itu lebih cepat…”
Kojima terdiam.
“Ya sudah, kita naik kereta saja,” ucap Kojima berubah pikiran. Michi mengernyitkan kening.


Langkah Kojima yang semula pelan entah mengapa menjadi sangat cepat mendahului Michi. Michi mulai sadar bahwa ada sesuatu hal yang aneh dari teman barunya itu. Kojima merasa ada seseorang yang mengekorinya dari belakang.


“Hei, Hiraru!” seru Michi. Kojima spontan menoleh dengan cepat.


Terlihat Hiraru dengan wajah memerah ketahuan menguntit
.
“Fuihh!” Kojima merasa lega. Ternyata yang menguntitnya Hiraru. Hiraru menghampiri kedua gadis itu malu malu.
“Ahhh kau mengikuti kami ya?” goda Michi yang membuat pemuda bermata sayu itu semakin malu.
“T-t-tidak! Aku-aku…” Hiraru menjadi gugup dan salah tingkah melihat berada di hadapan Kojima.
“Aku hanya ingin pulang bersama kalian. Ng, Naik kereta,” jelasnya terbata bata.
“Wa, rupanya kita ada teman baru naik kereta!” seru Michi senang.


Senja semakin menua. Ketiga remaja itu nampak duduk-duduk di bangku menunggu kereta. Ketiganya terlihat gelisah. Yang dua merasa gelisah karena takut kehujanan dan yang satu lagi berpikiran lain. Justru ia sama sekali tak memikirkan hujan.


Michi melihat jam tangan nya. “Sudah jam setengah 6 dan kereta belum juga datang,” keluhnya.
“Iya bagaimana jika kita kemalaman?” sambung Hirari.


Deg.


Mendengar kata Malam, jantung Kojima kembali berdetak cepat. Ia tak sanggup melihat ke arah rel kereta dan ia hanya menunduk ke bawah dengan mata terpejam kuat. Tanpa ia sadari, Michi dan Hiraru menatapnya heran.


Senja kini berganti malam. Suara jangkrik dan burung hantu terdengar bersahutan. Namun kereta yang mereka tunggu tak kunjung datang.


“My God. Apa kita kita harus bermalam di sini?” pekik Michi semakin kehilangan kesabaran.


Tanpa disengaja, kening Kojima mengkerut melihat orang-orang berkerumun ramai-ramai di seberang jalan yang jauh di sana.


“Michi!” Kojima menyenggol-nyenggol lengan Michi dengan tatapan masih lurus ke kerumunan orang-orang itu.
“Apa?”
“Lihat! Orang-orang itu mengerumini apa?”
“Sepertinya ada yang kecelakaan,” ucap Hiraru memfokuskan pandangannya.
“Ayo kita ke sana!” ajak Michi yang langsung berdiri dari duduknya. Michi berlari menuju kerumunan itu, kemudian Kojima dan Hiraru mengikuti dari belakang.


“Permisi, Permisi,” Michi mencoba masuk ke dalam kerumunan tersebut.
“Aaaaaa!!” Kojima menjerit histeris menyaksikan pemandangan tersebut.


Dilihatnya seorang wanita tergeletak dengan keadaan mengenaskan. Bersimbah darah dengan tubuh terbagi dua. Sedangkan Michi dan Hiraru nampak tak terlalu kaget dan sudah biasa melihat hal itu. Kojima langsung berlari terbirit-birit. Michi dan Hiraru mengikutinya santai.


“Mengapa kalian tidak takut?” napas Kojima terputus-putus dengan keringat bercucuran. Keduanya terdiam.
“Jawaaab!” desak Kojima.
Tak lama kemudiam kereta pun datang dan berhenti tepat di depan mereka.


“Aku tidak mau naik kereta! Tempat ini gila!”
“Kojima… Lalu kau pulang sendiri?” tanya Michi sambil memegangi kedua lengan Kojima.
“Sekali ini saja. Besok kita naik taksi!” bujuk Michi. Hati Kojima pun perlahan luluh.


Di dalam kereta.
Sepanjang perjalanan, mata Kojima tak mampu terbuka. Dadanya berdegup semakin cepat. Namun Michi dan Hiraru nampak tenang tenang saja.


Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…


Suara apa itu?


To Be Continued


Cerpen Karangan: Dedeh Kurnia

Comments

Popular posts from this blog

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • A Cuban Affair by Nelson DeMille

    WOW! I can hardly believe it, I've been reading Nelson DeMille's books for almost 30 years. In all that time there's only been a few that flopped for me, I really liked all the rest. (Hey, I figure everyone is entitled to an oopsie every once in a while.) But A Cuban Affair is classic, smart-mouth... Readmore

  • Robo-Advisory Software Market Size, Status and Forecast 2019-2025

    In 2018, the global Robo-Advisory Software market size was xx million US$ and it is expected to reach xx million US$ by the end of 2025, with a CAGR of xx% during 2019–2025. Robo-advisory software automates the management of client portfolios for registered investment advisors (RIAs), f... Readmore

  • Cerpen A Road To The Endless Love

    Malam itu terasa sangat dingin menusuk hati, membalut jiwa-jiwa yang sedang perih hatinya. Meskipun musim dingin telah berakhir di Vancouver, namun malam ini terasa sangat dingin dari hari-hari biasanya. Terutama bagi Andrea, hatinya sedang terluka, membeku, dan membatu. Kejadian lima hari yang l... Readmore

  • Cerpen A Day in School

    That day, In a school in my city, Makassar, I’d just finished my teaching in a class, went out, then the following teacher (my college friend) came in that class and continued teaching the students. This was what we had to do in two months to fulfill one of the requirements of our study in Campus... Readmore

  • Advantages of a Manual Wheat Grinder

    Corn Grinder is one of the most essential equipment in today’s kitchens. Different corn grinders have different qualities. It is important to learn about the true reasons of buying the corn grinder. Regardless of in case you're a grain grinding veteran or in the event that you are investigating w... Readmore

  • Cosmetic Treatments For Anti-Ageing, Skin Rejuvenation & Body Contouring

    These days the popularity for non-invasive treatments has never been more in demand, and injectable facial procedures like botox and dermal fillers, and body contouring treatments like vaser lipo, have never been more popular or more accessible. Lots of people are seeking non-invasive facial rejuv... Readmore

  • MatchOffice

    Sök gratis efter lediga lokaler i Sverige Är ert företag ute efter en ny lokal? MatchOffice erbjuder ett kostnadsfritt, snabbt och enkelt sätt att hitta lediga lokaler i Sverige. Här kan du skaffa dig en snabb överblick av lediga företagslokaler inom kontor, industri, produktion och lager. ... Readmore

  • the paths of the Lord

    Morning Thy paths drop fatness. — Psalm 65:11 Many are “the paths of the Lord” which “drop fatness,” but an especial one is the path of prayer. No believer, who is much in the closet, will have need to cry, “My leanness, my leanness; woe unto me.” Starving souls live at a distance from the mercy- s... Readmore

  • Kunci Pengabdian Pengabar Injil

    ... karena nama-Nya mereka telah berangkat ... — 3 Yohanes 1:7 Kesetiaan dalam pengabdian kepada Yesus Kristus adalah karya adikodrati penebusan yang telah dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri saya, dan kasih itulah yang bekerja melalui saya dan menyentuh semua orang yang saya jumpai. Kunci pengabd... Readmore

  • Jejak-Mu mengeluarkan lemak

    [Mazmur 65:11] Banyak “jejak Tuhan” yang “mengeluarkan lemak,” tetapi satu yang istimewa adalah jejak doa. Tidak ada orang percaya, yang banyak berada dalam kamar doanya, yang akan menangis, “Kurus merana aku, kurus merana aku. Celakalah aku!” [Yesaya 24:16] Jiwa-jiwa yang lapar hidup di tempat yan... Readmore