WaktuMu Tidak Singkat

Ada Singkatnya Hari Yang Dapat Terlalui

Sebab Hari Terlalui Dengan Kelelapan Tidur Sepanjang Waktunya

Aku Merenungkannya Tiada Yang Terbuat Di Dalamnya Hanyalah Satu Yang Terbuat Di Dalamnya Tidur Sepanjang Hari

Tapi Itu Hanyalah Yang Aku Lihat Di Dalam Kenyataannya

Tapi Kini Aku Telah Mengetahuinya Di Kejauhan Apa Yang Aku Lihat Di Dalam Kenyataannya

Ada Dunia Di Dalam Tidurnya Yang Ia Kerjakan

Ada Sesuatu Yang Terbuat Di Dalam Tidurnya Sehingga Terlelap Sepanjang Hari Bekerja Di Dalam Tidurnya

Aku Salah Telah Memberikan Tanda Tiada Yang Di Kerjakan Selain Tidur Saja

Ternyata Kini Engkau Benar Bahwasanya Engkau Bekerja Di Dalam TidurMu

Mengerjakan Hal Yang Tidak Dapat Aku Lihat Dan Aku Dapat Kerjakan Engkau Mampu Mengerjakannya

Sebab Kini Telah Aku Ketahui Ada Seorang Yang Di Belakangmu

Seorang Yang Selalu Mengerjakan Segala Hal Sesuatunya Yang Tidak Dapat Aku Lihat

Kini Telah Engkau Pegang Di Tangan Kirimu Sebuah Segitiga Emas

Dan Kini Engkau Telah Di Berikan Pakaian Hitam Bertanda Di Dadanya Katok Emas

Dan Kini Engkau Terlihat Perkasa Seorang Raja Yang Banyak Di Sembah Sujud Oleh Manusia Raja Itu Engkau Telah Menghajarnya Hingga Ia Jatuh

Bahkan Kini Engkau Telah Mengenakan Senjatamu Di Tangan Kirimu Dengan Menunggangi Kuda Putih

Dan Seekor Anjing Paling Galak Duduk Di PundakMu Berwarna Coklat Susu Dan Putih Susu Berpegang Erat Pada Pundakmu

Tiada Lagi Aku Dapat Mengatakan Kamu Bahwa Engkau Tidak Bekerja,Sebab Aku Telah Melihat Engkau Telah Bekerja Di Dalam TidurMu Engkau Bekerja Di Tempat Yang Tidak Dapat Aku Melihat.

Ternyata WaktuMu Tidak Singkat Telah Aku Lihat Sebab Dua Waktu Ada Yang Terbuat Di Dalam TidurMu Dan Di Dalam KebangunanMu.

Iblis Menunggu Waktu Yang Tepat (2)

Baca: 2 Korintus 2:5-11

"supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya." (2 Korintus 2:11)

Banyak orang Kristen suka sekali meninggalkan jam-jam kebaktian dengan berbagai alasan. Itu tandanya mereka sudah tidak lagi mengutamakan perkara-perkara rohani, padahal semakin kita melangkah menjauh dari persekutuan dengan Tuhan semakin kita menjadi pusat perhatian dan incaran si Iblis. Rasul Paulus menasihati, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Begitu juga sekalipun kita tampak aktif pelayanan, namun jika kita sendiri tidak karib dengan Tuhan secara pribadi melalui saat teduh, kita tetap saja menjadi sasaran empuk Iblis. Itulah pentingnya berjaga-jaga dan selalu berdoa! "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).

Kapan lagi waktu tepat bagi Iblis? Saat kita menyimpan luka hati dan hidup dalam dosa. Ketika hati dipenuhi hal-hal negatif seperti kecewa, sakit hati, iri hati, dendam, kepahitan, sulit mengampuni, amarah, persungutan, maka itu saat tepat bagi Iblis melepaskan anak panahnya. "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Maka "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Bila kita tidak segera melakukan pemberesan di hadapan Tuhan hal itu akan menjadi penghalang doa-doa kita: "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18).

Iblis musuh utama kita, jangan sekali-kali memberi celah kepadanya sebab ia selalu punya strategi-strategi khusus dalam hidup manusia. Masalah dan tantangan boleh saja terjadi, tapi kita harus memenuhi hati dan pikiran kita dengan hal-hal positif. Jangan berkompromi dengan dosa sebab dosa menjauhkan kita dari Tuhan (baca Yesaya 59:1-2), dan semakin memudahkan Iblis menyerang dan menghancurkan hidup kita.

Persekutuan karib dengan Tuhan dan firman-Nya, serta tidak berkompromi dengan dosa adalah benteng pertahanan terhadap serangan Iblis!

Iblis Menunggu Waktu Yang Tepat (1)

Baca: Lukas 4:1-13

"Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." (Lukas 4:13)

Jangan pernah berpikir bila keadaan kita sedang baik-baik saja berarti kita sedang terbebas dari incaran si Iblis. Salah! Dalam keadaan tenang ini kita harus selalu waspada dan ekstra hati-hati, sebab sampai detik ini Iblis terus "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis tahu tidak ada gunanya melancarkan serangan membabi buta kepada orang percaya, tapi ia harus mencari kondisi yang tepat. Karena itu Iblis terus berjalan keliling sambil menunggu waktu yang baik. Saat seseorang bergaul karib dengan Tuhan dan hidup seturut kehendak-Nya adalah saat yang tidak tepat bagi Iblis, karena orang itu tidak mungkin dapat dikalahkannya karena di dalam orang tersebut ada Roh Kudus.

Kapan waktu yang tepat bagi Iblis? Saat kita mulai meninggalkan jam-jam kebaktian atau ibadah. Kebaktian atau ibadah adalah pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya, oleh karena itu kebaktian tidak bersifat satu arah saja melainkan dua arah yaitu dari Tuhan kepada manusia, juga dari manusia kepada Tuhan. Itulah sebabnya di dalam kebaktian terdapat aktivitas dari Tuhan kepada umat-Nya: melalui firman yang disampaikan hamba-Nya; dari jemaat kepada Tuhan: berupa doa, pujian, penyembahan dan pemberian persembahan. Kebaktian atau ibadah itu penting sekali! "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8). Melalui kebaktian (ibadah) roh kita kembali disegarkan, iman dan pengharapan kita semakin diteguhkan.

Melalui kebaktian pula kita berkesempatan bersekutu dengan saudara seiman lainnya sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, karena kita "...bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," (Efesus 2:19), sehingga kita dapat saling menasihati, menopang, memotivasi, dan menguatkan.

Semakin kita setia berbakti kepada Tuhan semakin kita beroleh kekuatan untuk menjalani hari-hari yang ada sehingga kita tidak mudah diperdaya Iblis.

Tuhan Yang Menuntun

Baca: Mazmur 25

"Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya." (Mazmur 25:12)

Seorang dapat membuat pilihan hidup yang benar seiring bertambahnya tingkat kedewasaan rohani. Tingkat kedewasaan rohani tidak ada kaitannya dengan usia, tingkat sosial atau berapa lama menjadi Kristen, tapi berbicara tentang pertumbuhan iman di dalam Tuhan dan bagaimana mengaplikasikan ajaran firman ke dalam kehidupan nyata. Seseorang dikatakan dewasa rohani bila memiliki pancaindera yang terlatih, sehingga mampu membedakan yang baik dari pada yang jahat (baca Ibrani 5:14). Dengan kata lain orang yang dewasa rohani adalah orang yang takut akan Tuhan; dan terhadap orang yang takut akan Dia Tuhan akan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya (ayat nas).

Rasul Paulus berdoa untuk jemaat di Filipi: "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus," (Filipi 1:9-10). Untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan kita harus bertumbuh dalam kasih dan memiliki pengenalan (pengetahuan) yang benar akan Tuhan. Jadi kasih dan pengetahuan adalah dua hal yang saling melengkapi dan tak terpisahkan.

Saat kita bertumbuh dalam kasih dan pengetahuan yang benar tentang Tuhan, kita beroleh kekuatan untuk membuat pilihan hidup yang benar. Saat kita memilih beribadah kepada Tuhan artinya kita datang ke gereja bukan hanya sebagai rutinitas belaka, melainkan bersedia mempersembahkan seluruh keberadaan hidup kita kepada Tuhan. "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).

Ibadah sejati berbicara tentang ketaatan, kesetiaan dan pengabdian kita kepada Tuhan. Kita berserah secara total kepada Tuhan dan percaya kepada setiap rencana-Nya. Inilah yang mendorong kita untuk menuruti firman-Nya dan mengikuti jalan-Nya, karena kita tahu bahwa jalan Tuhan adalah yang terbaik bagi kita.

"Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." (Mazmur 25:10)

Sekarang Waktunya Bertindak

Baca: Pengkhotbah 9:1-12

"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkhotbah 9:12)

Menunda-nunda pekerjaan adalah hal yang seringkali dilakukan banyak orang. Contohnya: ketika mendapatkan tugas dari sekolah atau kantor yang dapat dikerjakan hari itu, tidak langsung kita kerjakan, karena kita berpikir esok masih ada. Kita membiarkan waktu berlalu dengan percuma. Akibatnya tugas-tugas semakin menumpuk dan membuat kita kewalahan sendiri.

Alkitab memperingatkan agar kita tidak menunda-nunda apa yang bisa kita kerjakan sekarang atau hari ini. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Bila sampai hari ini kita masih diberi nafas hidup berarti kesempatan bagi kita untuk bekerja, berkaraya dan berjerih lelah bagi Tuhan: "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23).

Rasul Paulus juga menegaskan, "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58); juga kesempatan untuk memaksimalkan talenta yang Tuhan beri; kesempatan untuk menabur kebaikan. "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (Galatia 6:9).

Jangan menunggu 'waktu yang tepat', tetapi mulailah sekarang juga! Mengapa? "Karena manusia tidak mengetahui waktunya." (ayat nas). Jangan pernah berkata kalau kita tidak punya waktu, karena pada dasarnya semua orang diberi waktu yang sama oleh Tuhan yaitu 24 jam sehari. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk berdalih! Selagi masih sehat, selagi keadaan masih baik, selagi kesempatan masih terbuka bagi kita,segera lakukan!

"Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu." (2 Korintus 6:2b).

Berjaga-jagalah senantiasa

Baca: Kolose 4:1-6

"Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2)

Berjaga-jaga berarti waspada terhadap segala kemungkinan, terutama dalam hal-hal negatif. Berjaga-jaga juga berarti sikap bersiap-siap, awas atau berhati-hati. Mengapa kita harus selalu berjaga-jaga? Karena hari-hari yang kita jalani ini penuh kejutan, perubahan, percepatan atau hal-hal tak terduga yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Tak ada seorang pun tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, karena itu "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Samuel Taylor Coleridge dengan sangat bijak berkata, "Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini."

Ada beberapa faktor mengapa orang tidak berjaga-jaga:

1. Terlalu percaya diri atau over confidence. Rasa percaya diri yang berlebihan membuat orang merasa dirinya cukup kuat sehingga dalam segala hal mengandalkan kekuatan sendiri. Orang yang demikian sulit sekali menerima nasihat dan teguran orang lain. Alkitab memperingatkan: "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri... Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak," (Amsal 3:5, 7). Rasul Paulus juga memperingatkan, "...siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12); "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri;" (Galatia 6:4). Jika saat ini kita tegak berdiri dan menang atas pencobaan, jangan takabur, sebab Iblis tidak akan pernah menghentikan usahanya sebelum misinya berhasil yaitu mencuri, membunuh dan membinasakan (baca Yohanes 10:10).

2. Kurangnya pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya. "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu." (Hosea 4:6). Seseorang yang tidak memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan (pribadi, kuasa, kasih, kehendak-Nya dan sebaginya) akan cenderung mengisi hari-harinya dengan perbuatan-perbuatan sia-sia. Ia lupa bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya. Kurangnya pengenalan yang benar tentang Tuhan adalah akibat dangkalnya pengenalan kita tentang firmanNya. Kita pun menjadi kurang peka secara rohani. Kita tidak menyadari bahwa hari-hari yang sedang kita jalani ini sedang berada di penghujung zaman, artinya kedatangan Tuhan sudah teramat dekat.

3. Ketika kita salah dalam bergaul. "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33b). Penulis Amsal juga mengingatkan, "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Pergaulan salah membawa seseorang makin terbawa arus dunia ini sehingga lebih menuruti keinginan daging.

Dibutuhkan sikap berjaga-jaga setiap waktu, sebab "...hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam." (1 Tesalonika 5:2). Alkitab memperingatkan: "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkhotbah 9:12). Tidak ada jalan lain yang membuat kita tegak berdiri di masa-masa akhir selain kita harus berjaga-jaga senantiasa di dalam Tuhan dan tidak lagi hidup semborono, sebab kita tahu nasihat Alkitab: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16).

Berjaga-jagalah senantiasa karena tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok, sebab hari-hari ini adalah jahat!

Tetaplah Waspada

Baca: 2 Yohanes 1:4-11

"Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya." (2 Yohanes 1:8)

Sampai hari ini di dunia ini selalu diwarnai goncangan-goncangan: ada bencana, teror bom, ada konflik di mana-mana, bahkan peperangan. Dunia benar-benar tidak aman. Karena itu semua orang benar-benar harus ekstra waspada. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk terjadi, akhirnya semua orang berusaha membentengi diri dengan menggunakan alat penangkal. Pemeriksaan, pengawasan dan penjagaan keamanan di berbagai tempat pun semakin diperketat. Di hotel, mall, bandara atau tempat-tempat umum lainnya petugas keamanan dilengkapi dengan detektor logam, yaitu alat pendeteksi logam, untuk memastikan setiap orang yang akan memasuki area tertentu bebas dari benda berbahaya, seperti pistol, senjata tajam dan juga bom.

Pengawasan dan pengamanan secara fisik saja begitu sangat penting, terlebih-lebih pengawasan dan pengamanan secara roh bagi orang percaya, karena "Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." (1 Yohanes 5:19), di mana "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Agar tetap berada dalam kewaspadaan, kita harus makin mendekat kepada Tuhan, sebab "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2).

Daud menyadari, "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11).Karena itu "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25).

Di tengah situasi-situasi sulit yang menghimpit dunia jangan sekali-kali kita menjauh dari Tuhan, karena saat kita dekat dengan Dia pasti ada perlindungan, pertolongan, mujizat dan kemenangan. "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31).

Tanpa kewaspadaan tinggi kita tidak akan sanggup bertahan, karena itu melekatlah kepada Tuhan! 

Ananias Dan Safira : Tidak Tulus Ikhlas

Baca: Kisah Para Rasul 5:1-11

"Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul." (Kisah 5:2)

Sekilas Ananias dan Safira adalah sosok orang yang tampak sangat rohani, karena mereka memiliki kepedulian terhadap pekerjaan Tuhan. Buktinya? Setelah menjual sebidang tanahnya mereka tidak melupakan Tuhan begitu saja, tapi mereka memberikan persembahan kepada Tuhan. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu," (Amsal 3:9). Namun mengapa Tuhan tidak berkenan dengan persembahan ini? Bahkan menjadi bumerang bagi mereka yaitu keduanya harus menanggung akibat yang sangat fatal yang berujung kepada kematian.

Alkitab menyatakan bahwa mereka telah mendustai Tuhan dengan menahan sebagian dari hasil penjualan tanahnya. Apa yang dilakukan Ananias dan Safira adalah bukti bahwa keduanya tidak menghormati Tuhan. Pada waktu itu jemaat mula-mula memiliki kehidupan yang patut diacungi jempol, karena mereka memiliki gaya hidup suka memberi. Bagi mereka "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35b). Jemaat Tuhan "...sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul." (Kisah 4:32, 37).

Jika orang lain memberi dengan penuh kerelaan dan sukacita, lain halnya dengan Ananias dan Safira yang memberi persembahan kepada Tuhan dengan terpaksa, tidak tulus alias setengah hati, yaitu dengan menahan sebagian dari hasil penjualan tanahnya. Mereka memberi persembahan semata-mata demi gengsi atau sekedar ikut-ikutan supaya dilihat dan dipuji oleh orang lain yang melihatnya. Mereka lupa bahwa "...TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9).

Ananias dan Safira lebih memilih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan; mereka lebih memilih untuk hidup menurut kehendak sendiri sehingga mengabaikan pimpinan Roh Kudus dan tidak lagi menghargai Dia.

Tanpa didasari ketulusan, kerelaan hati dan kasih, persembahan kita tidak akan berkenan kepada Tuhan!

Buang Segala Kemunafikan

Baca: Mazmur 28

"...yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan." (Mazmur 28:3)

Apa itu munafik? Munafik memiliki arti: bermuka dua, orang yang perkataannya berbeda dengan isi hatinya, penuh dengan kepura-puraan, apa yang diucapkan tidak sesuai dengan perbuatannya. Dalam Perjanjian Baru, kata "munafik" diterjemahkan dari kata Yunani, "hupokrithes" yang diartikan: seorang pemain drama atau sandiwara. Peran/karakter yang mereka lakoni di atas panggung sangat bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari.

Kemunafikan adalah hidup yang sedang in dalam kehidupan masyarakat di zaman sekarang ini, yang akhirnya menghasilkan budaya berpura-pura. Munafik berarti penuh kepalsuan atau kepura-puraan. Inilah yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka sangat ahli dalam hal Alkitab atau Taurat, tapi sayang hal ini tidak selaras dengan perbuatan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat mengecam mereka dan menyebutnya sebagai orang-orang yang munafik, karena hanya bisa mengajar orang lain tapi ia sendiri tidak melakukan apa yang mereka ajarkan, bahkan perbuatan mereka sangat bertolak belakang. Pelayanan hanya mereka jadikan topeng belaka. Tuhan Yesus berkata, "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (Matius 23:3).

Hidup dalam kemunafikan adalah tanda bahwa seseorang tidak sungguh-sungguh bertobat dan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Karena tidak ingin kehilangan pamor atau reputasi, dengan segala upaya mereka berusaha menutupi segala kebobrokannya dengan menampilkan hidup yang seolah-olah rohani (suci) melalui aktivitas-aktivitas keagamaan dengan tujuan supaya dipuji, dihormati dan dihargai oleh orang lain. "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).

Apakah selama ini kita menjalani kehidupan kekristenan kita dengan penuh kepura-puraan? Ibadah dan pelayanan yang kita lakukan jangan sampai hanya sebatas aktivitas jasmaniah, sementara hati dan perbuatan kita sangat jauh dari kebenaran.

Buanglah segala kemunafikan, sebab Tuhan sangat benci orang yang demikian!

Jalan Orang Fasik

Baca: Amsal 4:11-27

"Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung." (Amsal 4:19)

Berkat dan kebahagiaan adalah dua hal yang dirindukan dan diimpikan oleh semua orang. Siapakah di antara kita yang tidak mau diberkati dan bahagia? Tak seorang pun. Itulah sebabnya banyak orang menempuh jalan yang salah guna mewujudkan keinginannya itu.

Bagi orang-orang dunia berkat dan kebahagiaan selalu mereka identikan dengan banyaknya uang, harta yang melimpah, rumah megah, mobil mewah, pangkat dan kedudukan yang tinggi. Akhirnya berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan semuanya itu. Sayang, banyak dari mereka yang menempuh jalan yang salah dan sesat. Contoh yang marak dilakukan dan sepertinya sudah menjadi tradisi bagi para pejabat pemerintahan negeri ini yaitu menyalahgunakan jabatan dengan melakukan tindakan korupsi; ada pula yang melakukan bisnis kotor dengan menipu sana-sini; tidak sedikit pula orang yang berduyun-duyun pergi ke dukun, kuburan, minta pesugihan dan penglaris supaya usaha dan tokonya menjadi laris.

Dari tindakan-tindakan ini, benarkah mereka menikmati berkat dan merasakan kebahagiaan yang mereka impikan? "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12).Tidak. Faktanya para koruptor tidak bisa menikmati kekayaannya, bahkan pada akhirnya mereka harus menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi. Sedangkan mereka yang menempuh jalan sesat dengan melibatkan kuasa-kuasa gelap, Iblis pasti tidak akan tinggal diam dan berperkara karena semua yang diberikannya itu tidak gratis, melainkan ada harga yang harus dibayar. Jelas dikatakan bahwa Iblis datang "...untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Tak bisa dibayangkan betapa ngerinya seseorang yang berada dalam belenggu Iblis!

Tidak seharusnya orang percaya mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang dunia ini karena kita punya Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang adalah sumber berkat dan kebahagiaan itu. Melalui kebenaran firman-Nya Tuhan sudah menunjukkan jalan yang harus kita tempuh untuk mendapatkan semuanya itu.

"Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat." (Amsal 4:14)

Memprioritaskan Tuhan

Baca: Matius 6:25-34

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Banyak orang Kristen bertanya-tanya dalam hati, "Kalau kita mengikut Tuhan, katanya hidup kita akan diberkati, apa saja dibuat-Nya berhasil, semua usaha akan lancar dan kita akan terbebas dari masalah. Namun mengapa tidak demikian?" Adalah benar bila hidup di dalam Tuhan itu selalu ada berkat, perlindungan dan juga jaminan pemeliharaan karena ada penyertaan Tuhan di setiap langkah hidup kita. Inilah janji Tuhan, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).

Tetapi adakalanya dalam perjalanan hidup ini kita diperhadapkan dengan jalan yang berbatu, penuh cadas dan mendaki, ada masalah dan juga ujian. Namun yakinlah bahwa semuanya adalah bagian dari proses yang harus kita jalani. "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu." (1 Korintus 10:13b). Tuhan selalu buka jalan saat tiada jalan, tangan-Nya selalu menopang kita saat jatuh sehingga kita tidak sampai tergeletak (baca Mazmur 37:24).

Agar janji berkat pertolongan, pemeliharaan dan pembelaan Tuhan benar-benar digenapi dalam hidup ini ada harga yang harus kita bayar, yaitu "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (ayat nas). Kata "mencari" menunjuk kepada usaha yang dilakukan dengan sungguh dan secara terus-menerus sampai mendapatkan sesuatu. Artinya kita harus menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup ini; mengejar perkara-perkara rohani lebih daripada perkara-perkara yang ada di dunia.

Rasul Paulus pun menasihati, "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:1-2). Melalui pertolongan Roh Kudus kita berusaha menaati perintah Tuhan. Jika kita melakukan apa yang diperintahkan Tuhan ini, tidak ada alasan bagi kita untuk merasa kuatir dan cemas akan kebutuhan kita sebab semuanya pasti akan disediakan Tuhan.

Sudahkah kita memperhatikan jam-jam doa, menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman-Nya, tekun beribadah serta melayani Dia sepenuh hati?

Bila kita belum melakukan itu artinya kita belum memprioritaskan Tuhan!

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...