Cerpen (Dinda IV) Kenangan


Angin berhembus dengan pelan, udara pegunungan yang sejuk bersama iringan lagu instrument forrest gump theme serasa melengkapi kenyaman suasana ini, suara gemericit burung saling bersahutan dan dibawah pohon yang rindang aku duduk bersama dinda, memandang gundukan pohon teh yang tampak indah, berdua saling menyelami pikiran masing-masing.
Dinda tampak bimbang dan menjadi pendiam hari ini, aku mengerti posisinya sekarang dan seharusnya dia menolak ku ajak kemari, bagaimanapun ini tidak baik dan aku tidak tahu diri malah membawa calon istri orang ke tempat ini, tempat untuk muda-mudi pacaran tetapi kemudian selalu saja ada alasan yang dibuat masuk akal dalam segala tindakan, entah karena ingin memuaskan diri atau karena rasa sayang yang terlambat datang, semua tidak tentu karena disini diperkebunan teh yang indah aku dan dinda mengenang masa lalu, mempertanyakan ini itu kenapa harus seperti ini, kenapa harus seperti itu, dan kami ngobrol dengan kata-kata yang berat penuh dengan perasaan tapi bukankah semua sudah terlanjur dan tak ada yang bisa dirubah? wajar bila dia menyalahkan diriku sebagai seorang yang munafik, egois atau pengecut karena aku juga semuanya jadi kacau…


Ada yang menyaksikan aku dan dinda tidak seberapa jauh, anak-anak smp yang keluyuran disini bukannya sekolah, membuatku agak risih padahal aku ingin bermesraan dengannya saat ini,

“tu anak-anak smp bukannya sekolah, malah ngumpul disini!” kataku agak kesal

“ah biarin aja, masing-masing… mang knpa?”

“nggak enak aja ditonton terus seperti ini, emang nya artis”

Dinda sedikit tersenyum mendngarnya

“jadi besok dinda mau pulang?” tanyaku kemudian stlh terdiam beberapa saat

“ya ini hari terakhir A….” jawabnya, mengambang diantara suara angin pegunungan

Berat aku mendengarnya, ini hari terakhir dan semua nya memang terlambat aku akan kehilangan seseorang yang kusayang, besok lusa dia akan menikah dengan orang lain, jiwa raganya kan menjauh dan hanya kenangan yang tersisa. pintu sudah mulai tertutup rapat tak mungkin terbuka lagi, harapanku sirna sudah tenggelam bersama badai hati yang kini melanda

“A sakit hati v, kenapa secepat ini” desahku 'kenapa begini akhirnya'

Dinda kemudian menatapku, sorot matanya menusuk hatiku

“andai A tidak terlambat mungin tidak seperti ini..

A kenapa bersikap githu ke dinda selama ini?, itu membuat dinda tidak punya harapan”

“karena kita waktu itu sudah putus din” hanya itu yang ku jawab,

rasanya sulit menjelaskan dengan kata-kata

“tapi tidak harus seperti itu kan, dinda sakit tau ga melihat sikap A kayak gthu, asal A tahu tiap hari dinda nunggu perubahan sikap A, tapi ternyata A tidak berubah malah semakin menjauh…!”

Kulihat daun daun berjatuhan, bersama jatuh nya perasaanku , semua nya menjadi rumit seperti lilitan tali yang pagujud berserakan tak beraturan. Cinta di dunia ini beragam sekali dan begitu mengagumkan bila kita renungkan, mungkin bukan aku saja yang mengalami hal seperti ini, harus menerima perempuan yang kita sayangi pergi dengan orang lain, mungkin aku tidak sendiri dan pabila aku sadar akan itu, sedikit aku bisa menahan gejolak hati yang tidak menentu, yakinanku yang mengalami nasib serupa ini masih banyak diluar sana…

“sudahlah kita tidak perlu saling menyalahkan karena tidak ada yang bisa dirubah” ujarku, mengingat ketidakmungkinan yang membayangi

dinda diam mendengarkan

Tentu saja aku ingin ke tempat indah ini bukan untuk bertengkar dan saling menyalahkan, aku ingin memuaskan hasratku yang terpendam, ingin mengganti hari-hariku yang terlewat dengan percuma, dan yang terakhir aku ingin menepati janjiku padanya, janji membawanya main ke suatu tempat ketika aku dan dinda masih berstatus pacaran dulu, dan kini aku tepati janji itu walaupun sekarang statusnya hanya pacar sehari. Seperti perjanjian semalam sebelumnya di telepon bahwa sebelum dia menikah aku ingin berpacaran dulu meski sehari, kedengarannya memang lucu. Tapi kita memang tidak pernah ingin rugi dalam segala hal, biar yang sehari ini menjadi sesuatu yang berarti

Gemericit burung yg masih bersahutan dan kesejukan hawa pegunungan sedikit menyegarkan hatiku yang sedang panas, aku duduk bersandar kaki di bawah pohon besar disamping dinda, alunan lagu instrument mulai berhenti dan diganti dgn yg lainnya. Aku menengok ke arah anak-anak smp tadi, dan aku senang mereka sudah tidak ada.

“pergi juga akhirnya mereka” ucapku puas dan dinda tersenyum menanggapinya

Kemudian sesuatu pikiran lain muncul, disaat sepi seperti ini apa yang akan dilakukan dengan seorang pacar sehari?, tentunya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena sehari bukanlah waktu yang lama apalagi besok lusa dia akan menikah dengan orang lain, lalu timbul keinginan memeluk inda tapi sungguh aku tidak berani dan tidak tahu harus mulai dari mana, sambil ngobrol-ngobrol santai aku berusaha menemukan momen yang tepat dan sialnya aku tidak bisa menemukan momen yang tepat itu karena selalu saja obrolan kami mengarah ke hal kekecewaan dan saling menyalahkan

“sebenarnya A pengen peluk dinda sekarang” ujarku terus terang ditengah pembicaraan

“terus terang amat” katanya memandangku dan tersenyum heran

Senyum itu serasa menawan dan menggodaku

(‘hehe pake ngomong segala, langsung aja capluk’) bisik hatiku dan kemudian mereka tertawa

Tapi apanya yang salah pikirku, langsung saja kurangkul pundaknya tapi… Dinda tidak meresponnya sama sekali, dia hanya mengeluarkan rintihan kecil tanda penolakan, aku jadi malu dibuatnya tapi terlanjur tanganku meraih pundaknya, kutarik saja dia agak paksa..

Jadilah pelukan paksa dengan posisi yang aneh, bingung aku dibuatnya sebenarnya apa yang sedang dipikirkannya, bimbangkah dia diposisinya sekarang, lalu untuk apa datang ke tempat ini kalau hanya untuk ngobrol doang, inginnya aku menghabiskan waktu yang singkat ini dengan mesra saling mengeluarkan isi hati yang terpendam, berbagi kasih yang telah lama terdiam..

Aku ingin mencium nya dan merasakan lagi kehangatan dulu ketika menjalin hubungan, tapi jangankan mencium dipeluk aja segini susahnya, dinda tidak merespon apa yang kuinginkan sampai akhirnya terpaksa aku harus mengerti keadaan, aku tidak ingin memaksa karena perbuatan itu tidak ada dlm kamus percintaanku, dia sudah bukan dinda yang dulu lagi, sekarang dia tidak tahu jalan yang akan diambilnya, dia katakan sendiri padaku bahwa hatinya belum yakin untuk menikah tapi saatnya malah akan segera tiba dan tidak mungkin ditunda apalagi kalau dibatalkan.. aku merasa seperti orang yang dijatuhi eksekusi mati dan tinggal menunggu hari terakhir..

Aku putus dengan dinda dulu karena orang ketiga. Sampai sekarang dinda selalu mengingatnya, dia pikir aku orang munafik dan mempermainkannya karena aku 'bandel', waktu itu jalan terbaik harus diambil untuk menengahi konflik karena orang ketiga itu, semua karena aku yang tidak tahu diri berhubungan dengan cewek lain lewat handphone padahal dinda selalu mengecek hp ku, kotak kirim dan tak lupa kotak masuknya diinterogasi isi nya, aku sadar telah menghianati cintanya ketika itu dan selalu saja ada alasan yang dibuat masuk akal atas apa yang kulakukan, alasannya karena cintaku bercabang dan aku tidak mengundangnya hadir, cinta datang dengan sendirinya dan aku merasa tidak salah berhubungan dengan lebih dari seorang cewek asalkan bukan pacar semua, menurutku pacar cukup seorang saja dan teman wanita berapapun terserah. Sedangkan dinda tidak mengerti dengan itu, dia akan marah bila ada sms dari temen cewekku, berkali-kali aku ketahuan sms an sampai puncaknya terjadi pada malam hari.

Waktu itu kami kerja shift malam, saat jam istirahat dia mengajakku ke tempat yang sepi tapi dalam sekitar gedung , sebelumnya kami bertengkar sedikit tentang sms yang selalu membuat dinda kesal dan marah, awalnya aku tidak curiga apa-apa ketika dinda mengajakku karena kupikir dia hanya ingin berduaan.

kami duduk dilantai dan bersandar pada pilar gedung..

“a gimana kalo kita temenan aja” katanya langsung

Aku terkejut mendengarnya

“kenapa?”

“mungkin kita cocok jadi temen, ga lebih!” dinda memainkan hp nya, dia hnya menunduk, kutahu apa yang dikatakannya bukan dari hati

“a tidak pernah meminta…” kucoba tuk membela diri

“selama ini ternyata hubungan kita tidak pernah cocok” katanya dengan tersenyum getir

Aku jadi merasa bersalah, aku bertanya-tanya haruskah kupertahankan hubungan ini? Dan memang benar apa yang dikatakannya bahwa kami tidak pernah cocok..

Bukankah aku selalu ingin putus dengannya setiap terjadi konflik, aku menginginkannya bila kupikir ada orang lain yang lebih baik daripada dinda tapi pada saat itu aku mulai merasa sayang padanya meski masih ada orang lain yang mengganggu hatiku

“maaf kan A din, tp memang kita tdk pernah cocok kita sudah menjalani hubunga ini lumayan lama, kita memang cocok jadi temen” tanpa sadar mulutku berkata seperti itu

Kemudian kulihat raut sedih di wajah dinda, dan aku tidak bisa meralat kata-kataku itu

Sampai disitu hubunganku berakhir, terbesit tanya dihati ‘inikah jalan terbaik?’

Sebelumnya aku memang menginginkan putus?, kupikir sebuah hubungan itu tidak cukup atas dasar cinta saja, harus ada kecocokan satu sama lain dan jika itu tidak ada maka yang terjadi adalah konflik dan ketidak harmonisan, meski itu wajar dalam setiap hubungan asmara namun saat itu aku sedang dalam posisi bad mood karena berbagai problem di dalam diri, saat itu aku ingin mengasingkan diri, saat itu aku ingin sendiri dikarenakan masalah keluarga yang membuatku merasa sendiri di dunia ini dan juga dikarenakan ada tiga wanita yang menghantuiku, mereka hadir begitu saja dan membekas di hatiku..

Setelah putus aku mempunyai komitmen baru, untuk mempertanggung jawabkan apa yang tlah kuputuskan, aku tidak boleh kembali ke kehidupan dinda.. meski aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupku tetapi aku tidak tahu apa, setiap hari setiap berjumpa kuacuhkan dia ku tak ingin hiraukan apa-apa tentang nya lagi, kuingin menghapus kenangan bersamanya tetapi saat itu dengan berat jujur kusadari aku mulai merasa kehilangan dia, namun aku harus kuat dan mempertanggung jawabkan apa yang telah aku putuskan, aku belajar tentang bagaimana bertanggung jawab dan menjadi seorang laki-laki yang tidak cengeng karena urusan cinta dari para ahli dibidangnya, sehingga aku tidak terpengaruh sedikitpun ketika dinda mulai mendekatiku lagi, dia sering misscall ke hpku di waktu senggang dan aku tidak mau peduli, aku selalu meyakinkan diriku sendiri bahwa aku tidak mencintainya, tidak pula menyayanginya, dinda bukan tipe cewek yang kusuka! Yang tentu membuatku lebih tidak peduli padanya.

Kemudian aku mencari-cari pengganti dinda untuk penentram hatiku yang kacau, aku mencoba kembali ke orang ketiga itu, tapi harapanku harus hilang, aku lihat dia berjalan dengan laki-laki yang lebih tinggi dariku ketika kami berpapasan hendak pulang, dia memang selalu bilang suka dengan laki-laki yang badannya tinggi kurasa dia telah menemukan pilihannya, membuatku sangat marah dibuatnya, karena dia juga yang mnyebabkan aku putus dengan dinda tapi tak apa aku merelakannya ketika itu seperti yang aku yakini laki-laki tidak boleh cengeng hanya karena urusan cinta.

Beberapa minggu kemudian kutemukan seseorang yang aku sukai namun anehnya aku malah menjadi seorang pecundang seperti dulu, aku tidak berani mendekati seseorang itu, aku merasa serba kekurangan dalam segala hal, aku merasa berbeda dari yang lainnya yang membuatku mundur dan putus asa, tiap libur kerja aku biasa main dengan si fahri ke suatu tempat dan mencari-cari kenalan, namun yang dapat Cuma si fahri doank begitupun bila main-main dengan si yosef aku selalu tercecer di belakangnya membuatku merasa payah dan kalah, tapi hidup tidak selalu untuk wanita pikirku kemudian ketika kegagalan datang terus menerus maka sudah aku diam, yakinku bila memang saatnya tiba untukku dia tidak akan kemana tentunya, seperti dinda yang tidak kusangka-sangka kehadirannya itu.

Hari berganti hari dan bulan berganti bulan aku tetap sendiri dan merasa kesepian, bukannya aku tidak berusaha tetapi selalu begitu, aku mundur kalah sebelum perang di halangi oleh psimistis dan ketidak percayaan diri

Suatu hari aku berfikir jika sebenarnya aku masih mempunyai rasa sama dinda, dan dia masih ada tanda-tanda suka, kenapa tidak mencoba untuk balikan lagi kenapa harus mencari yang tidak pasti di luar sana jikalau ada yang pasti tidak jauh dariku, aku harus mnghilangkan ego dan menyadari diri sendiri tidak menjadikan alasan komitment yang hanya menghancurkan aku

'aku akan kembali lagi padanya' tekadku suatu hari dengan pasti

Lalu aku menunggu waktu yang tepat, aku selalu ingin moment yang pas, kupikir pasti ada jalan yang baik

Namun kegagalanku ternyata masih berlanjut dan tidak selesai sampai disitu saja, disaat keyakinanku begitu kuat bahwa aku akan bersama dinda lagi, datang kabar yang memukulku jauh lebih dalam

suatu hari ketika aku sedang bekerja, sarah teman deketnya dinda menemuiku

'A risman hari minggu datang ya ke rumah ka dinda' katanya

'ngapain?' sahutku cuek

'mau ada acara nikahan'

'nikahan siapa?' ada sedikit rasa cemas

'nikahan nya ka dinda' jawab sarah dengan polos

Jantungku serasa berhenti mendengar itu

Kuberpaling ke arahnya berharap dia bercanda saja, tapi kulihat sarah tidak sedang bercanda

'beneran rah, sama siapa?' tanyaku dengan was-was

'beneran, sama yang sms A risman thea itu'

Rasa cemas menjadi nyata, hatiku serasa perih sekali serasa dijatuhkan tanpa ampun tentu aku ingat seorang laki-laki yang dengan kasar mengata-ngataiku di sms tapi aku tidak pernah tahu orang nya seperti apa,

'ntar bareng ya ke sana nya harus lho!' pesannya sambil berlalu meneruskan pekerjaannya lagi, kurasa sarah sebenarnya tahu apa yang kurasakan dia sengaja membuatku dalam keadaan menyedihkan

Setelah mendengar itu aku tidak fokus lagi pada pekerjaan, pikiranku serasa melayang jauh, tidak kuduga tidak pernah ku menduga dia akan menikah dan meninggalkanku secepat itu, kegagalanku ternyata masih berlanjut aku tidak percaya dinda akan mengahiri masa lajang nya…

kenapa harus terburu-buru begitu dia kan belum tua? dinda masih muda apa dia takut jadi perawan tua? pikirku, aku sungguh tidak percaya atas apa yang terjadi, harapanku telah sirna padam kembali padahal aku sangat ingin bersamanya lagi, disaat rasa sayangku padanya datang aku malah harus merelakannya pergi dengan laki-laki lain, aku mengutuki diri sendiri kenapa aku menyia-nyiakannya dulu?. kalau tau akan begini mungkin aku akan mempertahankannya dan takkan kubiarkan lepas ketika itu tapi memang penyesalan selalu datang terlambat

kuhubungi dinda dan mengatakan sejujurnya apa yang kurasa, aku sangat sedih ketika dia mengaku menungguku selama ini, aku merasa menjadi orang terbodoh didunia ini, membiarkan sesuatu yang berharga yang seharusnya kumiliki tapi tak kuambil semua karena egoku yang tinggi karena kesombonganku yang tak tahu diri, disaat harapanku kandas kuingin memadu kasih dahulu sebelum semuanya benar-benar berakhir, kami membuat janji untuk bertemu dan menjadi pacar sehari setidaknya apa yang kuinginkan terlaksana meski sesaat hingga sampai di perkebunan teh ini sekarang……..

********************************

“A…. Sebenarnya tertekan karena apa?” tanya dinda menatapku

Aku tertegun mendengarnya, semalam di sms ku jelaskan alasan putus dulu ku bilang tertekan

“A.. Tertekan karena keluarga din, keluarga A nggak setuju kalau A pacaran” jawabku berbohong sekenanya saja

“lho kenapa bgitu..?” dinda memandangku heran

“nggak tahu, pernah A ngajak seorang cewek ke rumah sehabis cewek itu pulang A langsung dimarahin sama kakak” aku tersenyum di akhir kata

“oh ya!” katanya dan ikut tersenyum

'aneh..'

'itu yang buat A merasa tertekan din'

Stlh itu kami ngobrol ke hal yang lain

Mudah sekali dinda kubohongi pilirku, apa semua perempuan seperti itu atau apa mereka tahu tapi pura-pura tidak tahu, entahlah… Karena aku tidak bisa menebak-nebak tentunya, aku tidak tahu apa-apa soal perasaan mereka, ku hanya tahu bahwa perasaan seorang wanita sangat kompleks dan susah dimengerti apa maunya.

Aku sudah tidak merangkulnya lagi, aneh kan kalau tidak ada respon? hanya saja dia membalas pegangan tanganku, yang mengalirkan sesuatu perasaan yang aneh, tiba-tiba aku sangat menyayanginya dan aku tidak ingin kehilangannya, ku genggam tangannya erat serasa ada kehangatan lain dihatiku juga timbul suatu hasrat yang menggebu, aku ingin menciumnya dan……(sensor). Tapi tentu itu takkan terjadi, dia milik orang lain dia juga tidak merespon apa yang kuinginkan, terpaksa aku harus meredam birahi yang naik, kemudian aku teringat akan sesuatu yang ingin kutanyakan belakangan ini lalu ku mainkan jari kelingkingnya beberapa lama

“lagi nge test ya pake pegang-pegang kelingking segala?” tanyanya menolehku

Nge test? Tau dari mana dinda kalau aku nge test dia, aku hanya tersenyum saja kalau sudah ketahuan emang apa yang harus dikatakan,

Kusangat ingin mendengar pengakuan dan penjelasan dari dinda, apakah dirinya masih murni ataukah sebaliknya? Seperti yang dikatakan seseorang padaku lewat sms sebelumnya

“din, ada hal yang sangat ingin A tanyakan?”

“iya apa?”

“emmmh, tapi kira-kira dinda tersinggung nggak?”

“tersinggung!” jawabnya langsung

“dinda tersinggung ah, nggak nggak mau!!” lanjutnya sambil geleng-geleng kepala

Hal itu membuatku agak curiga, apa dia bisa membaca ke arah mana pertanyaanku nanti? Dan mungkin saja karena tes jari kelingking adalah tes keperawanan, bila dinda tidak ingin aku menanyakannya aku tidak kan bertanya.. jika dinda tidak merasa ada sesuatu yang salah pada dirinya dia tidak akan takut tersinggung pastinya, tetapi biarlah sesuatu yang pribadi biar dia sendiri yang tahu

Terdengar suara dering hp dinda berkali-kali kemudian, seketika raut wajah nya berubah ketika melihat layar hp ditangannya dan dia membiarkannya berdering tidak diangkat dan tidak juga di reject, dia terlihat gelisah ku bisa menduga dari siapa..

“kenapa din? Angkat saja nggak pa pa?”

“dia pasti tahu dinda lg diluar, dinda nggak bisa angkat skrang dia pasti marah-marah”

Suaranya terdengar tertekan ditelingaku, dan aku cemburu pada laki-laki itu yang tidak pernah kukenal siapa dan bagaimana orang nya, sering aku bertanya lebih baikkah dia daripadaku?, lebih sempurnakah dia dibanding aku? Jika saja benar tentu aku tidak akan terlalu berat melepaskan dinda..

“bilang aja di kosan din” saranku

“dinda nggak bisa bohong sama dia, dia selalu tahu kalau dinda bohong A” akunya membuatku serasa kalah dari laki-laki itu, untuk kesekian kalinya aku dibuat K.O

Seberapa besarkah rasa sayang si laki-laki itu hingga feeling nya begitu kuat ketika calon istrinya sedang dibawa pergi oleh laki-laki lain? Kata orang feeling yang kuat berasal dari rasa sayang yang besar, seperti feeling seorang ibu yang tiba-tiba merasa tidak enak hati ketika di tempat lain dalam waktu yang sama anaknya mengalami kecelakaan, lalu seperti itukah perasaan si laki-laki itu hingga selalu tahu keberadaan dinda, sedang apa dan dengan siapa dinda berada atau dia punya semacam ilmu? Secara githu lho orang jampang terkenal dengan dukunnya!!!,

Lalu kenapa aku tidak mempunyai feeling kuat seperti dia? Padahal aku juga menyayagi dinda Apa karena memang telah tertulis di atas sana kalau dinda bukan jodohku seperti yang kita tahu jodoh itu di tangan tuhan,,

“pulang yuk!” ajaknya terlihat cemas

“din, a masih pengen sama dinda disini, belum ada sejam kan?”

Aku sama sekali tidak setuju untuk pulang sekarang, pacar sehari koq Cuma se jam

“ya kita di kosan aja ya…!”

Kemudian hp nya kembali berdering membuat kami berdua tidak tenang, gagal kencan terakhir ini!, kencan yang tak mungkin bisa diulang lagi tak bisa direncanakan lagi, dinda akan menuju babak baru dalam kehidupannya setelah ini, meninggalkanku, meninggalkan semua kenangan..

“pulang yuk, cepetan ga papa di kosan aja ya!”

“pura-pura tidur din, jangan diangkat biarin aja” suruhku berharap ada cara lain menghindari si laki-laki sialan itu

Tapi kemudian cara lain itu tak pernah ada, terpaksa kami harus pulang juga akhirnya, kutinggalkan perkebunan teh yang indah itu dengan berat hati.

Disaat akhir seperti ini kita selalu mengingat awal, tentu aku ingat ketika pertama kali berjumpa dengannya di sebuah pabrik, kami tidak pernah berkenalan satu sama lain secara langsung tapi karena aktivitas dan rutinitas setiap hari yang mau tidak mau selalu berjumpa setiap hari membuat kami saling mengenal satu sama lain tanpa harus berkenalan, awalnya tidak sedikitpun terlintas dalam benakku bahwa suatu saat aku akan menyayanginya karena perempuan seperti dia bukan tipeku sikapnya itu kasar dan sering berkata kasar, tapi juga karena itu aku jadi suka mengerjainya, aku akan senang ketika dia membentakku dengan kasar menanggapi kejahilanku.. Dan semua itu berjalan selama berbulan-bulan lamanya.

Dan perempuan yang selalu kujahili itu kini tinggal dihatiku

Aku ingat saat-saat sebelum jadian dengannya masa dimana aku sedang mencari seorang pacar karena dorongan teman-temanku yang bawel

” sampai kapan loe mau ngejomblo terus ris?” tanya yosep temanku suatu hari,

Dan aku tidak bisa menjawabnya, alasan ketika itu adalah karena aku tidak pernah berani mendekati perempuan dan bila saja aku mencoba pdkt pada seseorang yang ku taksir selalu saja hasilnya adalah teman biasa dan bagus nya jadi teman deket, aku jadi cape karenanya

Lalu datang lagi si fahri

” ris loe mau ngejomblo seumur hidup, liat gue! Sama gue juga pemalu kayak loe, masih inget nggak gue dulu yang looser?, bro semua butuh proses dan loe harus berani mengambil resiko” katanya dengan bersemangat

Tentu saja aku ingat bagaimana dia dulu, cowok yang nggak laku dan minder sama juga kayak aku nggak ada bedanya.. Kemudian dia berubah mendahuluiku, sedang aku masih gitu-gitu aja monoton ga da perubahan, membuatku terpacu ingin seperti mereka…

Saat itu juga aku tidak 100% jomblo maksudnya tidak 100% jauh dari makhluk yang namanya cewek, ada seseorang yang sangat dekat denganku namanya yuni dia adalah teman sekolahku di smp dulu dan bertemu kembali di pabrik, hubungan kami tidak jelas ketika itu, kalau dibilang temen terlalu deket dan kalau dibilang pacar terlalu jaga jarak, karena memang ga da status bodohnya diriku ga mau bilang jujur soal perasaan, susah kalau punya sifat pemalu, bawaannya minder dan tidak percaya diri jadi sulit untuk berkembang dan mennghadapi dunia, sukar dirubah karena selalu saja si otak memberi alasan yang masuk akal dan meyakinkan kita dengan keadaan diri yang membuat kita menuruti perintah si otak untuk menjadi minder dan tidak percaya diri.

Awalnya aku pdkt sama si yuni niatnya pengen jadi pacar namun karena kelamaan pdkt nya akhirnya nyaman jadi temen dah sudah deh sulit untuk di rubah, tp kelakuan kami layaknya orang pacaran ga jauh beda, sering sms an dan marahan kalau ga di bls, main ke luar tiap hari minggu dsb, namun aku bosan begitu terus, selalu saja dari dulu begitu..

Teman-temanku pada mengoceh ketika aku dekat dengan yuni, dari kanan dari kiri

“loe tembak donk, kelamaan loe” suruh teman-temanku suatu hari

Tapi aku pikir hubungan ku dengan yuni hanya bisa sampai teman saja, tidak mungkin aku berharap lebih karena yuni sepertinya nyaman jadi temanku, dan biarlah semua berjalan apa adanya karena seperti yang aku yakini cinta itu tak harus memiliki, teman-temanku mengejek apa yang aku yakini tapi aku tidak peduli

Kemudian datang seseorang lagi dalam hidupku, seorang karyawati baru di pabrik tempat ku bekerja, dia cantik dan mirip dengan teman cewek ku di SMA yang ku taksir dia bernama febri, aku suka dia dan mulai berkenalan tp itu juga stlh si yosef dan si fahri bawel supaya aku bertindak cepat kata mereka nanti keburu diambil orang lain, mereka sangat mendukungku dan aku terharu karenanya, terharu karena aku seorang yang terseok-seok dan terlunta-lunta mencari seorang pacar sedang mereka dengan bangganya menceritakan kisah nya dengan beberapa cewek yang pernah mereka kencani.

Perkenalanku dengan febri terbilang cukup agresif karena begitu cepat kami langsung main, dan suatu hari nanti aku tahu apa yang sebenarnya ada di otaknya…

Ketika proses pdkt itu berjalan tiba-tiba datang seseorang yang tidak kusangka-sangka, dinda. Dia teman satu pabrik yang selalu ku jahili ketika itu, dinda mendekatiku, aku bisa rasakan itu dari tingkahnya yang tidak biasanya, aku memang suka bercanda dengan nya, aku suka merayunya dan berkata-kata puitis aku suka saja menjahilinya, tapi akhirnya jadi berbeda mungkin ada perkataanku yang dianggapnya serius sehingga suatu hari dinda begitu sering menghubungiku dan bila aku berjumpa dengannya aku bisa rasakan ada sesuatu yang berbeda dari caranya bertemu denganku, gelagat itu bukan aku saja yang merasakannya,

“sepertinya si dinda suka sama loe ris” kata yosef ketika kami sedang istirahat di kantin

“ah nggak mungkin..”

“beneran gue nggak bohong nih, keliatan nya begitu” lanjutnya meyakinkan

Dan aku malah bingung..

“sebenarnya gue juga ngerasain itu sef”

Lalu yosef tersenyum

“embat aja bro, yang gede emang lebih enak” katanya sambil menepuk pundaku kemudian dia tertawa lepas

Dinda memang memiliki postur tubuh yang lebih besar daripada aku, dan itu selalu menjadi topik yang disukai yosef untuk di bahas

Kemudian Hal tentang dinda ku utarakan juga pada si fahri keesokan hari di rumahnya

“udah loe pilih yang pasti aja bro, mending punya cewek yang suka sama loe daripada loe suka sama dia” katanya

“ya klo seandainya kita nya nggak suka kan nggak enak” kilahku

“suka itu bisa datang menyusul stlh jadian biasanya, itu jg klo terjadi sich”

“sebaiknya gue harus gimana sekarang?” tanyaku mulai pusing

“itu sich terserah loe karena loe yang jalanin tapi saran gue loe pending aja tuh si febri, coba loe deketin si dinda sekarang” suruhnya enteng

Sejujurnya aku memang suka sama si dinda tapi hanya sebatas suka saja ketika itu berbeda dengan rasaku sama si febri,

“eh ngomong-ngomong gimana tuh si yuni?” lanjut si fahri dg antusias

“besok rencananya mau main” jawabku santai sambil rebahan di kasur

“sebenarnya loe mau jalani yang mana sich?”

“gue nggak tahu ri, gue nggak tahu”

“loe ribet bener ya ris” dia menggaruk-garuk kepalanya dan aku tahu dia tidak sedang gatal

Tak tahulah aku sendiri merasa rumit ketika itu, entah aku sendiri yang membuatnya rumit atau karena perasaanku ini rumit dan kerumitan ini bukan hanya sekali terjadi dalam kehidupanku

Bisa dibilang aku selalu rumit soal perasaan yang terkadang membuat orang bingung dan tidak mengerti apa yang kuinginkan sebenarnya, aku selalu berbelit-belit dan inginnya bertahan dengan pendapatku sendiri mungkin karena hal itu aku jadi gemar menulis puisi atau menuliskan perasaanku pada buku

Kuingat ketika di sekolah dulu aku di juluki sang pujangga cinta karena dibuku tulisku penuh dengan puisi-puisi

“dasar pujangga mau nyatakan cinta saja pake panggil-panggil bulan segala” celoteh teman perempuan ku suatu hari, dan aku selalu menjawab nya dengan tenang dan kata-kata puitis, dengan gaya yang dibuat-buat seolah penyair sungguhan, aku selalu ingat akan hal itu dan membuat ku selalu tersenyum sendiri.

Kembali akan halku itu, stlh mencari saran dari beberapa teman akhirnya kuputuskan untuk menembak dinda, kulakukan pada malam hari ketika dia meneleponku, dan tidak sulit seperti dugaan sebelumnya kemudian akhirnya kami jadian.. Menjadi sepasang kekasih, kami menjalaninya apa adanya

Namun problem percintaanku tidak selesai sampai disitu saja Ketika rasa sayangku pada dinda mulai bersemi, selalu saja ada teror dari yuni dan febri yang membawaku pada kegagalan pada akhirnya

Masa – masa yang telah lewat selalu berkesan dalam bagiku, hal itu bagiku adalah momen yang emosional dan bisa membawaku dalam perenungan tentang kehidupan.

Aku telah mengalami kegagalan beberapa kali, selalu aku sakit hati karena wanita membuatku merasa tidak ingin terlahir kedunia pabila datang rasa seperti ini rasanya aku ingin pergi menemui almarhumah ibuku di alam sana, aku ingin mengadu padanya, aku ingin bersamanya seperti dulu saat-saat dimana aku merasa dilindungi dan disayangi.

Terkadang kegagalan bisa membawaku dalam keadaan emosional yang selalu mengesankan hatiku karena darinya aku mendapat pengetahuan tentang kehidupan yang sesungguhnya tentang hukum alam yang abadi, darinya aku bisa merenung dan berbagi kata mutiara kepada orang-orang

Terkadang pula aku berpikir seharusnya aku tidak memandang kegagalan sebagai sesuatu yang baik, tapi sepertinya memang ada benarnya karena kegagalan selalu memacu kita menuju kesuksesan, semua orang tidak ingin menginjak lubang untuk kedua kalinya bukan?

Kisahku dengan dinda adalah sebuah liku-liku kehidupan yang memang harus ada, sesungguhnya tidak ada yang harus disalahkan karena itu sudah seharusnya, bukan kah kita tahu bahwa kita hanya bisa berencana dan tuhanlah yang menentukannya? Meski sering bila malam tiba dan mengingat dinda sedang bersama suaminya hatiku pedih dan merasa cemburu

Aku tidak dirakdirkan untuk bersama dengan dinda apapun alasan yang dibuat atau memang terjadi.

aku sadar akan pilihan yang telah kuambil tak ada yang bisa dirubah, semua telah terjadi kita tidak bisa menyalahkan masa lalu terus karena hanya menguras emosi, membuang-buang tenaga sedangkan waktu tidak akan pernah kembali.

“tulisan dariku ini mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan atau untuk dikenang' (jikustik)

Sukabumi, 22 april 2012
Minggu 23:26 WIB

Cerpen Karangan: Ruslan
Blog: lanz-alzilann.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...