Skip to main content

Cerpen Selamanya Cinta


     Malam semakin larut. Dingin pun semakin menelusup. Namun aku dan Sanca masih bertahan di sini, memandangi bintang. Kami tak banyak bicara malam ini. Aku melihat rona kesedihan di wajah Sanca.
"Dewa... besok aku akan pindah ke Jakarta." kata Sanca.
"Apa?"
"Aku tahu, kamu pasti kaget. Tapi ayahku dipindah tugaskan, dan mau tidak mau aku harus mengikutinya." jelasnya.
"Tak bisakah kau menolak?"
"Dia ayahku, Dewa."
"Aku tahu, tapi bagaimana denganku? Sanca, kau tahu kan kalau tak sedikit waktu yang telah kita habiskan bersama. Aku tak bisa tanpamu, dan aku yakin kau pun merasakan hal yang sama."
"Dewa... jarak Bandung-Jakarta tidak jauh. Media sosial juga masih aktif. Kita tidak akan pernah kehilangan kontak."
"Aku tetap tak bisa."

     Kami menghabiskan hampir separuh malam untuk sekedar mengobrol mengenai kepindahan Sanca ke Jakarta. Aku tak bisa menerima semua ini. Terlalu banyak kenangan di antara kita. Aku juga tak bisa memungkiri kalau aku sangat membutuhkannya. Aku membutuhkan orang seperti Sanca untuk membuat hidupku semakin berarti.
"Sudahlah, semakin malam akan semakin membuat perbincangan kita semakin tak berujung. Antar aku pulang sekarang, Dewa. Besok aku harus berangkat pagi-pagi sekali."

     Aku diam, sama sekali tak menanggapi Sanca. Aku sudah tak bisa berkata apa-apa lagi. Sepanjang perjalanan ke rumah Sanca, aku masih belum mampu berbicara. Semua terasa menyesakkan.

Keesokan harinya.
Aku terbangun pukul 06.00. Mataku masih terasa berat ketika aku memaksakan untuk membuka pesan singkat dari Sanca.

Aku berangkat sekarang. Baik-baik di sini ya, Dew. Aku sayang kamu.

     Aku sudah terbiasa menangis karena Sanca. Dan kali ini, entah kali ke berapa aku menangis. Dia memang hanya sebatas sahabatku, bukan kekasihku. Namun, perasaanku ini begitu dalam. Aku rasa, aku mencintainya.
Aku sama sekali tak berniat untuk membalas pesan singkat darinya.

Beberapa tahun setelah kepindahan Sanca ke Jakarta.
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Aku dan Sanca telah dua tahun tak bertemu. Semenjak hari itu, kami benar-benar putus komunikasi. Bahkan berkomunikasi lewat media sosial pun tak pernah.

     Aku sudah berusaha mencari tahu tentang dirinya. Aku juga sudah pernah ke Jakarta untuk mencarinya. Tapi nihil. Aku tak bisa mengikuti jejaknya. Dan kini, aku semakin merindukannya. Aku merindukan kebersamaan kami. Aku rindu senyum dan tawanya. Aku rindu tangisannya. Aku rindu semua tentangnya.

     Suatu hari ketika aku larut dalam kesedihan, seseorang datang padaku. Dia mengaku bahwa dia teman dekat Sanca. Dia memberikan sesuatu padaku. Aku membukanya dengan sangat hati-hati. Barangkali Sanca memberikan sesuatu yang berharga yang ada hubungannya dengan kisah kami beberapa tahun silam. Setelah aku membukanya, mataku tak bisa beralih. Aku terus saja memandangi sesuatu yang ada di tanganku. Ternyata... sebuah undangan pernikahan. Dan itu, adalah undangan pernikahan Sanca. Sanca akan menikah, ya MENIKAH.

     Aku tak kuasa membaca kata itu. Tubuhku terasa lemas. Aku mencoba menahan airmata. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku teringat sebuah tempat di mana aku dan Sanca bermain ketika masih SMP dulu. Ada sebuah pohon besar di sana. Dan kami, menuliskan sesuatu pada batangnya. Aku segera melompat dari sofa. Berlari sekuat tenagaku menuju bukit tempat pohon itu berada. Aku harap, pohonnya tidak mati, seperti perasaanku ini pada Sanca, gumamku dalam hati.

     Sesampainya di sana, aku merasa lega. Ternyata pohon itu masih seperti dulu.
Aku mencoba mengingat-ingat hal apa saja yang pernah aku lakukan dengan Sanca di sini. Semua masih terekam jelas. Bahkan aku masih mengingat kata-kata yang kami tuliskan di batang pohon itu.

Aku, kamu, kita akan selalu bersama selamanya. Kita akan menjadi sebuah cerita yang abadi.

     Dan karena tulisan itulah aku seperti ini, karena aku yakin, ada doa yang terselip di antara kata-kata itu. Aku berharap lebih padamu, Sanca. Rasa cinta ini untukmu, selamanya.

Penulis: Hanif Yontar Rahma


Comments

Popular posts from this blog

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...