Cerpen Just a Dream


There I was again tonight. I invited to join a party with all my beloved friends. I was happy since I can meet my old friends there. On my way, it has gone happily but, then, when I was there, everything wasn't as well as what I have imagined. I was forcing myself to laugh with faking smiles. There was full with walls of insincerity. Then when all have been same old tired, I was shifting my eyes and I found a vacancy of love. I couldn't enjoy everything but him. What I have felt before, it vanished when I saw his face. All I can see is that it was enchanting to meet him. It just like his eyes whispered 'have we meet?'. Ohh God! his sillhouette crossed the room, and starts to make its way to me, then I founded in a lonely place.

'Hi, I'm Jhonatan, what's your name?'
'Oh, my name is Taylor. Nice to meet you'
'What's a great name. Nice to meet you too, taylor'

There was only both of us, then the playful conversation starts. I was countering all his quick remarks like passing notes in secrecy. Haha, what a great conversation. All I can say is I was enchanted to meet him. This night is sparkling and I don't let it go. At 2 AM one game question kept me up, 'who do you love?' I wonder till I'm wide awake.

I was wonderstruck with blushing all the way home. He made me crazy of love. His face is running up on my mind and I couldn't throw it out. It is what we called as love, isn't it? I know I'm pacing back and forth. In my life, he is the best boy that I ever met. My thoughts will echo his name until I see him again.

3 AM, I was in my own house. I was so sleepy then I went to my bed to have a sleep. Before I closed my eyes, I wish to meet him again, someday. 'Tokk.. tok… tok…' I heard someone knock my door, that wake me up. I went to my door to open it. And you know, I don't believe it, He was at my door. I would open up.

'Hey' he said.
I was getting stuck and I couldn't speak.
'May I enter?' asked him.
'Of course, you may'
We were sitting on ottoman.
'I..' he whispered slowly closer to my ear 'love you'

What is it? what's kind of condition that I was facing? does he love me too? Is it true? Oh my God, This night is flawless, we were dancing around all alone. This is my praying that this was the very first page of my love story and not where the storyline ends.

'Please, don't be in love with someone else' These are the words I held back as I was leaving too soon 'Please, don't have somebody waiting on you'.

'Kriiinnggg… krriiinnggg…' My alarm is ringing. I wake up from my bed, then I washed my face. I was looking for jhonatan and I be aware of I just have a dream.

Cerpen Karangan: Dwi Rahma Sari
Blog: dwirahmasarigoblog.wordpress.com

Cerpen It’s Always Been You

'Epinn, sini! Ada kepik kuning!'

'Panas Eliiin, pulang aja yuk!'
'Kamu kalo mau pulang pulang duluan aja deh!'
'Ya udah deh, aku tungguin.'

Ugh, senin lagi! Sabtu ke Senin itu cepet banget sih. 'Kaithlyn! Udahan belum? Udah jam stengah 7!' Panggil mama dari bawah. 'Ya maa! Bentar lagi aku turun!' Sahutku sambil cepat cepat membereskan tas. 'Kevin balik dari US kamu tau?' Lanjut mama setelah aku turun. 'Tauu, aku mesti temenin dia juga kan,' Jawabku sebal. Bukannya gak seneng temen kecilku itu balik kesini lagi, tapi gara gara kelamaan di US dia jadi banyak gaya dan kerjaannya clubbing mulu. Dan aku benci sama cowok yang suka ke club! 'Ya udah, bagus kamu tau. Cepet pergi, ntar telat lagi!'

'Hai Lin,' Sapa cowok itu sambil menyolek daguku. Centil banget kan gayanya, bikin keki! 'Apaan sih Kev, gak usah panggil gitu lagi. Sok imut!' Jawabku ketus sambil berjalan meninggalkannya. 'Come on Kaith! You miss me, admit it!' Teriaknya dari jauh, dengan senyum menyebalkannya itu. Dan yang lebih menyebalkannya lagi, aku emang kangen sama dia! 'Mau pulang apa enggak?!'

'Kamu kan tau Kev aku gak suka kamu ke club terus.' Udah hampir tiga minggu Kevin disini, dan karena dia gak ada kerjaan, setiap malam dia pasti clubbing. 'Fine, aku gak pergi deh hari ini.'

'I miss you, Kaith.. Waktu pertama kali mami ajak aku ke rumah kamu, aku gak mau karena mami bilang temen mami anaknya cewek. I thought, it was going to be a really boring day, tapi aku seneng banget aku ikut mami waktu itu. Somehow, when I looked at you for the first time, I felt something different. Like the last thing I want is seeing you cry. I feel like I want to protect you, from something I don't even know what. I've love you Kaith since the first time I saw you.'

Udah seminggu sejak Kevin bilang dia cinta sama aku, aku bilang sama dia aku juga cinta sama dia, tapi aku gak mau pacaran sama cowok yang suka ke club jadi dia janji gak ke sana lagi. 'Kemarin tidur jam berapa Kev?'
'Jam sebelas Kaithlynn, curigaan banget.' Dia bilang gitu, dan aku lagi lihat foto dia di club yang temennya upload di facebook tadi subuh jam dua. 'Don't lie to me, Kev. We both know you went to the club last night!' seruku seraya menunjukkan foto tersebut. 'Kamu bener bener pikirin deh Kev, do you really love me so much that you wanted to leave your night life?' Lanjutku lagi.
Malemnya Kevin chat aku. 'I need some times to think Kaith' aku gak bales.

Udah tiga tahun sejak kejadian itu, dan dia gak pernah hubungin aku lagi. Terakhir aku tau dari mama dia balik ke US nerusin kuliah dan business papinya. My life has changed either since that day, aku udah lulus SMA sekarang dan mau lanjutin kuliah ke US. Aku dapet beasiswa yang untungnya beda kota sama Kevin.

Los Angeles
I've always love winter, sunyi, tenang, damai. Dan walaupun benci dinginnya, setiap winter aku pasti ke taman untuk sekedar lihatin salju atau anak-anak main. Snowman, snowball war, girls making angels. It's a joy. 'True loves will always find each other, atau kamu sengaja kesini?' ucap seorang cowok yang tiba tiba udah duduk di sebelah aku.
'I got scholarship, I thought you were in DC.'
'I was, but I decided to moved here and be a better person'
'Are you a better person now, Kev?'
'I guess, I've never been to a club anymore.'
'Hmm, masih belum ketemu cewek?'
'There'll be only two women in my heart, it's my mom, and you, Kaithlyn Sanjaya. I love you so much, thirteen years ago, three years ago, today, tomorrow, ten years later, and forever.'

Cerpen Karangan: Sonia Meiliana

Cerpen Cinta Tapi Beda



     Dua orang sahabat. Perempuan dan laki-laki saling menyayangi. Mereka berdua banyak perbedaan, namun mereka lah yang bisa menutupi perbedaan itu satu sama lain. Mungkin keyakinan mereka membisikan napas-napas cinta persahabatan. Yang membuat kedua senyuman indah mereka berpadu menjadi satu jalinan kasih sayang, namun tak ubahnya seperti dua persahabatan. Dua hati di antara mereka saling mengerti, memahami dan mengajarkan kasih sayang dengan lembut. Lidia dan Kevin.

     Bertemu di suatu surau tepat saat tanggal 25 Desember 2003. Saat perayaan hari Natal bagi umat beragama kristen, tak terkecuali Kevin dan para sahabatnya menikmati keyakinan dan perayaan yang indah hari itu, sejuk sesejuk jiwa yang bermetamorfosa dengan indahnya bunga melati atau yang lain di sekitar surau dekat gerejanya. Sejak saat itu terjalin ikatan persahabatan antara Lidia dan Kevin. Mereka mulai bermain bersama, bersepeda, bahkan jika satu tetesan terlihat di antara satu sahabat, akan ada yang melengkapi dengan senyum. Senyum seorang sahabat yang sejati, yang tak pernah lelah mengajarkan kebaikan dan ketabahan hati saat semua orang menjauhi meskipun diri sahabatnya itu salah sekalipun. selalu bersama. Tak heran bila mereka di katakan seperti orang berpacaran.. iya lebih tepat jika sepasang saudara, maklumlah kebersamaan itu sejak mereka berumur 6 tahun, sudah 9 tahun sekarang. Selalu sama, selalu terjadi kenangan-kenangan sederhaana canda tawa atau permainan layangan yang dulu mereka mainkan.

"Li ingat waktu kecil kita bermain seperti ini?"
"jangan ngaco Kev kalau ngomong, kaya baru aja kita sahabatan haha"

     Saat ini Lidia mendidik otak nya, mengasah dirinya di SMP 3 Kenanga Raya, sedangkan Kevin bersekolah di SMP Citra Raya. Meskipun adat dan keyakinan yang berbeda, mereka selalu yakin jika salah seorang dari mereka tidak mungkin meninggalkan persahabatan walaupun tidak ada persamaan adat. Merekalah yang akan menyampaikan lentera persahabatan yang sejati, sehingga mereka merasakan betapa mulianya kisah mereka dengan perbedaan yang abadi.

     Suatu hari, mereka janji pulang sekolah bersama. Kevin menunggu Lidia di depan sekolah, rencananya mereka mau pergi ke kantin sekedar minum air fanta. Di situ ternyata Lidia bertemu dengan teman-temannya, lalu dia bergabung dan mengajak Kevin berkenalan. Lidia memang agak tomboy, seperti tidak berkesan sebagai seorang wanita, keindahan tubuhnya saja terlihat, itu pun teramat sayang bagi Tuhannya yang melihat. sikap nya saja saat sedang minum waktu itu kurang sopan. Celana dalam Lidia terlihat dan Kevin juga sempat melihatnya sekilas. Dengan perasaan geli, Kevin berdehem dan berkata
"em... siapa ya yang celana dalamnya keliatan, warna merah lagi.. wow... hehehehe". Spontan saja Lidia kaget dan menyadari bahwa dirinya yang dimaksud Kevin. Lidia menyeret Kevin keluar kantin sekolah dan berkata
"Kamu nih apa-apaan sih vin! gak tau perasaan orang banget! gue tuh malu!".
"Maaf Lidia sayang, aku kan bercanda, lagian kamu juga gak tau sopan santun banget! Cewek harusnya feminim dikit kenapa, keindahan kamu bukan diliat dari cantiknya kamu berdandan atau cara berpakaian yang gak nutup aurat. Bunda kamu sendiri kan pernah bilang itu, aku aja gak lupa?".
Lidia sedikit mengerti apa yang Kevin maksud, dia terdiam, terlintas di benaknya merangkum beberapa kata yang agung didengarnya.
"makna yang kamu katakan akan aku indahkan kok, aku udah salah. Maaf ya sayang? kita pulang yuk!" sambil menggandeng tangan Kevin.
"Li ntar gue main ke rumah lo boleh? Tante mau mbikin kue katanya?"
"Iya main aja. Aku ngerasa sepi kalau kamu pergi"
Sungguh tatapan Kevin setelah Lidia mengatakan itu terasa berbeda.

Sore harinya, Kevin mengajak Llidia untuk bersantai di taman dekat rumah sambil makan kue.
"Vin?"
"hem?"
"gitu amat, ngliat aku kek kalau lagi ngomong, aku kan gak suka dicuekin sama kamu"
"hem"
"gak peka!"

     Beberapa menit Lidia mendiamkan sahabatnya itu, perutnya terasa geli dari belakang, Kevin pasti sengaja nih, pikirnya. Lidia bangkit lalu berlari mengkuti alur bumi memutar taman dan Kevin mengejarnya. Sungguh itu mengingatkan peri kecil yang dulu saling bercanda tawa dengan pangerannya. Enam tahun yang lalu.
Setelah agak lama bermain kejar-kejaran, Kevin mengajak Lidia ngobrol di taman itu.
"Li? Lo diem aja? Aku barusan salah?".
"Cape doang, cubitan kamu keras banget tadi, sakit Vin"
"Iya, kok kamu pake baju kayak gitu sih? gak biasanya mamerin aurat. Kamu lebih indah berjilbab. Aku mengingatkan kamu dalam kebaikan, itu petunjuk Tuhan mu kan? Kamu lupa lagi kata bunda?". Kata Kevin menatap mata sahabat kecilnya.
"Eh em cuacanya panas banget"
"Sepanas apapun juga aku bakal bikin kamu nyaman, tapi kamu jangan gini lagi ya? Janji?"
Ya Tuhan, ini belaian Kevin? Jangan putuskan cinta persaudaraan kita, aku tak ingin telapak tangan yang kekar ini berhenti membelai dan memelukku dengan lembut. Biarlah setiap jengkalnya senantiasa menawarkan keindahan.

     Hari terus berlanjut, lentera mentari siang itu mungkin agak membakar keluhan orang-orang yang merasakannya. Sehingga mereka hanya bersantai menunggu senja menampakan diri untuk beradu dengan wajah sang malam.
Waktu menunjukan pukul 01.00 siang. Lidia merasa sangat pusing, dia tidak bisa menemani Kevin les basket di tempat Pak Dian. Jadi dia menemui Kevin di sekolah untuk ijin pulang dulu. Waktu sedang ngobrol sebentar dengan Kevin, tiba-tiba ada tetesan darah dari hidung Lidia.
"Iya Vin jadi aku kesini mau..."
"Memperlihatkan tetasan darah itu keluar dari hidung mungil kamu?" Kevin merasa dibohongi. Dia khawatir, dia kaget, dia merasa dinomer duakan tentang kepercayaan Lidia kepadanya.

     Lidia sudah khawatir, jangan-jangan penyakit nakal ini akan memperlihatkan kebesarannya mengganggu kehidupanku di depan sahabatku sendiri. Sejenak mengamati, Kevin membersihkan darah yang terus bertambah banyak dari hidungku, terasa sangat lembut sentuhan kapasnya.
"mengapa Lidia tidak pernah bercerita tentang penyakitnya. Mengapa dia tega merahasiakan ini pada sahabtnya sendiri" Itu percakapan Kevin dengan mata hatinya.
"Jadi apa yang kamu sembunyikan dariku?"
"Hanya pusing"
"Pusing memikirkanku? Makanya kamu gak pernah cerita sama aku?"
"Enggak tapi aku gak papa, bener Vin"
Lidia menyembunyikannya di pelukan Kevin. Dia tak ingin Kevin menghancurkan rahasianya. Dia tak ingin bicara saat itu. Dia hanya ingin menikmati saat-saat indah dengan sahabatnya.

     Semenjak Kevin mengetahui penyakit Lidia dari Bunda, Kevin tak pernah lagi mengajak Lidia bermain seperti dulu. Dia takut terjadi apa-apa jika Lidia terus kecapaian dan penyakitnya kumat lagi. Menembus kebahagiaan Lidia. Kini Kevin juga harus fokus kepada pacar barunya. Via.

     Hampir setiap hari Kevin selalu bersama Via, entah itu pulang sekolah, makan bareng, belajar sampai ke gereja pun mereka selalu bersma. Pernah Lidia melihat sahabatnya itu bersama dengan Via ketika dia hendak pergi ke masjid, entah mengapa perasaan Lidia sangat sakit, perasaan ini tak berbunga, tidak juga benuansa melati yang setiap saat Kevin berikan padanya. Rasanya Lidia seperti menanti keajaiban bila dia harus meninggalkan kedamaian kota dan kegundahan hatinya. Lidia cemburu. Ya bagaimana dengan kisah manis dan segala kesedihan yang mereka lewati selama 15 tahun harus terpisah hanya karena setetes darah sebagai buktinya? Lidia menganggp bahwa Kevin telah melupakannya dan karena Kevin sudah tau penyakitnya, Lidia merasa sahabatnya itu jijik untuk dekat dengannya. Lidia selalu mengurung diri di rumah. Dia selalu menangis. Tapi di dalam lubuk hatinya, dia akan tetap bersikap seperti dulu, saat kanker itu belum menyerang otaknya.

     Suatu hari, Lidia bertekad menemui Kevin saat pengumuman lulusan di umumkan. Dia ingin melihat kilasan senyum yang menawan, yang membuat pandangan matanya hanya tertuju pada senyuman itu. Atau belaian lembut yang dia nantikan 2 tahun ini. Dia melihat Kevin sedang mencari-cari namanya di urutan lulus atau tidak. Saat itu Kevin sedang bersama Via. Dari belakang, Lidia menepuk pundak Kevin.
"Dooorrr! lagi ngapain kalian berdua?", tanya Lidia dengan senyum terpaksa.
"eh Lidia, ngagetin aja,! dasar anak kecil ya... gak tau orang lagi bingung nyari nama" dia melanjutkan, melihat wanita yang ada di sampingnya. Dirangkulnya dia, lalu,
"oh ya Vi ini sahabat ku dari kecil, Lidia"
"Hay, seneng bisa kenal kamu"
"Iya sama-sama, Vin aku nyariin kamu, aku berusaha pengen deket kamu terus, tapi rasanya gak bisa. Kamu kaya sunyi banget buat aku?" Lidia tiba-tiba mengumbarkan semua gejolak yang terus menekannya.
Kevin bingung apa yang harus dia lakukan. Dia harus pertahankan siapa, sahabatnya atau satu gadis yang mengganggu persahabatannya dengan Lidia. Gadis yang sebenarnya sangat licik itu.
"Lidia denger! kamu itu terlalu muda dan terlalu resah buat nyari kesunyianku, aku udah punya cewek dan kamu masih aja perduliin aku? Aku gak bakal bisa balik sama aku, aku mohon pengertiannya. Hapuskan aku dari bayangan-bayanganmu setiap hari juga hapus aku dari hidupmu"
"Aku sangat.." Lidia tak bisa melanjutkannya karena terpotong.
"Tolong pergi, sekarang Lidia, bukan satu detik lagi atau berjam-jam kamu berdiri disini" bentak Kevin.
"Ketika Tuhan memberikan satu kebahagiaan untukku, maka aku memilih memberikan kebahagiaan itu untukmu Vin"
"Plis pergi.."
Lidia merasa tertekan saat itu, dia menahan air mata, namun dia masih bisa menggerakkan matanya tanpa setetes air mata. Hanya tersenyum. "Aku pulang dulu ya, tadi cuman liat terus mampir" kata Lidia.

     Kevin sempat ingin mengejar peri kecilnya itu, dia merasa salah berkata yang tak penting dia katakan pada sahabatnya. Tapi dia ingat disitu juga ada Via. Gadis berpegang teguh pada pelukan Kevin agar Kevin tak bisa lari mengerjar Lidia. Dia memutuskan untuk tidak mengejarnya, mungkin Lidia merasa kurang diperhatikan. Tapi, bagi Kevin itu semua hanya kenangan. Dia ingin kembali menjumpai masa lalunya, meneruskannya dengan akhir yang bahagia. Rasanya sulit, di sampingnya berdiri gadis yang akan menjadi permaisuri di hatinya. Mungkin. Atau sekedar pura-pura.

     Satu minggu berlalu, Kevin dan Lidia tidak pernah berhubungan lagi. Sampai saatnya tiba, Kevin datang ke rumah Lidia dan melihat Lidia terbaring lemas di kamar. Lidia meneteskan air mata saat Kevin berjalan menuju tempat tidurnya. Dia berusaha bangkit dari ketidakmampuannya berdiri menyambut pangeran terindah yang dulu dia miliki.
"Berikan kemudahan kepadaku yang serba kekurangan ini Ya Allah untuk merasakan kebahagiaan dalam kesederhanaanku, jika cinta itu indah tolong labuhkan hati ini kepada lelaki itu" Lidia berangan beberapa saat.
"Sayang, aku minta maaf untuk segala kesalahanku, kamu sahabat terindah yang gak bisa aku lupain gitu aja. sini sandarkan badan kamu di tubuh aku, inget ya, aku yang bakal menopang tubuh kamu waktu kamu kehilangan semua tenagamu. Aku yang berusaha ada di belakang jejak langkah kesedihanmu, cuma aku yang ingin ngebahagiain kamu tapi aku mau bilang sesuatu..."
"Iya itu sekedar kata-kata kamu, pada kenyataan kamu gak pernah ada buat ngehibur aku kan pas aku sakit kaya gini? sekarang aku ngerasa apa yang aku punya itu balik lagi termasuk semangatku.
"Lidia, aku rindu sama kamu, aku ingin kamu selalu ada buat aku, menjadi sahabat aku selamanya, seutuhnya, aku pengen meyakini satu rasa yang gak akan pernah berubah dari diri kamu buat aku, tapi aku harus pergi. Ayah menyuruhku pindah ke Malaysia. Aku harus sekolah disana. Karena ayah tak bisa meninggalakan pekerjaannya, aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku akan ada di setiap senyum dan tangisanmu, aku gak akan pergi, aku selalu di hatimu, meskipun ribuan atau bahkan milyaran kilo jejakmu terpisah denganku, hubungan kita jangan sampai putus ya?, kamu janji bakal hubungi aku, sayang ya sama kesehatanmu? Seperti kamu sayang sama aku" kata Kevin dengan nada sedih.
"Aku juga minta kalau aku pergi, kamu gak boleh nangis... aku selalu ada di mimpi-mimpi kamu buat kamu senyum kayak dulu lagi..", jawab Lidia dengan pelan.
"Pergi kemana? Ke sini? Di hati aku?"
"Enggak, kan Tuhan sayang sama kita, kalau Tuhan pengen minta ditemenin sama aku kan aku harus pergi?"
"Loh kenapa ngaco gitu ngomongnya?"
"Bapa kamu pernah bilang kan kalau dia sayang sama anak-anaknya, dia mengistimewakan kita, mengistimewakan kamu juga, itu tergantung waktu, kalau kita boleh milih juga kita maunya tetep kaya dulu lagi kan"
"Lidia, aku sayang sama kamu, kamu besok anter aku ke bandara ya? Yang mau aku liat terakhir itu kamu sama senyuman indah kamu.
Gejolak rasaku sepertinya mulai tumbuh berbeda jauh dengan beberapa minggu sebelumnya. Ini rasanya berat, satu elektron menancap kuat di dadaku, berputar-putar memilih antara senyuman terakhir untuk dia atau tetap tidur demi kesehatannya.
"Bagaimana dengan Via?"
"Aku cuma liat masa depan Li, bukan masa lalu, masa depan sama kamu nantinya"
"Jadi kamu?"
"Udah putus sama Via"
Lega. Hanya itu satu rasa yang aku paparkan di sebelah kesedihan yang bergejolak sangat kuat.

     Esok harinya di bandara. Terakhir kali sebelum mereka berpisah, Lidia sempat bepesan, hanya beberapa kalimat dan itu akan selalu Kevin simpan di hatinya
"Kevin, kamu sahabatku, aku sayang banget sama kamu. Misalnya aku jadi pergi, lebih jauh dari kamu, kamu janji harus selalu inget kenangan kita selama ini, kamu gak boleh sedih, kamu gak boleh lupain aku. Aku bakal liat kamu disana, dari mata hati aku meskipun aku cuma sahabat yang selalu nyusahin kamu, buang-buang duit kamu, sering emosian gara-gara aku tertekan sama penyakit aku, aku minta maaf?".
"Enggak Lidia, itu salah. kalau aku mikir kaya gitu, gak mungkin aku mau sahabatan sama kamu selama ini, kamu itu peri kecil yang Tuhan kasih buat aku. Kamu itu anugerah, aku sayang kamu kok. Udah ini air matanya jangan pernah dikeluarin lagi ya? Kamu cantik kalau senyum. Kamu sahabat paling cantik yang pernah aku kenal"
Sejenak mereka bertatap muka. Memperhatikan raut wajah yang sudah berganti, mungkin sudah semakin dewasa, angan yang tak pernah mereka lupa, kisah jenaka dan suka cita mereka.
Walau pun kedua planet cinta itu berjarak jauh, setiap hari mereka selalu berhubungan lewat e-mail. Kevin selalu mengirimkan support untuk Lidia disaat selagi Lidia masih bisa menikmati indah dunia. Penyakit kanker yang menyerang otak Lidia tak selamanya bertahan.

     Semakin hari Tuhan memberi pertanda untuk Lidia. Tuhan kasihan melihatnya kesakitan. Bunda berusaha mencari dokter dan dimanapun dokter itu berada, tapi mereka semua berputus asa. Lidia menerima kenyataan ini bila dia harus berakhir, tanpa sosok Kevin disaat terakhir dia hidup. Dia hanya berharap Kevin selalu datang ke dalam mimpi indahnya, malam itu di sebuah rumah sakit Pelita, Jakarta Utara. Untuk semua kisah yang selama ini dia kenang dalam memory kecilnya. Dan semangat yang tak pernah redup karena sahabatnya, sahabat yang sangat mulia.

     1 Juli 2012. Saat pertama kali masuk SMA, sekolah yang diidamkan semua siswa di dunia setelah lulus SMP dan disitulah detik terakhir sebelum Lidia pergi, dia sempat membuka e-mail terkhirnya yang mungkin esok hari dia tidak dapat membukanya. Dia terhenyak dan mengalirkan begitu deras air matanya karena yang dibacanya ini..

From: kevinsaputra@gmail.co.id
To: lidiayuda@gmail.com
Hal: Makna Di hatiku

     Lidia, aku tahu tentang perasaanmu waktu kamu bertemu aku saat aku sedang bersama pacarku, via. Aku tahu dari sorot matamu kalau kau rindu kasih sayangku. Aku udah lama banget mendam perasaan ke kamu. Aku sayang banget sama kamu, mungkin aku mencintaimu. Aku sadar dunia kita memang berbeda. Aku melampiaskan cintaku ke via biar aku bisa lupain kamu, tapi aku gak bisa. aku rindu akan senyumanmu, keceriaanmu waktu bareng sama aku. kamu harus ada kalau nanti kau kembali ke Jakarta... aku yakin kamu bisa sembuh meskipun aku Cuma bisa support kamu dari sini.. aku takut kalau dari dulu aku bilang tentang perasaanku ke kamu, itu Cuma ngerusak persahabtan kita. Aku gak pengen kehilangan kamu Lidia.. kamu harus bisa, untuk aku, aku tau kamu juga cinta sama aku. Cinta kita hanya terhalang perbedaan keyakinan. Dan itu sebabnya kenapa aku tidak memberitahuimu sejak dulu. Salam Kevin.

     Tangan lidia bergetar saat hendak membelas kiriman Kevin. Darah dari hidungnya terus keluar, namun dia harus bisa menulis sesuatu. Entah apa itu, tetapi harus.

From: lidiayuda@gmail.com
To: kevinsaputra@gmail.co.id
Hal: Makna Cintaku

     Aku gak tahu aku harus ngomong apa. Aku cinta sama kamu Vin... aku tahu kecocokan jiwaku udah ada buat kamu sejak dulu, itu mungkin akan abadi dalam hitungan tahun abad atau setelah aku pergi nanti. Walaupun berbeda cintaku sepenuh hati. Cinta ini yang mengurus air mataku menjadi rasa yang abadi buat kamwebf. Maaf akuffj susah menulis katwe-kata ini. Aku lelah dengan jemari ini. Hanya untuk bersamamu, aku rela menerobos rasa sakit yang kian djkeno. andai waktu bisa terulang, setidaknya aku masih bisa mengungkapkan perasaanku langsung tanpa darah di hidungku yang kian m...

     Belum sempat lidia mengirim balasannya ke Kevin, dia jatuh. Tertidur pulas. Untuk selamanya. Untuk menemui sang Khaliq, menemani Tuhan disana. Namun tuhan punya rencana lain. Tuhan sayang dengan Lidia, dia ingin Lidia kembali kepada-Nya.

"Bunda tau nak, kamu bisa setegar ini karena Kevin, bunda ikhlas nak, bunda sayang sama anak bunda. Bunda gak ingin kamu sedih karena liat bunda nangis kayak gini. Kamu yang bahagia ya nak disana, nanti Lidia hadir kalau bunda lagi tidur, Lidia cerita ya sama bunda kalau disana tempatnya nyaman buat anak Bunda ini"

     Kini lidia telah bisa tegar, bukan tegar, dia tak kan pernah merasakan sakit apapun. Tuhan telah memepersiapkan takdirnya untuk kita. Lidia anak yang kuat. Dia selalu tersenyum meski fisik dan hatinya sangat terluka. Bu Eva melihat e-mail yang belum terkirim, segera dia kirimkan kepada Kevin. Bu Eva juga menghubungi Kevin kalau Lidia sudah pergi. Sudah menemui Kuasa-Nya. Cinta mereka tak kan bersatu. Kevin pulang ke Jakarta saat Lidia baru saja dikuburkan. Dia hanya bisa memberi senyuman pada bunga-bunga melati dan tanah yang kini menutupi sosok tegar yang dia cintai segala kekurangannya. Dia berjanji, suatu saat nanti.. Dia akan menyambut cintanya, di dunia yang lain. hal yang tidak berubah itu indah, tapi hal yang indah pasti berubah. Dia ingat kalimat itu sebelum Lidia meninggalkannya.

End.

Penulis: Alifa Zuhroh Maulida


Cerpen Tak Ada Yang Berubah Meski Sayap Telah Patah



"ma... kaca mata aku dimana?" Icha menggeledah tasnya yang ada di ruang tamu.
"ini sayang.. tadi mama lihat kacamata kamu kotor, jadi mama bersihin" jawab mamanya dengan sangat lembut.
"oh, makasih ya ma.. ya udah aku kuliah dulu ya ma.. Assalamuallaikum"
"Wa'allaikumussalam, hati-hati sayang"

     Dengan motor vespa pemberian kakenya Icha bergegas ke kampus, jalan yang biasanya padat merayap kini tampak lancar karena hari masih cukup pagi. Icha memang sengaja berangkat lebih awal karena ia janjian sama Yoga, Icha meminta Yoga untuk menjelaskan materi yang kurang ia kuasai. Yoga adalah teman Icha sejak SMA, kini mereka kuliah di universitas yang sama namun beda jurusan.
"kemana aja sih cha.. lihat.. ini udah jam berapa..!" tanya Yoga tampak kesal.
"ya maaf Ga.. sepuluh menit aja kok.."
"ya udah, cepet.. setengah jam lagi aku harus ketemu sama dosen.."
"ya udah... sabar kek.. ni.. yang ini.. aku enggak ngerti" menunjuk kepada suatu halaman.
"....." Yoga menjelaskan satu per satu hal yang ada di halaman itu.
Icha tak sepenuhnya fokus pada penjelasan Yoga, sesekali ia melihat ke arah Yoga, entah apa yang ia pikirkan.
"udah ngerti?" tanya Yoga.
"..." Icha tak menjawab dan hanya diam memperhatikan Yoga.
"cha!" tegur Yoga sedikit menekan.
"ah? Apa?"
"udah ngerti?"
"belum.."
"ya ampun cha.. dari tadi satu persatu aku jelasin tapi kamu enggak ngerti? Kebiasaan kamu cha.. ya udah.. nanti aku jelasin lagi.. sekarang aku harus nemuin dosen dulu" Yoga pun berlalu ninggalin Icha yang tersenyum manis di belakangnya.

     Di kelasnya Icha sudah ditunggu Riki dan Safli untuk latihan gitar bareng. Dengan gitar pinjaman Riki.. Icha memainkan sebuah lagu yang indah, lagu ciptaannya sendiri. Baru setengah lagu, Yoga lewat depan kelas Icha dan mendengar suara Icha yang merdu, ia terdiam di pintu kelas Icha dan tak sadar jika teman-teman Icha memperhatikannya.
"Yoga...!" seru beberapa cewek dari luar kelas.
Yoga ngartis di sekolah, selain baik dan pintar dia juga ganteng (aw), tak sedikit gadis yang klepek-klepek dan histeris saat melihat Yoga. Sadar akan kehadiran Yoga yang disambut cewek-cewek cantik Icha pun memandangnya dan terus memainkan lagunya.
"cha, lo enggak cemburu gitu?" Safli memegang bahu Icha.
"cemburu? Untuk?" Icha meletakan gitar di lantai.
"ya lo kan deket sama Yoga.."
"gue sama Yoga Cuma temen" jawab Icha sambil tersenyum.
"Cha..!" Yoga berusaha memanggil Icha walau cewek-cewek itu menghalanginya.
"Cha, tu dipanggil Yoga.." bisik Riki.
"apaan, salah denger kali" jawab Icha malas.
Melihat Icha begitu cuek kepadanya, Yoga pun pergi meninggalkan cewek-cewek itu dan kembali ke kelasnya. Sepanjang jalan menuju kelasnya, tak henti-hentinya para cewek memandangnya kagum.

Diparkiran..
Di bawah pohon Yoga duduk di atas motornya, sudah satu jam ia menunggu Icha. Tak lama kemudian ia lihat Icha mulai mendekati vespanya, "Icha..!" ia berteriak memanggil Icha. Tak seperti biasanya Icha selalu riang ketika mendekati Yoga, kali ini ia berjalan lesu dan lambat.
"apa?" tanyanya lirih.
"kamu kenapa sih? Gitu banget"
"gak apa-apa"
"kata salah satu akun twitter.. ketika cewek bilang ga apa-apa itu berarti ada apa-apa"
"sok tahu"
"jutek banget sih"
"biarin"
"Icha... ya udah.. aku mau ngomong.."
"silahkan"
"Cha, aku suka sama kamu.. aku sayang sama kamu.. aku tahu kamu juga sayang kan sama aku.. eeemmn.. would you like to be mine?"
"Yoga? Kamu bercanda..?"
"ada saatnya aku bercanda.. tapi ada saatnya aku serius! Cha..?"
Dengan malu-malu Icha menganggukan kepalanya, Yoga pun tersenyum lebar dan terus memandang Icha dengan wajah yang memerah. Tak mampu menahan gugup yang luar biasa, Icha pun segera menunggangi vespanya dan meninggalkan Yoga.

     Bulan demi bulan mereka lewati bersama, fans Yoga tak percaya akan hubungan Yoga dengan Icha. Beberapa dari mereka membenci Icha bahkan menerornya, tapi tanpa lelah Yoga terus meyakinkan Icha.
Dewi, teman Yoga selalu dihantui rasa iri dan cemburu setiap melihat kedekatan Yoga dengan Icha. Seribu cara ia pikirkan untuk memisahkan mereka.

"Cha.. lo itu apain Yoga sih? Lo pelet Yoga ya?! Lo itu enggak ada apa-apanya kalau dibandingin sama gue! Yoga enggak pantes buat lo! Pantesnya sama gue!" bentak Dewi kepada Icha di sebuah lorong kampus tapi Icha hanya bisa diam.
Yoga yang tak sengaja melihat Icha dan Dewi segera menghampiri mereka dengan wajah santai. Yoga menggandeng Icha dan menatap sinis Dewi, itu membuat Dewi semakin membenci Icha.
"Kata Dewi aku enggak pantes untuk kamu Ga.. bener dia.." Icha mulai menangis.
"kamu jangan dengerin dia! Kamu tahukan dia itu gimana orangnya.. udah, setetes air mata kamu jauh lebih berharga dari sebutir mutiara.. jangan dibuang-buang.." Yoga berusaha meyakinkan Icha.
Yoga menggenggam tangan Icha yan gemetaran karena takut jika Dewi akan menyakitinya. Yoga berpikir apa yang harus ia lakukan agar Icha tersenyum lagi, satu ide manis melintas di pikirannya.
"Cha, aku punya permainan.."
"apa?"
"dah lama kan kita enggak main engklek.. main yu.. eh tu ada tukang balon.."
"kamu mau beli balon?"
"iya, ni ada 2 balon.. yang kalah harus joget segila-gilanya ok? Kamu pasti kalah"
"ok, siapa takut..? PD banget. Terus balonnya untuk apa?"
"balon ini untuk ngirim surat ke angin"
Mereka main engklek di taman, taman itu memang mempunyai satu lokasi yang biasa digunakan untuk refresing. Mereka tertawa dan terus bercanda, walau di taman ada beberapa orang namun tiada yang memperhatikan mereka. Dari jauh Dewi memperhatikan mereka dengan rasa benci yang mendalam.
"HAHAHA akhirnya aku juga yang menang... aku bilang apa.. ni kamu tulis apa kek terserah terus kita terbangin bareng ya.."

     Setelah mereka berdua menulis suratnya, secara bersama-sama mereka melepas balon-balon itu. Yoga melihat senyum Icha yang selalu membuatnya merasa nyaman dalam keadaan apapun.
"ya udah yang kalah joget donk.." suruh Yoga.
'hah! Jadi beneran joget?!" tanya Icha kaget.
"ya iya donk..."
"hih... malu-maluin.."
"siapa suruh kalah.. wleeek"

     Setelah mengumpulkan sejuta keberanian dan menutup rasa malunya, Icha harlem shake an di tengah taman. Orang-orang yang ada di taman tertawa keheranan melihat Icha. Tapi tiba-tiba "AW" kakinya terkilir, Yoga dengan sigap memegangnya agar tak jatuh.
"sakit.." rintih Icha.
"ya udah.. sini aku gendong.. hati-hati" Yoga mulai menggendong Icha.

     Hari ini Icha memang ke kampus bareng Yoga karena vespanya mogok, padahal rumah mereka lumayan berjauhan. Sesampainya di rumah, Yoga memijat kaki Icha dan kemudian Icha merasa kakinya jadi lebih baik walau masih sakit. Karena sudah sore Yoga pun pamit pulang.

     Hari ini hari 16 Agustus 2013, hari jadi Icha dan Yoga yang ke satu tahun. Yoga berencana mengajak Icha jalan ke luar. Dengan kemeja kotak-kotak Yoga menjemput Icha, setelah menunggu beberapa lama kemudian Icha keluar dengan jilbab merah mudan dan gaunnya.

     Mereka pergi ke tempat wisata air terjun, Dewi yang mengetahui kepergian mereka terus membuntuti mereka. Di pinggir air terjun bagian atas Icha dan Yoga berlagak seperti satu adegan di film Titanic, dimana kedua pemeran utama melentangkan tangannya. Kecemburuan Dewi semakin mempuncak, ia mempunyai satu ide jahat, ia berniat melukai Icha.
Dengan penampilan yang berbeda tentu membuat Yoga dan Icha tak menyadari kehadiran Dewi. Ketika Yoga dan Icha melepaskan tangan mereka tiba-tiba Dewi dengan sengaja menabrak Icha. Secara reflek Yoga menarik Icha namun ia terpeleset dan akhirnya jatuh ke pinggir air terjun.
"Yoga...!!!" teriak Icha.
Dewi sangat ketakutan ketika ia tahu bahwa yang jatuh itu Yoga, lelaki yang ia cinta, dengan rasa bersalah Dewi melarikan diri sedangkan Icha segera menghampiri Yoga yang sudah dikerumuni banyak orang.

     Suara ambulan mengiringi tangisan Icha melihat Yoga yang tak sadarkan diri, tangannya bergetar kencan. Setibanya di rumah sakit ia terus menangis di depan pintu UGD.
"tante.. Yoga jatuh tante.." dengan tersedu-sedu Icha memberanikan diri untuk menghubungi ibu Yoga.
Tak lama kemudian keluarga Yoga berdatangan begitu juga dengan Riki dan Safli, Icha tak berhenti menangis. Karena waktu sudah menunjukan pukul 15.10 Icha pun bergegas ke mushola bersama Riki dan Safli, dengan sangat khusuk dan air mata yang tak kunjung mengalir ia memohon agar Allah menyelamatkan Yoga.

     Semalaman Icha berdiam diri di ruang tunggu bersama keluarga Yoga yang hanya diam berulang kali Icha berusaha bertanya kepada keluarga Yoga tapi tak satu pun jawaban ia dapatkan. Tak lama kemudian di atas tempat tidur ia melihat Yoga yang belum sadarkan diri, ia merasa ada yang aneh dengan Yoga.

Keesokan hari..
Ibu Yoga tak mengizinkan Icha membuka selimut tebal yang menutupi tubuh Yoga dengan alasan takut Yoga kedinginan. Tak lama kemudian mama Icha datang dengan membawakan pakaian bersih untuk Icha. Setelah membersihkan diri Icha kembali menemani Yoga, tak lama kemudian Yoga mulai membuka matanya, kata yang pertama ia sebutkan adalah nama "Icha".
Dengan sangat bahagia Icha mengelus-elus rambut Yoga, semua yang menemaninya terdiam tanpa suara. Hingga Yoga merasa ada yang aneh pada dirinya.
"kok kaki kanan sama tangan kanan aku gak bisa gerak sih..?" Yoga bertanya-tanya.
"kenapa Ga? Coba aku lihat.."
Dengan penuh kasih sayang Icha membuka sebagian selimut tebal yang menutupi tubuh Yoga, betapa terkejutnya ia ketika melihat tangan kanan Yog ayang ternyata diamputasi. Ia segera melanjutkan ke arah kaki, air matanya semakin menderas melihat kaki kanan Yoga yang juga telah tiada. Yoga yang belum bisa menerima semua itu terus menangis, semua yang ada di kamar terus menangis melihat Yoga, tapi dengan ketegarannya Icha menyerahkan bahunya untuk Yoga menangis.
Minggu demi minggu berlalu, Yoga belum mau berkata banyak, ia lebih sering menangis dan berdiam diri. Dewi yang mendengar kabar itu langsung datang ke rumah Yoga, betapa terkejutnya ia ketika melihat Yoga terduduk di kursi roda ditemani Icha. Dewi merasa bersalah tapi ia tak sanggup mengatakan yang sesungguhnya, ia pun pergi entah kemana.

     Setiap pulang dari kampus Icha selalu menyempatkan diri untuk menemani Yoga. Berkali-kali ia memencet bell tapi tak ada yang membuka pintu, terpaksa ia lompat pagar belakang karena melihat pintu dapur tidak ditutup.
"Yoga..?"
Tiba-tiba ia mendengar suara air dan suara tangisan, ia segera lari ke arah kamar mandi. Betapa terkejutnya Icha ketika melihat Yoga tergeletak di lantai kamar mandi dengan air shower panas yang membasahi Yoga, sepertinya Yoga terpeleset beberapa kali. Icha memapah Yoga dan mengganti pakaian luarnya, ia melihat kulit Yoga menjadi kemerahan karena tersiram air panas. Dengan lembut Icha mengobati Yoga yang pura-pura menahan sakit.
"aku gak bisa apa-apa.. aku hanya bisa nyusahin orang lain aja" kata Yoga lirih.
"kamu ngomong apa sih!"
"seharusnya kemarin aku mati aja, biar enggak nyusahin orang terus"
"Yoga! Allah masih sayang sama kamu.. ini semua kecelakaan, kamu harus buktikan kalau kamu kuat"
"aku enggak sanggup cah.. pasti sebentar lagi kamu juga akan ninggalin aku"
"Yoga! Alu gak suka kamu ngomong gitu.. kalau kamu ngomong gitu sama aja kamu ngeraguin aku dan aku benci diraguin! Kalau kamu enggak kuat biar kaki dan tangan aku jadi kaki dan tangan kamu.. Insya Allah aku gak akan ninggalin kamu.."
Yoga pun menangis dalam rangkulan Icha. Dalam hatinya ia sangat ketakutan bila Icha meninggalkannya tapi ia juga tak mau mempertaruhkan masa depan Icha, yang ia tahu ia sangat mencintai Icha.

     Setiap hari Icha menghibur Yoga, ketika Yoga hendak berdiri ia ingat saat Yoga menggongnya.. Icha pun terus memapah Yoga kemana-mana ketika Yoga lelah terus terdiam di kursi roda. Keluarga Yoga terharu melihat Icha yang tak meninggalkan Yoga dengan keadaan seperti itu. Suatu sore ibu Yoga berbincang dengan Icha, ia memberikan sebuah bingkisan yang katanya dari Yoga.

     Setelah ia membuka bingkisan itu ternyata isinya adalah lampu proyektor bintang dan sepucuk surat dari Yoga. Membaca kalimat demi kalimat dari surat itu membuat Icha terharu dan menangis bangga memiliki Yoga. Semakin hari cintanya semakin besar walau ia tahu keadaan Yoga sekarang.

     Suatu hari teman-teman Yoga datang berkunjung, betapa kagetnya mereka melihat Yoga bisa tersenyum dengan keadaannya yang seperti sekarang. Ketika ditanya "apa alasanmu untuk tersenyum saat ini?" ia menjawab "aku punya Allah.. aku punya keluarga.. aku punya teman.. aku punya Icha.. mereka lebih dari sekedar kaki dan tangan", teman-temannya pun terharu dan memeluknya erat-erat.

     Karena waktu sudah menunjukan pukul 12.30 mereka bergegas mengambil air wudhu dan sholat dzuhur berjama'ah. Walau tak menjadi imam tapi Yoga tetap bersemangat dengan kursi rodanya di syof pertama di belakang imam.
Walau kehilangan tangan dan kakinya tapi ia tak kehilangan cinta dari orang-orang yang ada di sekitarnya, walau kehilangan fans-fansnya tapi ia tahu fans itu bernilai nol. Dengan tulus hati Icha terus mendampingi Yoga, walau orang tuanya selalu menyuruhnya meninggalkan Yoga tapi keteguhan hati dan cintanya membuat ia bertahan.

     Kini Yoga dan Icha sering berduet di acara pernikahan dan acara penting lainnya. Orang yang mendengar suara mereka dan melihat cinta mereka terharu, beberapa di antara mereka merasa malu dengan kesetiaan Icha. Sedangkan Dewi kini ia tak pernah kelihatan lagi, entah kemana perginya ia tak ada yang tahu. Dan seperti janjinya, Icha tak meninggalkan Yoga sendirian.

Penulis: Aulia Farhah Fa


Cerpen Berat Sahabat



Suara alarm di handphonenya tak mampu kalahkan udara dingin pagi ini. Seharusnya remaja yang baru duduk di bangku 2 SMA ini sudah harus bangun 10 menit yang lalu, tapi gadis bernama lengkap Aeldra Dwi Alana itu masih melingkar di pembaringan. Hampir setiap pagi Ibu kost turun tangan membangunkannya."El... Sudah jam 06.30, lo udah bangun?" Tanya Bu Nani. Tak ada jawaban. Wanita berkepala 4 itu kembali mengetuk pintu, kali ini agak keras."Ayo bangun El, nanti kamu telat lagi ke sekolah.""Iyaa..." Beberapa menit kemudian gadis itu keluar sambil merapikan ikat pinggangnya."Lo gak mandi?" selidik Bu Kost sambil mengendus.El nyengir, "Apa gunanya parfum kalau El harus mandi setiap pagi."Bu Nani hanya menggeleng dan membiarkan gadis itu berlalu
"El..." seorang gadis bertubuh mungil dengan pita pink di rambutnya berdiri di pintu kelas. Keysha memang selalu datang lebih awal.Keysha dan El adalah teman baik sejak duduk di bangku kelas 1. El adalah pendengar yang baik untuk Keysha, mungkin ini yang membuat gadis manja itu merasa nyaman berteman dengan El. Banyak yang bilang Keysha itu menyebalkan tapi tidak bagi El, begitu juga anggapan tentang El yang cuek dan dingin tak membuat Keysha kemudian memilih teman yang lain. Ya, meskipun harus diakui Keysha adalah pemilih."Berangkat tadi gue dibonceng Kak Jovan," bisik Keysha."Kapan lo mau traktir gue?""Gue belum jadian. Kebetulan aja tadi motor Mas Indra mogok, jadilah aku dibonceng sama Kak Jovan," terang Keysha.Memang sejak keduanya berteman hanya Jovan yang melulu Keysha ceritakan. Sepertinya dia sudah jatuh hati dengan cowok maskulin itu. Sementara El tak pernah cerita tentang cowok, hanya 2-3 kali cerita itu pun tentang cintanya yang selalu berakhir tragis. Dia lebih sering mengeluh tentang PR Kimia atau Fisikanya yang tak pernah beres ia kerjakan di kost.
"El, besok sepulang sekolah kumpul di ruang OSIS rapat persiapan ulang tahun sekolah," kata Bobby anak kelas sebelah."Oke. Thanks ya infonya." Bobby hanya menunjukkan ibu jarinya dan berlalu.

Sepulang sekolah tidak seperti biasanya, Keysha langsung keluar tanpa menunggu El yang masih sibuk dengan tas dan buku-bukunya. Konon katanya mau nyalon. Dan Jovan adalah alasannya terburu-buru."Efek jatuh hati," batin El sambil geleng-geleng kepala.Keysha selalu peduli dengan penampilan, rambut merupakan salah satu yang selalu menjadi perhatian. Setiap minggu selalu ada jadwal ke salon, yang creambath, manicure pedicure, massage atau sekedar memotong ujung rambutnya yang mulai bercabang. Mengikuti perkembangan trend terbaru untuk penataan rambut adalah sebuah keharusan baginya.

Pukul 14.30 Keysha sudah tiba di salon Bu Nani. Salon yang selalu ramai itu memang milik Bu Nani, beliau datang hanya untuk memantau anak buahnya. Tapi itu tidak berlaku ketika Keysha datang, Bu Nani lah yang harus turun tangan melayani pelanggan setianya itu."Hai Ke..." sapa Bu Nani ramah."Key, pake 'y' Bu," Keysha membenarkan pengucapan namanya yang sebenarnya tidak penting itu. Tapi ia selalu melakukan hal itu ketika apa yang ia dengar tak seperti yang ia inginkan. Bu Nani hanya tersenyum."Siapa Key, pacar Keysha ya?" tanya Bu Nani melihat lelaki di samping Keysha yang dari tadi tak mengucapkan sepatah katapun.Keysha hanya tersenyum tanpa menjawab. "Model rambut yang bakal trend tahun depan gimana Bu?" tanya Keysha sambil duduk dan mengambil salah satu majalah di hadapannya."Tahun depan akan serba volume tanpa sasak," jawabnya singkat sambil terus bekerja.

Keesokan HarinyaPersis seperti apa yang El duga, hari ini Keysha sudah pasti menceritakan hari pertamanya hang out bareng Jovan. Ke salon, shoping, nonton, makan dan bla bla bla. Jelas sekali terlihat kebahagiaan itu di matanya. Betapa tidak, dalam waktu kurang dari 2 minggu dia sudah berhasil mengajaknya keluar.

Keysha memang selalu menarik perhatian, wajahnya cantik, bersih, smart, supel. Cowok mana yang bisa mEnolaknya. Cewek-cewek banyak yang kurang menyukainya bisa jadi karena mereka iri melihat kelebihan-kelebihan itu. Entahlah..."Woi!!!" seseorang menepuk bahu El."Key..." ucap El setelah melihat wajah gadis ayu itu."Ngelamun mulu. Temenin gue yuk, lo gak ada kegiatan apa-apa kan?""Gue ada rapat OSIS 10 menit lagi," dilihatnya jam di pergelangan tangannya."Yaaah. Mas Indra ngajak gue maen, ada temen-temennya juga. Masa gue cewek ndiri?!" Keysha terlihat kecewa. El tak menyahut. "Ya udah. Tapi lain kali harus mau ya.""Iya. Apa sih yang gak buat lo... Gue duluan ya, udah pada kumpul tuh." El beranjak dari duduknya, sementara Keysha pergi bersama Mas Indra.

Di dalam ruang OSIS hanya ketua dan sekretaris OSIS yang belum terlihat. Rapat hari ini diikuti oleh 10 MPK dan 39 pengurus OSIS tanpa Pembina. Begitu yang ditunggu memasuki ruangan, rapat segera dibuka dengan do'a dipimpin oleh Ketua OSIS."Ulang tahun sekolah akan diadakan satu minggu setelah ujian semester, itu artinya kita masih punya waktu sekitar satu bulan untuk persiapan. Besar harapan saya persiapan beres sebelum ujian semester, jadi ketika ujian semester kita sudah tidak lagi terbebani dengan hal-hal menyangkut acara nanti. Temen-temen pengurus OSIS dan MPK silakan yang mempunyai usul..."Satu per satu mengeluarkan pendapatnya, sementara El hanya diam sambil memainkan pulpen di tangannya, sesekali melihat jam di tangannya.

45 menit berikutnya Ketua OSIS sudah membacakan hasil rapat dilanjutkan dengan bacaan hamdalah, tanda rapat selesai. El menghela napas sambil bangkit dari duduknya.Kriiing kriiing kriing... HP El berbunyi. "Keysha," gumamnya setelah membaca nama yang muncul di layar handphonenya."Kenapa Key?""BT. Gue pikir ada Kak Jovan juga, ternyata gak ada," jawab Keysha dari seberang."Besok juga ketemu di sekolah, berdo'a aja ban Mas Indra kempes lagi biar bisa boncengan sama Kak Jovan," canda El."Ada-ada aja lo. Udah kelar rapatnya?""Baru kelar, ini gue lagi jalan pulang.""Ya udah, istirahat sampai kost jangan ngelayap cari kesibukan," Keysha memberi perhatian. Keysha hanya mengiyakan dan memasukkan handphonenya ke saku setelah Keysha menutup pembicaraan.

Setiba di kost El langsung ganti pakaian dan bergegas keluar cari makan, sedari tadi perutnya sudah keroncongan. Tepat di sebelah kost ada tongkrongan anak-anak gaul yang super komplit. Ada warung makannya, ada studio musiknya, dan ada distronya juga. Yang satu ini bukan milik Bu Nani ya."El."El langsung mencari sumber suara. Jleb. Cowok berbadan tinggi dengan seragam SMA itu tersenyum manis."Kak Jovan?" El sedikit gugup. "Ngapain disini? Masih pakai seragam lagi.""Latihan sama anak-anak buat acara ulang tahun sekolah, pulang sekolah langsung cabut kesini. Lo sendiri ngapain?""Cari makan," jawab El meringis."Rumah lo deket sini?" tanya Jovan sedikit mengintrogasi."Aku kost persis di sebelah."Jovan mengangguk kemudian memanggil pelayan dan memesan makan. 'Lah, kok jadi kaya janjian mau makan bareng gini? Satu meja lagi, kalau Keysha tahu bisa ngamuk,' batin El sambil menyantap makanan di depannya.Diam-diam Jovan memperhatikan, "Kenapa El? Keberatan gue duduk disini?""Oooh gak, gak papa. Ini kan tempat umum, bebas, asal jangan di tempat parkir aja makannya." Jovan tertawa. Begitulah trik El untuk menyembunyikan kegugupannya.
Beberapa menit kemudian Jovan beranjak mengajak El gabung sama temen-temen band nya yang sudah menunggu di studio. Berhubung makan dan minum El Jovan yang bayar, El pun tak sampai hati mEnolak ajakan Jovan. Kalau boleh jujur sih El lebih memilih tidur di kost daripada duduk manis dengerin musik yang super berisik itu, menurut El siiih.Dan entah kenapa semenjak pertemuan itu didukung dengan intensitas latihan band nya, El dan Jovan sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama di tempat gaul itu. Sekedar ngobrol saja sih, sharing soal hobby masing-masing, dll.

Menjelang hari H -ulang tahun sekolah- El dan anak-anak OSIS benar-benar sibuk dibuatnya. Keysha yang terbiasa menghabiskan hampir setengah hari bersama El merasa sepi. Waktu El yang biasanya hanya untuk mendengar ceritanya harus terbagi."El, hari ini gue nginep kost lo ya. Motor Mas Indra masih di bengkel, gue juga gak bisa lagi bonceng Kak Jovan soalnya Mas Indra udah booking duluan," Keysha sedikit memohon. El hanya mengangguk sambil memberikan kunci kost nya."Lo pulang duluan aja, gue masih banyak urusan. Acaranya kan besok, banyak yang belum beres."Keysha mengangguk dan meninggalkan gadis berpenampilan ala kadarnya itu. El memang cuek tapi tidak ketika ia diberi kepercayaan atau tugas, sampai hal terkecil pun ia lakukan dengan sangat teliti dengan tangannya sendiri.

Sekitar jam 16.30 WIB El sudah tiba di kostnya. Di dapatinya sahabatnya yang mungil itu sedang duduk membaca buku."Key... Baca apaan lo?""Eh El. Baca buku Raditya Dika nih, penulis favorit lo. Tadinya mau baca diary lo tapi gak ketemu gue cari," jawab Keysha tersenyum.El tertawa, "Gue mana punya diary. Kalaupun punya, bingung apaan yang mau gue tulis." El melempar tasnya dan merebahkan badannya di atas pembaringan."Emang lo gak pernah kagum sama cowok?" tanya Keysha. "Minimal lo suka gitu, atau deket barangkali sama cowok?" Kali ini Keysha sedikit mengintrogasi.El diam, matanya menerawang seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Kan dulu gue pernah cerita, gue udah lupain. Eh, lo gimana sama Kak Jovan?" Keysha balik tanya.Kali ini Keysha yang diam, padahal biasanya tanpa ditanya dia nya udah nyerocos cerita. Di tatapnya mata Keysha dalam-dalam."Gue harus puas dengan menjadi pengagumnya."El tidak mengerti, "Kenapa?""Bertepuk sebelah tangan. Kayaknya dia suka sama orang lain.""Lo tau darimana?""Belum pasti sih, cuma gue gak mau terlalu berharap." Raut wajah Keysha berubah, "Lagian selama gue deket, dia gak pernah nunjukin kalau dia tertarik sama gue dan bodohnya gue baru sadar."El tidak menyahut, dipeluknya sahabat yang sedang berduka itu. Sampai malam tiba, Keysha lebih banyak diam dan terus membaca novel Manusia Setengah Salmon yang filmnya beberapa hari lalu dia tonton bersama Jovan dan Mas Indra.

Sekitar jam 06.00 Keysha dan El sudah siap berangkat ke sekolah. Biasanya jam segini El masih tidur dan baru bangun 30 menit kemudian. Sementara Keysha biasanya sedang di pinggir jalan menunggu sang arjuna lewat dan menawari tumpangan. Tidak hanya Keysha dan El, siswa-siswi yang lain pun menyambut acara HUT sekolah ini dengan semangat.Apalagi begitu acara formal selesai, semua menjadi satu di depan sebuah panggung yang sengaja disediakan oleh OSIS. Ada beberapa pentas seni dari siswa-siswi dan yang paling ditunggu adalah penampilan Friday, band kenamaan sekolah. Jovan adalah salah satu personilnya.

"Key... El..." seseorang memanggil dua sahabat yang sedang duduk menikmati lantunan lagu dari band kelasnya."Kak Jovan? Bukannya sebentar lagi tampil?" Keysha salah tingkah.Cowok bernama lengkap Andromeda Jovanka itu tersenyum."Oh ya El, gimana suka gak bukunya?" tanya Jovan pada El yang sedari tadi pura-pura gak ngeh sama kedatangan Jovan."Apa?!" Suara musik di aula membuat El tidak begitu jelas mendengar pertanyaan Jovan."Suka gak bukunya?" Jovan mengulang. Raut wajah Keysha yang gelisah tidak bisa lagi disembunyikan."Mmmm... El udah baca kok Kak kemarin, malah langsung habis semalem," buru-buru Keysha menjawab. El hanya bengong."Bagus deh. Kalau gitu gue duluan ya, mau siap-siap," pamit Jovan.

Begitu Jovan berlalu El langsung menatap Keysha penuh tanya. Aneh, El merasa ada yang disembunyikan Keysha.Keysha menarik lengan El, mengajaknya keluar dari aula yang bising itu. "Sorry El.""Gue gak ngerti." El bingung."Buku yang gue baca kemarin punya lo... Dari Kak Jovan. Dia datang ke kost lo beberapa menit setelah gue sampai.""Becanda lo..." El tidak percaya."Sebenarnya minggu lalu juga dia ajak lo nonton bareng gue sama Mas Indra, cuma gue gak suka gue bilang lo gak bisa. Lo sibuk. Makanya dia beliin buku itu buat lo." Keysha sama sekali tak berani menatap El. "Maafin gue El..." akhirnya sambil berlalu.

El bingung, cerita cintanya dengan 2 cowok sebelumnya begitu dramatis dan berakhir dengan sakit hati karena dikhianati. Dan kini, dia merasa sedang memainkan peran dalam sebuah sinetron remaja. Haduuuh kenapa jadi sinetron banget ceritanya.

Badan El serentak bergetar ketika musik di dalam ruangan yang biasa digunakan untuk rapat wali murid itu berhenti dan seseorang melalui pengeras suara memanggil namanya."Aeldra Dwi Alana... El... Gue mohon naik ke atas stage."Suara itu, ada apalagi ini?! Perasaan El berkecamuk, dia masih diam di tempat hingga seseorang datang menghampirinya."Keysha?!""Lo gak denger nama lo dipanggil naik ke stage?!" Keysha kali ini tersenyum dan menggandeng karibnya yang sedang galau itu. "Seseorang menunggumu di atas sana."

Tepuk tangan riuh seluruh siswa pecah melihat gadis bernama Aeldra Dwi Alana itu naik ke atas panggung. Jovan menyambutnya."Gue mau bawain lagu seorang penyanyi Australia yang sosoknya begitu dikenal di era 1990-an. Dan gue denger cewek di sebelah gue ini suka banget dengan lagu-lagunya. Rick Price-If You are My Baby," Jovan mulai memetik senar gitar disambut tepuk tangan anak-anak.

Dulu Keysha pernah cerita, pengen banget ada cowok nyanyiin lagu untuknya dan menyatakan cinta di depan orang banyak, sebagai bukti cintanya. Keysha banget ini, bukan El. Bahkan ia tak pernah sekalipun bermimpi begini."El... Lama gue nunggu saat ini tiba, dan gue rasa ini adalah waktu yang tepat. Will you be my baby?" tanya Jovan usai menyanyikan lagu. Tatapannya begitu dalam.Anak-anak kembali bersorak menyoraki El agar menerima Jovan sebagai kekasihnya.
Dari atas stage El melihat senyum Keysha yang entah pura-pura atau tidak seolah sudah berlapang dada. El merasa aneh, serasa sedang di acara reality show dimana orang akan memberikan kejutan untuk orang yang ia sayangi kemudian menyatakan perasaannya. Ihhh norak, pikir El.

El menghela napas panjang. El kembali mEnoleh ke arah Keysha, cewek di sebelah stage itu mengangguk.
"Sebelumnya makasih buat Kak Jovan yang rela semua orang tau tentang perasaannya. Mungkin status pelajar bukan alasan yang tepat untuk mEnolak. Trauma dikhianati juga bukan alasan logis karena gue yakin Kak Jovan bakal jaga gue. Tapi jujur ada hati lain yang harus gue jaga, jadi maaf, El gak bisa," jelasnya sambil berlalu.

Mereka yang menyaksikan seolah kecewa. Kenapa? Jovan adalah salah satu cowok yang menjadi idola banyak cewek di sekolah. Tampan, pinter, jago basket, jago musik. Kurang apalagi? Bodohnya El... Banyak wanita berlomba menarik perhatiannya, sementara El yang tak pernah melakukan apa-apa dengan mudah membuat cowok itu jatuh hati."Kenapa El? karena gue?" tanya Keysha. "Gue seneng liat lo bahagia.""Lo sahabat gue, gue kenal lo banget, bahkan gue rasain apa yang gak lo katakan. Timbangan gue berat ke lo Key."Mata Keysha berkaca, "Tapi El...""Ssstt... Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat, toh kalau memang jodoh Tuhan pasti menunjukkan jalan lain," El tersenyum.Keysha pun memeluk El erat.

Cerpen Karangan: S Priani Maftuha


Cerpen Imaginary Sky Man

'William wait me' I shouted him because I left behind.

'can you move faster Mrs. snail?' said William
He was my best friend in my Senior High School. We used to spend time together. We loved to see sunset at the roof. I thought he was a good boy. He ever said to me when I was going to tear 'don't show your weakness Miara, keep smile even if you have to pretend fine.'
We used to be together, as I said before. We loved shooting stars, shore those dreams and talked anything. He also knew about me well, include of my fans fiction that I had_Sky Man. I liked this philosophy too. 'skies are above us. The color is blue and cheerful. Skies are the place to take dream for some kids. Skies protect us and the earth. And my Sky Man specially protect me' I told William. But he answered, 'but sky is high. You are unable to reach him'. I became gloomy with his statement. But he laughed me and we laughed together.
Lately I realized his words. William was true. My imaginary sky man, unable to be reached.

By the running of the time I depend on him. I relied on him in every condition. At that time I thought that he was my Sky Man. Helped and protected me always.
Lately I knew that he was not my Sky Man who I amazed so much. He was not.
We spent almost a thousand days together and this relation was going to shabby. There was a day of them became my memorable. It was Friday after school when I walked to him and smiled but he seemed didn't care my presence. At that day I was going to home alone. Then I got a short message.
I have to live without you. Everybody ever feel the point of bore.
Sender :
William hakim +628573022****

Simply he told me that. At the following day I knew him held on the hand of a girl and never played or talked with me again. In that day, I cried.

I didn't know what exactly I felt. Something was missing without his laugh and presence. But I should be grateful. I knew who the real William Hakim was.

'how many special people change?
how many live are living strange?
where were you while we were getting high'
everybody had troubles, everybody deserved to make a wish. When everything was gonna turn out worst. When your condition was totally ruined. I guessed you were afraid to wish. And here I was. Lonely at the roof and watching the sky when it turned dusk. Here I used to spend this moment with Wiliam. I had passed some weather. No played the snow in the winter. No cycling when the spring came without him. For God's sake I would not cry again. Sometimes memorable thing make us weak. I heard voice buzzed out of my head 'don't show your weakness Miara. Keep smile even if you have to pretend fine.' Well that wasn't William voice. Wasn't. but that was my voice. Mine.

Now I realize that someone who can assure that you are totally fine is your self. Not other, not William. They are humans ever make mistake or sometimes hurt.
I watched outside the window. It was summer. I glanced the sky turned dusk. There were 3 star seemed vague. But I knew it was summer triangle spread over on the beautiful sky. Or on might imaginary sky man.

William could leave. Anyone could leave. But my Sky Man was never.

Here, I kept a bunch of belief. He was there_Sky Man. In every nook and cranny of my heart.

Cerpen Karangan: Erika Andini
Facebook: erikha andini
16 Y O. student in SHS … in X city
penghuni andalasia kingdom :} enjoy my short story

Cerpen Dari Pengagum Menjadi Kekasih

Hari itu adalah hari pertamaku untuk memulai prakerin di sebuah universitas swasta di kota Malang, rasanya senang bisa memulai prakerin di sana bukan karena Universitasnya namun ada seorang mahasiswa yang membuatku merasa nyaman dan betah untuk berlama-lama berada disana. Dia bernama Arya, pesonanya yang membuatku menaruh rasa pada dirinya, dia sungguh tampan, pintar dan yang paling membuatku senang, dia seorang mahasiswa yang sholeh.

      Suatu ketika sahabatku Okta mengajakku untuk menemui mas Arya untuk mengajari cara mensharing printer, sontak saja aku langsung bersemangat untuk mengantar sahabatku ini. "Ayo cepet" pintaku pada Okta, "Iya, semangat banget kalau mau ketemu sama mas Arya" Jawab Okta dengan sedikit senyuman yang membuat wajahnya semakin manis.

      Sesampainya di ruangan mas Arya, aku dan Okta langsung minta ajarin bagaimana cara sharing printer. Panjang lebar plus tinggi mas Arya ngejelasin sambil selalu tersenyum yang membuat aku semakin suka sama dia. Hampir 1 jam mas Arya ngejelasin, tanpa terasa aku dan Okta telah menguasai sharing printer. "Udah ngerti dan bisa kan kalian?" Tanya mas Arya padaku dan Okta, sontak aku pun menjawab "Udah mas, kan mas Arya ngejelasinnya sabar dan telaten, hehehe".

      Aku ingin ngobrol panjang lebar sama mas Arya tetapi Okta langsung mengajakku kembali ke ruangan Dosen untuk kembali mengerjakan tugas masing-masing "Ayo put, buruan balik ke ruangan kita ntar keburu di marahin sama pembimbing lho, oh ya mas makasih ya", "Iya bener tuh put, buruan balik ntar kamu dicariin loh sama pembimbing kamu, iya Okta sama-sama" ucap mas Arya padaku dan akupun langsung mengiyakan apa kata mereka.

      Saat aku berada di ruanganku ternyata pembimbingku sedang tidak ada di kampus lalu aku membuka laptop dan mulai untuk bermain facebook, akupun kepikiran untuk mencari akun dari mas Arya tanpa basa basi aku menuliskan nama Arya Sadega dan hasilnya aku menemukan akun tersebut lalu aku tambahkan sebagai teman facebookku, tanpa ku sangka mas Arya menerima permintaan temanku, aku senaaaaaanggg pake kata banget deh.

      Setelah 2 bulan aku prakerin di sana aku mulai dekat sama mas Arya, bercanda bareng di facebook dan tanpa kusangka sangka mas Arya mengirim sebuah pesan yang isinya "Putri, aku boleh minta nomer hp kamu gak? Kalau boleh kirim yaa cantik" tanpa piker panjang aku langsung memencet tombol angka dan ku kirimkan nomer hpku padanya. Sesaat kemudian hpku bergetar dan benar saja mas Arya mengirim sms "Putri, ini aku Arya di save ya nomerku. Oh ya kalau mau nanti pulang prakerin aku antar ya" isi sms itu membuat aku berbunga-bunga seperti terbang ke awan, akupun membalasnya "Iya mas pasti aku save kok, Ok deh mas Arya boleh mengantarku pulang, hehehe tapi aku tunggu di depan gerbang ya mas,".

      Jam tanganku menunjuk pukul 14.00 WIB dan itu tandanya waktunya aku pulang namun sebelum pulang aku meminta izin sama Okta dan Lisa karena tidak bisa menemani mereka ke toko buku. "Sorry deh aku gak bisa ikut kalian, lain kali pasti aku bakalan ikut kalian, oh ya lis kamu bawa motorku aja, ini kuncinya. Maaf ya sayang" ujarku pada mereka, awalnya mereka kecewa tapi akhirnya mereka ngerti setelah aku jelasin kalau aku mau pulang bareng mas Arya. "Iya deh iya percaya kalau kamu mau pulang bareng mas Arya, semoga kalian bisa resmi menjadi pasangan kekasih ya. Hahahahaha" jawab Lisa dengan tawanya yang membuat dia semakin cantik. Oktapun nggak kalah heboh mendengar aku akan jalan sama mas Arya, ia angkat bicara "Oke deh, ntar kalau udah jadian jangan lupa pajak jadiannya bakso di depan mata loh, hahahahha" sontak aku ketawa lepas dan tanpa kusadari mas Arya lewat di depanku mengendarai motor sambil memberi kode padaku untuk segera bergegas ke gerbang, tanpa pikir dua kali aku langsung meluncur ke arah depan gerbang.

       Dag dig dug bunyi jantungku setelah 2 bulan aku prakerin disana baru hari sabtu itu aku bertemu dan hanya berdua bersama mas Arya. "Maaf nunggu lama ya mas?" Tanyaku ke mas Arya namun mas Arya malah menjawab dengan santai dan sedikit menggombal "Selama apapun kalau nunggu kamu sih nggak jadi masalah yang berarti buatku, hehehe" aku hanya tertawa mendengar kata-kata lelaki tampan itu. "Kita jalan kemana nih put?" Tanya mas Arya sebelum berangkat ke tempat tujuan yang masih belum di rencanakan. "Terserah kamu deh mas, aku sih nurut aja" jawabku. "Ke kota Batu aja deh tapi kamu aku antar pulang dulu sekalian mandi, ganti baju dan pamitan sekaligus aku numpang mandi juga, boleh kan?" ujar mas Arya, seperti biasa aku hanya mengangguk tanda setuju.

       Setelah hampir 1 jam dirumahku, mas Arya langsung meminta izin pada nenekku untuk mengajakku pergi ke kota wisata Batu dan nenekku setuju, dan nggak panjang panjang kami langsung tancap gas menuju kota Batu. Udara kota yang dingin membuat tubuh mas Arya kedinginan dan reflex mas Arya menarik tanganku dan melingkarkannya ke perutnya. "Maaf put, dingin banget sih tapi gakpapa kan" ucap mas Arya, aku hanya diam. Saat itu hatiku berdegub begitu kencangnya dan kurasa aku mulai jatuh cinta pada mas Arya.

       Aku merapatkan tanganku pada perut mas Arya dan kusandarkan kepalaku yang tertutup helm pada bagian belakang tubuh mas Arya, entah mengapa aku merasa nyaman. Sesampainya di alun-alun Kota Batu kami memutuskan untuk naik salah satu wahana yang ada disana. "Putri," mas Arya memanggilku dan dengan memegang tanganku namun aku hanya tersenyum yang membuat lesung pipiku terlihat. "Aku merasa nyaman sama kamu put, jujur saja pertama kali aku ngeliat kamu, aku merasa ada yang beda dari diri kamu. Kamu cantik, lucu, pintar dan kamu rajin melakukan ibadah. Dan saat kamu melingkarkan tanganmu di perutku dengan kuat, hatiku mulai berdegub kencang, put apa kamu mau jadi cinta pertama dan terakhirku? Jujur saja put aku belum pernah merasakan cinta seperti ini. Aku harap kamu bisa terima aku." Lanjut mas Arya yang sontak membuatku semakin merasa berada di taman bunga yang bermekaran dan aku mulai memberanikan diri untuk berkata jujur pada mas Arya "Mas, Putri sebenarnya juga menaruh rasa yang sama kayak mas Arya, sejak putri bertemu sama mas Arya, Putri merasa senang dan betah untuk lama-lama di kampus. Tapi Putri malu mas buat bilang sama mas kalau Putri suka sama mas Arya. Mas, Putri janji Putri akan selalu mencintai mas Arya dan Putri mau untuk hidup bersama mas Arya hingga nanti ajal yang memisahkan kita" ujarku sambil sedikit meneteskan air mata bahagia. Lalu mas Arya memelukku dan mencium keningku.

      Jam tanganku mengarah pukul 20.00 itu tandanya aku dan mas Arya harus pulang. Sesampainya di rumahku mas Arya langsung berpamitan untuk pulang, "Besok aku jemput ya Putri" ucap mas Arya namun aku hanya mengangguk pelan karena motorku di bawa pulang Lisa kerumahnya dan Okta di antar kekasihnya.
Akhirnya hari itu aku menjadi kekasih mas Arya dan aku sangat senang bisa memiliki mas Arya yang dulunya hanya mengagumi dari jauh namun sekarang berakhir dengan bahagia yang tanpa batas.

Penulis: Echa Aprillia

Humor Jadikan Aku Wanita Sejati

Ada sebuah pesawat terbang yang sedang membawa banyak penumpang. Tiba-tiba di
tengah jalan terjadi hujan badai yang sangat dahsyat. Pesawat itu terombang
ambing oleh badai hujan, angin keras dan kilat yang menyambar-nyambar.
Penumpang pesawat itu histeris dan berteriak melihat keadaan itu. Mereka
yakin pesawat itu akan jatuh dan mereka semua akan mati. Di tengah kericuhan
itu, ada seorang wanita muda yang melompat dan mengumumkan, "Saya tidak bisa
menerima semua ini lagi ! Saya tidak bisa duduk disini dan mati seperti
binatang, tertahan dikursinya. Jika saya akan mati, biarkan saya mati dengan
merasakan jadi wanita terlebih dahulu. Apakah ada laki-laki di sini yang dapat
sanggup membuat saya merasakan menjadi wanita?"
Dia melihat sebuah tangan meraih punggungnya, dan seorang pria tampan,
tinggi, berotot tersenyum. Dia kemudian berjalan ke depan wanita muda itu.
Ketika dia sudah di depan wanita itu, dia
membuka kaosnya, dan menunjukkan tubuhnya yang kekar. Dia melihat besarnya
otot tersebut walaupun dalam kondisi lampu pesawat yang mati-nyala.
Pria itu tetap berdiri didepannya, kaosnya di tangan dan berkata, "Saya bisa
membuat anda merasa seperti wanita sejati sebelum anda mati. Apakah anda
tertarik?" Dengan keras ia
menganggukkan kepala,
"Ya. Buat saya menjadi wanita sejati !"
Kemudian pria itu memberikan kaosnya kepadanya, sambil berkata
"Nih dia, tolong disetrika yach !"

Siapa Yang Meludah

Pada tahun 2020, dimana Indonesia telah menjadi negara yg tak kalah
dengan Singapura dalam masalah ketertiban, terdengarlah sebuah cerita dari
sebuah bis wisata yg sedang membawa rombongan para ibu ibu dan nenek
nenek bertamasya ke Bali.
Sopir bis nya pun tidak seperti sopir bus ibukota saat ini. Sudah seperti
sopir bus manca negara ceritanya. Berpakaian jas necis, bertopi, muka bersih,
tanpa kumis tanpa jenggot. Dalam tugasnya si sopir juga dilarang berbicara
dengan penumpang.
Perjalanan pun memakan waktu yg tidak sedikit. Sampai sampai, ada satu orang
nenek mengeluh ingin pipis. Parahnya, di bus tidak disediakan WC.
sang nenek sudah gelisah setengah mati menahan tekanan dari dalam. dia
panggil si sopir, sopir anteng aja nyetir. lagian emang dia engga boleh
bicara selama menyetir, pikir si sopir.
Akhirnya si nenek mondar mandir menahan derita di bus, sampe ada ibu ibu
ngusulin ke dia,
"Udah nek, saya bantuin nenek deh pipis lewat jendela".
Karena emang dasarnya udah engga tahan, si nenek oke oke aja.
Akhirnya, si nenek pipis lah lewat jendela bus dibantu oleh si ibu yg tadi.
Sialnya, pas lagi seru seru nya, tiba tiba lewat motor polisi. CROT, pak polisi
kena air emas nya si nenek.Serta merta pak polisi kaget dan marah mendadak. dia
setop itu bus dan naek ke bus itu. Sinenek yg barusan pipis shock berat.
Pak polisi yg kayak pak raden itu celingak celinguk di dalem bus sambil elus
elus kumis nya yg tebal. Dia pelototin pak supir. Pak Polisi mikir dalam hati,
'si sopir klimis, engga berkumis engga berjenggot'. Trus,
dia liat seluruh isi penumpang bus, semuanya wanita. akhirnya dia kesel
sendiri, terus teriak begini :
"AYO NGAKU, SIAPA TADI YG NGELUDAHIN GUA. GUA TAU KOK ORANG NYA ADA DISINI,
YG KUMISAN DAN MUKANYA JELEK KERIPUT TADI YG NGELUDAHIN GUA."

Salah Masuk

Seorang nenek hendak mengambil perjalanan wisata ke Amerika Serikat selama 2
minggu. Berhubung bahasa Inggrisnya jeblok, nenek ini langsung mengambil
'kursus kilat' en 'jalan pintas' untuk belajar bahasa Inggris bersama cucunya.
Nenek : Kalo nenek mau ke kamar kecil, bagaimana nenek bisa bedakan antara
kamar kecil untuk pria atau wanita?
Cucu : Ah, itu mah gampang. Baca aja tulisannya. MEN untuk pria dan WOMEN
untuk wanita.
Nenek : Kamu mengejek nenek yang buta huruf ini, yach.
Cucu : Waduh, nek. Sori banget, aye lupa. (sambil garuk-garuk kepala, tanda
berpikir keras). Kalo gitu, begini saja. Nenek liat 'aja mana yang hurufnya
lebih banyak. Nah, kalo jumlah hurufnya lebih banyak itu adalah toilet untuk
wanita. Jangan lupa, nek !
Sesampainya nenek itu di Amerika, dia mencak-mencak. "Awas, tuh cucu !
Gara-gara dia, gua salah masuk toilet melulu !"
Pasalnya di Amerika, pada setiap kamar kecil terpampang tulisan :
LADIES dan GENTLEMAN.

Robot Gede Piknik

Alkisah dahulu kala si Robot Gedek melakukan perjalanan ke Thailand mau
plesiran di Pataya, seperti biasanya masuk ke Negri asing, si robot juga
diharuskan mengisi entry form.
Setelah mendarat di Bandara Don Muang Bangkok, lalu si Robot menuju ke
petugas Imigrasi untuk cap paspor, lalu terjadi dialog sbb :
Imigrasi : "Name ?"
Robot G. : "Robot Gedek, Sir"
Imigrasi : "Sex"
Robot G. : "Three times a day, Sir."
Imigrasi : "What I meant is Male or Female"
Robot G. : "Yes Sir, It does not matter Male or Female, Both are fine for me
I can do 3 times a day." (maksudnya perempuan atau laki tidak masalah dua2nya
dia bisa dipakai)
Imigrasi : "Dasar sodomer !!??!"

Tambah Gocap... IJO... LO

Terkisah ada 1 keluarga dengan banyak anak. Suatu malam sang ayah udah
'kebelet', karna tak ingin nambah anak, maka buru-burulah dia ke warung tuk
beli 'balon'. Diwarung :
Ayah : "Pak, beli kondomnya 1"
Penjual : "Mau yang bagus atau yang biasa ?"
Ayah : "Yang bagus berapa ?"
Penjual : '500 rph, warnanya bening '
Ayah : 'Kalo yg agak murah berapa ?'
Penjual : '400 rph, warnanya hijau'
Ayah : 'Wah uang saya cuma 350 nich (buru-buru sih)'
Penjual : 'Ada nich, cuma warnanya item'
Ayah : 'ngak apa-apa dech'
Sampe di rumah , singkat cerita terjadi 'adegan seru', karena kondom murahan
terjadilah hal yang tak diinginkan itu. Beberapa tahun kemudian :
Anak : 'Pak, kenapa sih koq cuma saya aja yang item, kakak yang lain tidak ?'
Ayah : 'Dasar anak kecil, udah bagus item, gue tambah gocap, IJO luh .. !'

Guru Kencing Berdiri

Di Klas Bahasa Indonesia SMA Bulugan, Pak Guru Udin sedang mengajar
Peri-bahasa, kemudian dia memberikan soal ke murid-murid di klas:
Guru : Anak-anak coba kalian lanjutkan peribahasa ini, Guru kencing berdiri,
murid kencing...?
Joni : Murid kencing berlari !
Guru : Salah !
Asan : Murid kencing di celana !
Guru : Goblok, salah !
(Ruang klas jadi hiruk pikuk, sebab murid pada kebingungan)
Tiba-tiba si Rita mengangkat tangan, dengan kalem dia menjawab,"Murid kencing
bernanah !!"
Guru : hah..!, apa artinya itu ?
Rita : artinya, waktu acara kemping minggu kemaren saya lihat Pak Guru Udin
kencing berdiri dibawah pohon mangga, sedangkan hari ini si Boy nggak masuk
sekolah, menurut keterangan dokter dia sakit kencing nanah ...!
Guru : ...?
Murid: hore...hore seratus !

Renungan Kematian Kristus Bukan Sejarah Biasa

Baca: Matius 27:45-56

“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.” (Matius 27:45)

Kematian adalah hal biasa atau lumrah bagi semua manusia, terjadi pada kanak-kanak, remaja, pemuda atau orang tua, tidak mengenal usia, siapa pun akan menghadapinya. Namun hanya ada satu kematian luar biasa yaitu kematian Yesus Kristus. Dia, Anak Allah, yang adalah Allah itu sendiri harus digantung di atas kayu salib dan mengalami kematian. Kegelapan pekat mencekam menyelimuti bumi tiga jam mulai pukul 12.00 hingga 15.00 mewarnai peristiwa kematian Kristus ini. Tidak hanya itu, “...lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka...” (Matius 27:51-52).

Kisah ini sangat menggemparkan di langit mau pun di bumi, sebab karya terbesar telah digenapi Kristus pada hari itu. Jadi, Yesus mati di kayu salib adalah peristiwa sejarah yang sungguh-sungguh terjadi, bukan rekayasa atau dongeng pengantar tidur. Bahkan kehidupan Kristus, khususnya tentang penyalibanNya, juga sudah dinubuatkan Yesaya, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.” (Yesaya 53:3).

Peristiwa Golgota ini adalah peristiwa sejarah yang mengubah kehidupan manusia, sebab kematian Yesus adalah kematian yang menyeamatkan, menyembuhkan, memulihkan, memberkati dan memberikan pengharapan baru. Di atas Kalvari Yesus telah membayar harga bagi dosa-dosa kita. Ia yang benar, sempurna dan tanpa dosa rela dikutuk, dituduh, difitnah, menderita dan mencurahkan darahNya seperti domba sembelihan, supaya kita dapat dibebaskan dan diselamatkan. Yesus hidup bukan untuk diriNya sendiri tetapi untuk menjadi pengganti bagi kita. Kristus telah mengambi alih semua yang harus kita tanggung karena dosa-dosa kita. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Korintus 5:21).

Jadi, sebagai orang percaya kita adalah orang-orang yang telah dibenarkan dan diselamatkan.

Renungan Kematian Kristus Kita Di Selamatkan Dari Dosa

Baca: Yohanes 19:16-27

"Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah." (Yohanes 19:18)

Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota. Sudah menjadi hal yang umum bila acara yang berhubungan dengan kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan, sebab di mana ada kematian di situ juga ada air mata.

Peristiwa kematian selalu diiringi dengan kesedihan dan kepedihan yang sangat mendalam. Namun bagi orang percaya, kematian Yesus Kristus justru adalah peristiwa yang besar dan harus disyukuri, karena di dalam kematian Yesus Kristus ada pengampunan dosa, kita dibebaskan dari kutuk, ada masa depan dan memiliki pengharapan. Tertulis: "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsa 23:18).

Kematian Yesus Kristus yang berarti sorga bukan hanya angan-angan, tetapi menjadi bagian yang pasi bagi anak-anak Tuhan. Kematian Yesus Krisus berarti pula jaminan bagi kita untuk mengalami berkat yang berkelimpahan. Hal ini dinyatakan dalam Efesus 1:3: "Terpujiah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." 

Di atas Golgota sepertinya Yesus Kristus mengalami kegagalan dan kehancuran. Mungkin pada saat itu Iblis tertawa, tetapi justru di situlah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih! Memang, bagi dunia salib adalah kebodohan, tapi bagi kita salib adalah bukti kasih Allah yang menyelamatkan karena melalui kematian Yesus Kristus kita diselamatkan. Maut tidak berkuasa lagi! Jadi kekristenan tidak dapat dipisahkan dari 'salib'.

Hanya melalui iman percaya kita kepada Yesus Kristus, tanpa dikarenakan apa yang telah kita lakukan, keselamatan itu kita terima dengan cuma-cuma seperti tertulis: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Sebagai orang-orang berdosa kita tidak sanggup membebaskan diri dari kutuk dosa, dan hanya melalui penumpahan darah Kristus di atas kayu salib inilah dosa-dosa kita ditebus.

Tanpa kematian Yesus Kristus tidak ada jalan keselamatan bagi umat manusia di muka bumi ini!

Cerpen HuRTs

I know it is highly unlikely among us to be together but I’m always trying to prove to the whole world that our love will come true in a marriage. Day after day we passed up years have changed that dream is getting closer in sight, so beautiful this morning filled with fresh air I remember you sitting there much, I never imagined that one day we would split up, really I do not want it happened between us. as usual my world has changed, so for me night and day during the night for me so I have sacrificed all the time just to equalize the difference between us.


For some reason lately you very changeable, you are no longer the person I knew. You have treated me rudely for no apparent reason. You accused me of doing things I’d never get me some real. but I always hold out how I maintain this relationship over the duration. until finally you go you leave me for no reason. what is my fault? why are you doing this to me? i love you so much until I gave up everything for you. I never thought how much suffering that you have given me.

I’m looking for, I telephone all the numbers that have been used, but you can not relieve all the tears, until finally I had cut my hand, for me to die is The best. my option is no longer able to live with all the pain that you have given me.

How many tears do you want? What a lot of the time you need to hurt me? I will give to you happiness in your life is more important than me, if you honestly if you possessed the other women I could receive. I sincerely you with the others, but why lie? You still remember the words you always say to me “I need you” “I want you” is you want me? You just want me dead. If the death of made you happy I am ready to sacrifice myself for you ..

Today has turned my hand wound also has begun to improve, I welcome the sun with a cry, I want to forget you but I can not. Why all the promises, love, you think of the game? Question that never goes out of my mind. You can hurt people who love you sincerely. Are you born to hurt me? If these walls could answer all these questions maybe I can rest, but there is no one who can answer it. That only you know the answer yourself, not me, or anyone else.

You know I love you, but love you for killing me. You just want my tears. Thank you for your injuries and pain you gave to me, you can go away from my life if it can make you happy. You can delete all the memories of us, but I’ll never do it the scars on my hands to death will not be lost, this is a sign of affection and sincere love for you.
Wherever you are right now and being with whoever, I hope you can be happy with her.. in prayer I will always be calling your name. I pleaded with God so that you do not feel pain the way I feel right now.
and Neither did I. I pray to be more resilient to live my life.

For all my friends
Never stay with someone who doesn't show you that you deserve the universe. Don't do anyone any favours when all they do is make you sacrifice yourself. You deserve more than you give yourself credit for. Know that you should never settle for someone who can't prove their words for you. Most of all, love yourself, then everything well will follow after…

Cerpen Karangan: Poetry Alzanieza
Facebook: loverzifen[-at-]yahoo.com

Cerpen Meet 999 Days 23 Hours 59 Minute 60 Second

Kepercayaan adalah hal terberat dalam hubungan. Dan jagalah kepercayaan itu jangan sampai kau menghilangkannya. -Maurin


"Kamu beneran mau pacaran sama Adit?" Sely meyakinkanku, aku hanya berduduk santai dikursiku sambil menyilangkan kakiku. Sely terus berceloteh tentang aku jadian sama adit. Memangnya kenapa dia terus saja menanyakan hal yang sama?
"Memangnya kenapa?" Aku memalingkan wajahku padanya, dia sedikit gugup menjawab pertanyaanku.
"Tidak apa-apa. Hanya saja aku tak percaya hubungan kalian. Adit itukan pria cuek, dia itu gak mungkin bisa terus memenuhi keinginan kamu, kamukan manja" Seketika aku berdiri dan berkata ke arahnya.
"Adit memang cuek, gak seperti Haris, pacar kamu yang perhatiannya 1000 kata itu. Dia memang beda jauh sama Haris. Tapi aku bisa buktikan kalau hubungan aku bisa ngalahin hubungan kalian! CAMKAN!"

***

       Masih tergambar jelas di dalam benakku, masih terngiang-ngiang dalam telingaku. Saat itu, kata itu. Saat aku berani membuktikan bahwa hubunganku bisa berdiri mengalahkan Sely, kejadian dua setengah tahun itu masih jelas ku ingat. Aku tahu pacarku adalah pribadi yang cuek dan tidak mau diatur. Tapi aku tahu, dia benar mencintaiku. Walau kadang banyak hal yang menjengkelkan bagiku. Tapi secuek apapun dia, aku tahu ada kalanya dia perhatian padaku. Itulah yang membuatku yakin bahwa Adit bisa membuat aku bahagia. Memang kadang dia salah menjadwalkan hari ulang tahunku dan tanggal jadian kami. Kadang hari istimewa kamipun dia lupa. Itu karena sikap egoisnya aku tahu. Tapi keyakinanku untuk tetap bersabar bahwa semua ini akan berakhir bahagia selalu lebih besar daripada rasa jengkelku. Dia pasti bisa sedikit mengurangi egonya untukku. Untuk orang yang dicintainya.

"Adit" Aku memanggilnya, sementara dia sedang asyik bermain games seperti apa yang dihobikannya. Setiap hari tak ada kata tidak untuk games baginya. Selalu sama saja, mementingkan gamesnya daripada aku.
"Apa?" Dia hanya menjawabnya singkat, aku mulai mendekatinya lalu melongo sedikit ke arah komputer yang ada di depan matanya.
"Kau tahu hari ini hari apa?" Aku duduk disampingnya. Dia sedikit sibuk dengan gamesnya. Aku terdiam sejenak.
"Euu.. Hari jum'at" Dia menjawabnya polos. Aku kecewa mendengar jawaban dia yang tak pernah ku inginkan. Benarkah dia lupa?
"Kok bengong?" Dia sedikit menatapku. Aku tetap berada diposisi awalku, menatap layar monitor.
"Kamu salah!" Aku duduk tertunduk disana, diapun sedikit mendekatkan bibirnya ditelingaku.
"Lalu hari apa sayang?"
"Hari ini hari ulang tahunku" Seketika dia sedikit kaget lalu memandang kalender.
"Ya Tuhan aku lupa, padahal aku sudah menandai tanggal ultahmu. Maafin aku Rin, tadi aku lupa gak pake alarm" Ucapnya lagi. Aku dapat melihatnya dia memnandai tanggal itu, 20 Desember tapi walaupun begitu aku kesal sekali padanya. Dia selalu saja lupa, lupa adalah alasan tersering yang aku dengar dari bibirnya.
"Kapan kau bisa ingat tanpa alarm? Dengan menandai tanggal dikalendermupun kamu tak ingat" Kelakarku padanya. Dia menatapku, seketika dia tertunduk. Mungkin dia mengakui kesalahannya.
"Mengapa diam?" Aku menanyainya ulang. Dia kemudian mendekatiku.
"Ayo katakan apa yang kau inginkan? Hari ini aku akan memberimu apapun itu" Rayunya padaku. Aku terdiam, sejenak aku berfikir. Akupun menatapnya.
"Benarkah?" Dia mengangguk mantap padaku. Akupun mulai meraih tangannya.
"Setidaknya tinggalkan gamesmu satu hari penuh, hari ini saja dan temani aku ditaman. Sederhana bukan?" Diapun sedikit mengangkat bola matanya memandang langit-langit, kemudian dia tersenyum dan mengangguk setuju tanda mengiyakan permintaanku.
"Tidak buruk" Ucapnya.

***

"Jadi kamu ingin kita merayakan 999 hari kita?" Tanyanya padaku sembari meneguk cappucinno yang dipegangnya.
"Kamu tak akan lupakan? Tanggal 31 Desember adalah hari terakhir tahun ini. Tanggal jadian kita memang istimewa ya. Aku ingin kamu janji akan mengingatnya" Aku mengarahkan kelingkingku ke arahnya, diapun mengaitkan kelingkingnya dijariku.
"Janji" Ucapnya. Aku tersenyum padanya. Aku percaya kali ini dia akan ingat pasti. Ketika aku memandangnya, dia sepertinya sedikit berfikir. Entah berfikir atau melamun.
"Hey kau!" Sahutku padanya. Dia kaget dan langsung mengalihkan pandangannya padaku. Dia tersenyum polos padaku. Hmm aneh-aneh saja kelakuaannya.

***

"Ayolah antar aku belanja" Seperti yang Sely katakan, aku memang manja. Hobiku shopping. Sungguh berbeda jauh darinya. Aku menarik-narik tangan kiri Adit sementara tangan kanannya sedang asyik memainkan keyboard.
"Hey diamlah sebentar. Lihat aku akan menyelesaikannya 3 level lagi. Games ini sangat sulit. Sepertinya aku akan mendapat skor tertinggi dari mereka. Akan menang" Jelasnya. Aku tak pernah peduli apa yang dikatakannya. Dia sungguh menyebalkan.
"Games bisa kau tunda nanti" Aku kembali berceloteh namun dia tak berkutik sama sekali. Akupun berniat meninggalkannya. Bukan berniat lagi tapi akan. Lebih baik aku berangkat dengan Sely daripada aku harus terus mengemis padanya minta diantar. Sampai kapanpun dia tak akan mau.

***

"Lihat Maurin?" Tanyanya pada Julie, aku tahu Julie adalah anak tercantik dikampus, dia sangat terkenal.
"Sepertinya tadi dia kesini, ayo ikut aku" Jawabnya. Aditpun berjalan bersamanya, tanpa disadari dari jauh aku dan Sely melihatnya.
"Dia selingkuh" Keluhku. Sely merangkul tubuhku lalu menyemangatiku.
"Sudah jangan mengeluh. Kau tak boleh berburuk sangka dulu padanya. Kau bilang kau akan mempertahakannya lebih baik dari hubunganku. Aku yakin kamu bisa" Nasihatnya padaku.
"Tidak, apa yang kau katakan benar. Aku tak bisa lebih baik darimu. Haris berbeda dengan Adit" Akupun berjalan perlahan meninggalkannya. Sementara Sely masih diposisi awal.
"Setidaknya kau beri dia kesempatan" Ucapnya setengah berteriak padaku.
"Akan ku tunggu sampai 999 hari itu" Timpalku padanya.

***

      Dia sudah menyiapkannya untukku. Hadiah itu, dia akan memberikan hadiah padaku. Aku tahu dia tak akan lupa. Kali ini ternyata dia ingat. Aku sudah memberitahukan padanya bahwa aku akan menunggunya ditaman pukul 13 tepat. Sekarang pukul 12 tepat dan dia sudah berdandan serapi mungkin.
"Masih pukul 12, sebaiknya sedikit games akan membuat hari ini lebih baik" Ucapnya sendiri.

***

'Kemana pria itu? Tak ingat kah dia? Bukannya aku memberitahunya pukul 13? Dan sekarang pukul 15 dia belum datang juga. Apa dia bermain-main? Tunggu saja Maurin, tunggu sampai dia datang' Batinku. Ya dia memang belum datang sedari tadi. Sudah 2 jam aku menunggunya. Kini sedikit mendung melukis langit.
'Jangan hujan jangan.' Keluhku dalam hati. Aku memang tak ingin hujan. Tapi mungkin langit berkata lain. Dia ingin hujan dan aku? Bagaimana bisa ku tolak?

***

"Brukk"
"Ehmm" Adit terjatuh ternyata dia tertidur sedari tadi dan baru bangun sekarang. Pukul 17:18.
"17:18, Ehmm.. Eh hah 17:18 aku, aku ahh telat lagi. Bagaimana Maurin? Aku harus cepat"

***

       Aku terisak bersamaan isakan langit yang tak kunjung reda. Aku sudah muak dengan sifat ego Adit. Dia benar-benar membuat kesabaranku hilang. Pria satu ini tak pernah tak menggores kecewa dihatiku. Egois.
"Ma.. Maurin" Tiba-tiba suara yang tak asing lagi ditelingaku terdengar. Suara Adit. Dia datang, tapi mengapa baru sekarang dia datang? Akupun berdiri dan berjalan meninggalkannya. Dia menahanku dengan meraih tanganku namun ku tepis. Dia meraihnya lagi namun gagal ku tepis karena genggamannya yang terlalu kuat.
"Kau kenapa?"
"Kenapa? Tanya saja pada dirimu sendiri mengapa aku begini!" Ucapku dengan nada tinggi. Dia menunduk.
"Aku tahu aku salah" Sesalnya.
"Kau tahu! Tapi kau tetap saja melakukannya. Sekarang lihat aku basah kuyup lihat! Kau puas? Puas?" Aku melepaskan genggamannya lalu pergi meninggalkannya. Walau sebenarnya berat aku meninggalkannya. Tapi aku sudah tak kuat melihatnya lagi. Sementara dia masih tetap berdiri menunduk disana.
"Maafkan aku Maurin" Ucapnya. Aku terhenti lalu menoleh ke arahnya.
"Maaf? Masih pantaskah aku memaafkanmu? Waktu kau tak mau mengantarku ke mall saja kau malah berjalan bersama Julie, aku tahu dia cantik tapi hargai perasaanku. Aku sudah lelah dengan sifatmu itu. Kau membuatku depresi. Sekarang pergilah atau kita putus" Bentakku.
"Ta... tapi"
"Pergi atau putus" Aku membentaknya lagi. Diapun pergi. Aku tahu saat ini aku sedang marah. Aku sekarang benar-benar tak percaya pada dia lagi. Kepercayaanku terlanjur telah pudar.

***

"Aku akan merayakan malam tahun baru sendirian" Dengusku kesal pada Sely, mengingat dia adalah sahabat terbaikku, dia pasti selalu mengerti perasaan dan keadaanku.
"Aku tahu kamu sedih, tapi seharusnya kamu dengerin dulu apa yang sebenernya terjadi sama Adit sampai dia telat" Jelasnya.
"Aku tak butuh alasan semuanya sudah jelas" Aku tetap pada peganganku bahwa Adit itu selingkuh. Sely bersikeras untuk mempercayainya bahwa Adit setia padaku.
"Dia bilang dia mencintaimu. Dia sangat mencintaimu, hanya saja dia tak tahu bagaimana cara melakukannya. Oh ya maaf aku tak bisa merayakan tahun baru bersamamu" Selypun berlalu, kini aku sendiri berdiam diri dikamarku. Sely memang akan merayakan tahun baru bersama keluarga Haris. Hubungan merekan memang langgeng dan berlangsung romantis. Berbeda denganku, hubunganku ahh tidak ada apa-apanya dengan mereka.

'23:45, 15 menit lagi' Batinku, akupun berangkat menuju taman tadi untuk merayakan malam tahun baru sendirian. Seharusnya ini adalah malam tahun baru ke-3 ku bersama Adit. Namun kalian mungkin sudah tahu bagaimana hubunganku dengan Adit.

      Aku berjalan sendiri menyusuri jalanan ini. Ku lihat disamping kanan dan kiriku tak lain adalah sepasang kekasih yang sedang merayakan tahun baru bersama. Aku iri. Benar-benar iri. Setidaknya daripada aku iri pada mereka aku bersyukur bisa bertemu tahun baru kali ini.

      Aku terduduk ditaman tempat tadi. Ku lihat jam tanganku '23:59:50′. Aku mulai menghitung mundur untuk menandakan berakhirnya tahun 2012 ini.
"Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satt... "
"Happy 1000 days my beloved" Adit seketika berada dibelakangku dengan membawa sekotak kue ditangannya. Aku kaget melihatnya datang pada malam ini. Seketika dia mulai duduk dihadapanku dan membuka kotak kue itu. Disana kue itu tertera sebuah tulisan
'Happy 1000 days Adit with Maurin'
Aku menatapnya, dia malah menatap balikku heran.
"Kok bengong? Berdo'a dong buat hubungan kita!" Titahnya. Akupun kaget dan menutup mataku lalu berbisik dalam hati. Aku ingin... Kalian jangan tahu ya biarkan angin membawanya pergi haha. Selesai aku membuka mataku lalu berucap
"Aamiin" Aku masih kesal padanya dia benar-benar tak punya malu.
"Maurin, aku minta maaf. Tadi aku ketiduran. Mau percaya atau tidak terserah. Saat aku bertemu Julie aku menanyakanmu, dan dia bilang dia melihatmu. Akhirnya ku putuskan mencarimu dengannya namun kau tak ada. Aku juga tahu aku terlambat tapi aku juga tahu, tak ada terlambat untuk memulainya lagi. Mari kita mulai lagi. Dan aku berjanji aku akan berubah Maurin" Dia tersenyum padaku.
"Benarkah?" Aku meyakinkannya, dia mengangguk lalu tersenyum.
Akupun membalas senyumannya semanis mungkin yang pernah ku buat. Aku meraih tangannya.
"Aku tahu kau membawakanku hadiahkan?" Seketika dia tertawa mendengar perkataanku lalu dia mengeluarkan kotak berwarna merah dari sakunya.
"Maukah kau menjadi tunanganku?" Ucapnya sambil meraih tanganku. Aku mengangguk saat itu juga. Diapun membuka kotak merah itu dan memasukan cincin dijari manisku. Akupun memasukannya dijari manisnya. Seketika kembang api berloncat dan berlarian dilangit membentuk kata 'Happy 1000 days Maurin Adit'. Aku memandangnya lalu tersenyum dan dia merangkulku.
"Happy 1000 days to" Bisikku.

Penulis: Selmi Fiqhi


Humor Minoritas Dan Prioritas (SARA)

Ketika terjadi krisis pangan di negri Komunis ini, maka rakyat ber-bondong-2
antri mengambil jatah makanan yang disediakan pemerintah. Para pejabat negara
dan petugas pemerintah yg membagikan jatah, sadar bahwa tidaklah cukup
persediaan daging dan susu untuk dibagikan kepada begitu banyak orang.
Maka rapat kilat pun berlangsung dan keputusan diambil. Mereka yang Yahudi,
harap keluar dari barisan dan pulang kerumah !!! kata si pejabat. Maka orang
Yahudi pun, pulanglah dengan tangan hampa.
Ternyata barisan rakyat yang antri masih panjang. Hitung punya hitung, jatah
pangan masih tetap tidak cukup. Rapat kedua diadakan. Lebih alot, lebih lama.
Tetapi keputusan harus diambil.
Maka dengan berteriak si pejabat berkata "Yang bukan anggota Partai Komunis,
silakan pulang !!!". Dan pulanglah rakyat jelata dengan tangan hampa. Tapi
ternyata yang antri masih juga panjang. Dan persediaan sangat sedikit sehingga
tidak cukup juga. Hari sudah sore, barisan yang antri sudah mulai resah. Rapat
diadakan kembali dan keputusan diambil. Si Pejabat Pemerintah berkata
"Maaf, saudara-2, berhubung persediaan makanan tidak cukup, maka anda harus
kembali lagi besok". Keruan saja mereka menggerutu. Seorang dari mereka
berkomentar
"Memang orang Yahudi selalu didahulukan!!!".

Abis Nglembur Cuti Dulu Ah...

Pagi-pagi di depan lift Otong hampir aja nabrak wanny, maka wanny
bersungut-sungut
wanny : "Tong, lu kalo jalan jangan srudak-sruduk gitu dong !!"
Otong : "Sorry, Wan. Gue buru-buru mau ke toilet nih ."
wanny : "Gue denger lu abis nglembur ?"
Otong : "Iye.... bener .... gue abis nglembur... makanye gue mo buru-2
cuti..."
wanny : "lho... cuti nya kok ke toilet. Apa hubungannya ?"
Otong : "iye... nglembur kan dari Nglempengin Burung... jadi abis itu musti
cuti..."
wanny : "CUTI... CUci...TI... sialan lu Tong... yang baca ngeres aje ..."

Pendeta Dan Uztad

Tinggalah seorang pendeta dan ustadz bertetanggaan dengan rukun di sebuah
komplek perumahan. Sampe pada suatu minggu, mobilnya si pendeta mogok dan
karena ada urusan yg sangat penting, akhirnya pak pendeta terpaksa meminjam
mobil si tetangganya yg ustadz itu.
Singkat cerita, pak ustadz meminjamkan mobilnya.
2 minggu berlalu, pak ustadz bingung, kok mobilnya belon dibalikkin.
akhirnya dia menyampiri tetangganya itu, sesampainya di halaman rumah, dia
melihat tetangganya si pak pendeta sedang mencuci mobilnya. pendeknya, pak
ustadz membawa pulang mobilnya itu.
Seminggu kemudian, giliran pak ustadz yg mogok mobilnya, dia pinjam
mobilnya si pak pendeta. Kejadiannya sama, seteleah 2 minggu, pak pendeta
bingung, mobilnya belon dibalikin, dia kerumah pak ustadz, ehh, ternyata si
pak ustadz lagi motong knalpot mobilnya si pak pendeta. Pak pendeta kaget, dia
bilang "kawan, kenapa dipotong itu knalpot ?"
Pak Ustadz nyantai nya aja ngomong , " lha, bapak pendeta babtis mobil saya 2
minggu yg lalu, sekarang saya SUNAT ini mobil bapak. sama-sama
kan ?"

Ada Ekstacy Gak...?

Tatkala kiamat... seluruh manusia di Bumi ini diadili oleh Tuhan. Tidak ada
pengecualian termasuk para pemuka agama: Pak Pendeta, Bapak Haji, pendeta
Budha , pendeta Hindu dan pemuka Aliran Kepercayaan...
Sesampainya di depan pintu Surga seluruhnya harus diwawancarai oleh Malaikat.
Yang berhasil lulus wawancara akan masuk ke Surga.
Pak Pendeta datang dengan membawa Alkitab.
Malaikat : "Stop!!.."
Pak Pendeta berhenti...
Malaikat : "Apa yang kamu lakukan selama di Bumi?"
Pendeta : "Saya membuat umat Kristen menjadi bahagia..."
Malaikat : "Caranya??..."
Pak Pendeta membuka Alkitab dan membacakan beberapa ayat favoritnya...
Malaikat : "Hmmmm... betul juga.. bagus (sambil mengangguk) kamu boleh masuk
surga"
Berikutnya Bapak Haji datang dengan membawa Al-Quran.
Malaikat : "Stop!!.."
Bapak Haji berhenti...
Malaikat : "Apa yang kamu lakukan selama di Bumi?"
Bapak Haji : "Saya membuat umat Islam menjadi bahagia..."
Malaikat : "Caranya??..."
Bapak Haji membuka Al-Quran dan membacakan beberapa ayat favoritnya...
Malaikat : "Hmmmm... betul juga.. bagus (sambil mengangguk) kamu boleh masuk
surga"
Begitulah seterusnya pada Pendeta Hindu dan Pendeta Budha, mereka semua
masuk Surga dan berbahagia....
Seterusnya datanglah seorang anak muda berambut gondrong dan acak-acakan,
penampilannya butek dan kacau, mata merah, kulit hitam karena jarang mandi,
celana koyak-koyak ngikuti trend dan membawa tape dengan alunan house
music....
Malaikat : "Stop!!.."
Anak muda ini berhenti dan mematikan tape-nya...
Malaikat : "Apa yang kamu lakukan selama di Bumi?"
Anak muda : "ssayaaa membuatt manusiaaa di Bumi meeenjadi bahagiaaaaa..."
Malaikat : "Caranya??..."
Sambil merogoh kantongnya, anak muda ini merangkul Malaikat seakan-akan sudah
kenal baik...
Anak muda : "Iniii yang sayaaa berikan kepada mereka semuaaaaaa haha...."
Anak muda ini mengeluarkan beberapa butir pil XTC (ekstasi).. menawarkannya
kepada Malaikat. Malaikat meminumnya.. dan fly...............
Malaikat : "Hmmmm... betul juga.. bagus (sambil mengangguk) kamu boleh masuk
surga"
Dan yang terakhir.... datanglah pemuka Aliran Kepercayaan dari pedalaman
Kalimantan...
Malaikat : "Stop!!.."
Pemuka Aliran Kepercayaan ini berhenti...
Malaikat : "Apaaa yang kaamuuuu lakuuukan selamaaa di Bumiiii?"
Ternyata pengaruh ekstasi belum habis..
Pemuka : "Saya membuat umat di lingkungan saya bahagia..."
Malaikat mendekati sang Pemuka, merangkulnya dan bertanya....
Malaikat : "Ada ekstasi enggak???"
Sang Pemuka terkejut dan menjawab...
Pemuka : "Ee..eee.. enggakk adaa... Malaikat..."
Malaikat : "Aahhh!!!! kalau begitu masuk ke Neraka cepat!!!!"

Yang Ngiring Malah Betingkah

Saat saya sedang terkantuk-kantuk di atas bus Ulam Sari dari arah Jakarta ke
Tegal, tiba-tiba bus oleng ke kiri dan direm mendadak. Penumpang yang lagi
asyik ngantuk pada menggerutu dan menoleh ke jalan raya, dimana tampak lewat
beberapa sepeda motor dan mobil yang memenuhi jalan karena sedang mengiring
jenazah.
Sang sopir nggak kalah keselnya dengan ulah para pengiring bersepeda motor
yang memepet kendaraan yang berpapasan dengan mereka seraya berteriak
'Minggir...minggir ...' sambil mengacungkan bendera warna kuning.
Setalah mereka lewat, sopir kembali menjalankan busnya sambil menggerutu :
"Sialan... sok kali mereka... orang yang mati aja nggak ribut... yang ngiring
kok malah bertingkah..."

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...