Skip to main content

Cerpen Janeta a Hero


     Mentari mulai redup, dan menghilang di ufuk barat. Menambah indahnya negeri hijau, yang penuh kedamaian dan keindahan negeri ini. Negeri ini merupakan negeri ideal, karena selain indah negeri ini juga bebas dari polusi. Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilku, dan menghentikan lamunanku. Sebenarnya sedari tadi aku menunggunya, dan benar saja yang datang adalah ayahku. "ayah akhirnya kau pulang", ucapku sambil berlari memeluk ayah. Sudah 2 bulan ayah tidak pulang, karena bertugas di ibukota. "ayah-ayah mana oleh-olehku", rengek adikku yang berumur 4 tahun. "iya ini untukmu, dan ini untuk Janeta", pinta ayah sambil membagikan oleh-olehnya. "ayah apa besok ayah akan pergi kembali", tanya ibu kepada ayah "tentu tapi setelah itu ayah akan bertugas kembali di kota ini",

     Aku membuka oleh-olehku dan ternyata isinya adalah sebuah skateboard yang sangat aku inginkan dari dulu. Dan adikku mendapatkan sebuah tas sekolah, "ye... terima kasih ayah", ucapku kegirangan. "yah kenapa aku medapatkan tas", pintanya merengek-rengek. "Sebentar lagi kan kamu masuk sekolah jadi sebaiknya oleh-olehnya adalah tas".
Setelah itu, aku menuju lantai 2 rumahku dan menuju kamarku. Kamarku menjadi satu dengan adikku, karena dia masih belum berani tidur sendirian.

     Keesokan harinya, "Janeta bangun sayang kan hari ini kamu ada kemping", pinta ibu sembari membangunkanku. Aku berjalan menuju kamar mandi, dan setelah itu sarapan bersama ayah, ibu dan juga Sam adikku. "kakak mau kemana", tanya Sam kepadaku "kakak akan pergi, tidak lama kok hanya 3 hari". Setelah itu aku pergi ke sekolah dan segera menuju tempat kemping.

"Janet, aku gak sabar nih", gerutunya berulang kali, "iya-iya", sesampainya disana, kami segera mendirikan tenda. Sampai malam tiba, dan... petualangan dimulai, ketika aku hendak mencari ranting untuk api unggun bersama Ririn teman dekatku. Tiba-tiba hujan turun, kamipun mencari tempat berteduh. "aduh hujan, gimana ini Janet", tanya Ririn resah, "sudahlah... lihat itu ada gua mari kita berteduh", pintaku sambil berlari menuju gua itu. Kami masuk gua itu, tak disangka didalam gua itu terdapat pintu yang bertuliskan. Pintu Negeri Bunga. Kami memutuskan untuk masuk kedalamnya, dan melihat bunga-bunga yang tersebar luas di semua tempat. " \Janeta, kita ada dimana", tanya Ririn ketakutan.
"selamat datang di negeri Bunga",
"si... si..apa kau, dan dimana kami", tanyaku kepada pria misterius itu,
"aku pangeran Peter dan kalian ada di negeri Bunga",
"negeri bunga, tapi kami berasal dari negeri hijau", kataku
"iya, aku tau kau dan temanmu adalah orang pilihan untuk mengeluarkan kami dari kesengsaraan", gumam Peter panjang lebar.

     Diapun mengajak kami kesebuah Castel besar dan megah tempat tinggalnya. "wah ini sangat megah", kata Ririn, "Flori bawakan mereka makanan", perintah Peter kepada pelayannya. Setelah itu dia menjelaskan bahwa kerajaannya dalam bahaya. Itu semua terjadi karena Penyihir jahat Hanna, dia menghancurkan kota dan mengurung keluarganya. Hanna melakukannya karena, ia ingin balas dendam dengan Raja yang telah merusak hidupnya. "jadi itu yang terjadi, apa yang bisa kami bantu", pinta Janeta. "kalian melakukannya bersama Alfred panglima perang kami, dialah yang akan menuntun kalian". Keesokan harinya kami segera memulai perjalanan panjang kami.
"kita akan kemana panglima", tanyaku
"panggil aku Alfred",
"baik Alfred", kataku
"kita akan menuju Hutan Terlarang dan mendapatkan bunga ajaib",
"bolehkan aku bertanya", tanya Ririn
"tentu", jawabnya
"kenapa kalian memilih kami", tanyanya lagi
"karena menurut legenda hanya bangsa negeri hijaulah yang bisa menolong kesengsaraan kami",

     Setelah itu kami berhenti di sebuah kota bernama Blackcity. Kota ini penuh dengan penjahat dan perampok, kami berhenti sejenak dan menyewa penginapan. "Janeta, aku rindu ayah dan ibu",
"aku juga Ririn. Tapi negeri ini bergantung di tangan kita", jawabku penuh percaya diri
Disisi lain di Istana Flower yang dipimpin oleh Penyihir Hanna, sudah tau siapa yang akan menjadi penghalangnya. "yang benar saja, anak berusia 14 tahun menjadi pahlawan", katanya sambil tertawa melihat bola Kristal ajaibnya. "benar baginda, apa yang harus kita lakukan", tanya seorang laki-laki bertubuh kecil dan pendek. Hanna pun merencanakan sesuatu.

     Keesokan harinya di kota Blackcity, Janeta, Ririn dan Alfred sedang menyiapkan perlengkapan untuk perjalanannya nanti.
"Janeta, setelah ini kita kemana", tanya Ririn kepadaku
"kitakan akan pergi ke hutan terlarang", jawabku
"aku jadi takut nih", kamipun memutuskan untuk pergi lebih awal. Agar kami datang tepat waktu, jalan bekelok-kelok kami lewati. Tanpa terkecuali jalanan yang berbahaya, tiba-tiba kami dihadang pasukan berkuda tepat di tengah hutan terlarang. "kalian tidak boleh kemari", kata seseorang yang membawa pedang besar. "kalian adalah utusan penyihir Hanna bukan", tanya Alfred marah. Terjadi pertarungan sengit antara Alfred dan 7 pasukan berkuda. "aku takut Janeta", aku bingung dan ketakutan. Aku melihat sebuah cahaya dari sepucuk bunga. Apakah itu bunga ajaib? pintaku dalam hati, aku mengambilnya dan seketika berubah menjadi sebuah pedang ajaib. Tanpa pikir pajang aku membantu Alfred mengalahkan musuh. Hingga pasukan itu tinggal satu orang, dan dia lari dan menghilang. "kau hebat Janeta", katanya dengan nafas terengah-engah. "apakah ini bunga ajaib", tanyaku.
"benar itu bunga ajaib, kau adalah prajurit sejati",
Kamipun melanjutkan perjalanan ke Istana Flower untuk mengalahkan Hanna sang penyihir jahat.

"maaf baginda tapi pasukan kami kalah", pintanya
"bodoh, cepat penggal dia", diapun melihatku dari kristal ajaib, dan melakukan sesuatu. "kau tadi sangat hebat Janeta", kata Ririn memujiku. "lebih baik kita dirikan tenda disini karna hari mulai malam", kamipun mendirikan tenda di pinggir danau. Badan yang sangat lelah dan pegal membuat kami cepat tertidur. Keesokan harinya, sebelum berangkat kami membuat rencana untuk mengalahkan Hanna. "sebentar lagi kita akan sampai, tetaplah waspada", pinta Alfred
"apakah kita akan berhasil Janeta", kata Ririn. Tapi aku tidak menjawab, dan terlihat sebuah bangunan besar nan megah berhias berlian-berlian yang cantik. Dan terlihat pula diatas istana itu sesosok wanita yang memakai sebuah jubah berwana hitam dan sebuah Kristal ajaib. "apakah dia Hanna sang penyihir jahat", tanyaku, dan Alfred hanya mengangguk.
"selamat datang di istana Flower, kalian akan bersenang-senang cepat bunuh mereka",
Aku memohon kepada Bunga ajaib agar berubah menjadi pedang dan baju perang. Ternyata berhasil aku segera memakainya dan bertempur melawan mereka.

     Ketika Alfred sedang bertarung, tiba-tiba sebuah bola merah menuju aku, dan..." tidak...", Ririn mendorongku hingga jatuh dan bola itu mengenainya. "Ririn bangun, bangun Ririn", kataku sambil menangis. "dia akan selamat jika kau bisa membunuh Hanna dan memakai mahkota dewa", tanpa pikir panjang aku berlari menuju Hanna, dan bertarung denganya. Dia mengeluarkan sebuah tongkat dan menjadikannya sebuah Panah. "kau akan mati... ha...ha...ha...", dia menggunakanya untuk mengincarku, tapi bukan aku yang terkena, tapi Afred. "jangan-jangan lagi, cukup aku akan membunuhmu", aku berlari, mengincar hanna. Aku melihat sebuah Kristal tepat di tengah dadanya. Aku berpikir mungkin itulah kelemahannya, aku bergerak sangat lincah walaupun dia mengenai lenganku. Dan kuayunkan pedangku ke arahnya, dia menjadi seekor burung hantu dan hancur menjadi serpihan debu. Aku bergegas menuju Aula dan mencari dimana letak Mahkota dewa. "dimana, mahkota dewa", aku melihat seseorang berteriak padaku "ada di dalam kota merah itu, cepat kau tidak punya banyak waktu", teriak gadis yang seumuran denganku.

     Aku membuka kota itu, dan melihat sebuah mahkota yang sangat berkilau, aku memakainya di atas kepalaku. Dan tiba-tiba sinar putih berputar di dekatku dan mengubah bajuku. Aku mengenakan sebuah gaun indah dan mahkota di atas kepala. "Janeta kau berhasil", teriak Alfred. "Alfred", aku memeluknya dengan bercucuran air mata. "Janeta", pinta Ririn. "Ririn kau selamat",
"selamat atas kemenanganmu".

     Setelah itu pesta besar terjadi di Istana, tapi kami harus pergi. Alfred mengantar kami ke pintu dimana kami datang. Kamipun memasukinya, dan kami kembali ke goa yang kami datangi. Dan kami segera kembali ke perkemahan. Setelah 3 hari kami pulang, ke rumah dan kami memutuskan untuk merahasiakan hal itu semua.

Penulis: Dini Aprilia Purnamasari


Comments

Popular posts from this blog

The Painting of Destiny

"Are you sure of this, Navan?" The old pirate stared at King Mannas' chief merchant. However, his bright emerald green eyes sparkled with laughter. "The information came from Daoud, one of my former crew members, when I was ravaging the coastal villages of Vyrone." Navan smiled at the expression crossing Gerrod's face, whose family had fled from one of these villages. The Iron Falcon was a legend and parents had always used the threat of its crew and its flaming-haired captain to scare naughty children into sleeping and behaving differently. Gerrod quickly recovered and smiled. "Then he must be a man to be trusted, indeed." "Ah!" cried Navan. "Daoud will take the coin from the mouth of a dead man while it is still warm. I trust him only because he knows the fate of him who lies to me." I may have made him captain when I decided to infiltrate King Mannas' court, but he still knows who is in charge. "We must tell ...

Good Morning America is a popular

Good Morning America is a popular morning news show that airs on ABC. It has been a staple in American households since its debut in 1975. The show covers a wide range of topics including news, entertainment, lifestyle, and pop culture. With its team of talented hosts and reporters, Good Morning America provides its viewers with the latest updates on current events and trending stories. One of the things that sets Good Morning America apart from other morning shows is its lively and energetic atmosphere. The hosts, including Robin Roberts, George Stephanopoulos, Michael Strahan, and Lara Spencer, bring a sense of fun and camaraderie to the show. They engage with their audience and each other in a way that feels genuine and relatable. In addition to its engaging hosts, Good Morning America also features a variety of segments that cater to a diverse audience. From cooking demos and fashion tips to celebrity interviews and human interest stories, the show offers something for everyone. Wh...

The liz hatton

The liz hatton is a unique piece of headwear that has been gaining popularity in recent years. This hat is characterized by its wide brim and low crown, which gives it a distinctive and fashionable look. The liz hatton is often made of materials such as wool, felt, or straw, making it a versatile accessory that can be worn in various seasons. One of the key features of the liz hatton is its versatility. This hat can be dressed up or down, making it suitable for a range of occasions. Whether you're going for a casual look or a more formal outfit, the liz hatton can easily complement your ensemble. Additionally, the wide brim of the hat provides excellent sun protection, making it ideal for outdoor activities such as picnics or garden parties. In terms of style, the liz hatton can be compared to other types of hats such as the fedora or the boater. While these hats may have similar silhouettes, the liz hatton stands out for its unique shape and design. The low crown and wide brim of ...
  • Cerpen Cry For Love (Part 3)

    Nugroho berjalan lemas saat mendekati jenazah putrinya. Raut wajahnya memancarkan kesedihan yang amat besar. Tangannya gemetar saat menyentuh kain penutup jenazah. Dirinya tak ingin membuka kain itu, tapi sisi lain hatinya mengatakan ia harus membukanya dan memastikan apakah itu benar putrinya at... Readmore

  • Cerpen Cry For Love (Part 2)

    Kulihat wajah mama yang terlihat panik. Kuhentikan mobil di depan mall. “Mama!” seruku pada mama. Melihatku datang, mama langsung berlari menuju mobil dan tanpa berkata langsung masuk ke dalam mobil. “Cepat ke rumah sakit!” suara mama terdengar panik. “Rumah sakit! ... Readmore

  • Cerpen Cry For Love (Part 1)

    ‘Mengertikah cinta saat aku menginginkan ia datang untuk mengisi ruang hatiku yang kosong? Tahukah ia saat aku sangat merindukannya untuk menemaniku dalam kesunyian yang menyiksa? Pahamkah ia saat aku memanggil namanya untuk bisa merasakannya bahwa aku ingin berbicara dengannya? Sakitkah i... Readmore

  • Cerpen Just Bestfriend

    Sepulang sekolah, tidak seperti biasanya. Hari ini begitu terik, panas matahari serasa membakar kulit. Keringat bercucuran, mata sudah tidak fokus memperhatikan jalan yang di lewati. Hari ini sepertinya menjadi awal musim kemarau. Beban yang berada di tas juga semakin terasa berat sekali. Ternya... Readmore

  • Cerpen Filosofi Hati

    "Untuk apa pacaran? Demi apa pacaran? Mengapa kamu pacaran? Manfaat apa yang kamu peroleh dari pacaran? Sama sekali nggak ada!"      Aku diam. Duduk tegak layaknya garuda wisnu kencana yang menumbukkan mata pada perempuan berhijab di depan kelas. Mendengar deru pacu kata demi kata... Readmore

  • Cerpen Cintaku Tak Semanis Gudeg Jogja

    "Hy fir, lagi sibuk nggak?" aku segera mengalihkan pandangan ku kearah sumber suara yang tepat berada di samping ku. Dan aku melihat sesosok tubuh tegap dengan wajah nya yang rupawan telah duduk di samping ku. "emmm... nggak kok, emang nya kenapa ar?" Tanya ku kepada arya. "emang nya anak rohis mau... Readmore

  • Cerpen Surat Terakhir

    Poooss...! Teriakan tukang pos membangunkanku dari tidur siangku, aku yakin sekali surat kali ini untukku. Ini pasti dari sahabatku,Dini. Aku dengan Dini sudah hampir setahun saling bertukar surat, awalnya kami berkenalan dengan tdak sengaja, pada awalnya aku mendapat surat tidak dikenal, saat ak... Readmore

  • Cerpen Biuti Fourtuna

          Cerita ini dimulai saat aku duduk di kelas XII SMA, XII SMA merupakan saat-saat sibuk masalah ujian nasional, ya kebanyakan siswa mengikuti les tambahan didalam maupun diluar sekolah, Aku memilih untuk melanjutkan lesku disalah satu pusat bimbingan belajar yg terdekat dengan ... Readmore

  • Cerpen Kamar Sebelah

    "Tobi, tolong simpan kardus-kardus ini ke kamar sebelahmu." perintah ibu. "Siapa tahu nanti berguna,"      Aku langsung membawa setumpuk lipatan kardus itu ke kamar di sebelahku. Saat itu kami sekeluarga baru pindah, sehingga banyak barang yang harus kami tata. Untung saja rumah ba... Readmore

  • Cerpen AHS

    Ctik, ctik, ctik… Seseorang di depan komputer itu mengetikkan sederet huruf pada keyboardnya, fokus tatapannya tanpa suatu niat untuk teralihkan. Log in Klik. Setelah memasukkan email dan passwordnya, dia mengetik tombol log in tepat di sebelah kotak password untuk memasuki akun fa... Readmore