Buang Segala Kemunafikan

Baca: Mazmur 28

"...yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan." (Mazmur 28:3)

Apa itu munafik? Munafik memiliki arti: bermuka dua, orang yang perkataannya berbeda dengan isi hatinya, penuh dengan kepura-puraan, apa yang diucapkan tidak sesuai dengan perbuatannya. Dalam Perjanjian Baru, kata "munafik" diterjemahkan dari kata Yunani, "hupokrithes" yang diartikan: seorang pemain drama atau sandiwara. Peran/karakter yang mereka lakoni di atas panggung sangat bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari.

Kemunafikan adalah hidup yang sedang in dalam kehidupan masyarakat di zaman sekarang ini, yang akhirnya menghasilkan budaya berpura-pura. Munafik berarti penuh kepalsuan atau kepura-puraan. Inilah yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka sangat ahli dalam hal Alkitab atau Taurat, tapi sayang hal ini tidak selaras dengan perbuatan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat mengecam mereka dan menyebutnya sebagai orang-orang yang munafik, karena hanya bisa mengajar orang lain tapi ia sendiri tidak melakukan apa yang mereka ajarkan, bahkan perbuatan mereka sangat bertolak belakang. Pelayanan hanya mereka jadikan topeng belaka. Tuhan Yesus berkata, "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (Matius 23:3).

Hidup dalam kemunafikan adalah tanda bahwa seseorang tidak sungguh-sungguh bertobat dan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Karena tidak ingin kehilangan pamor atau reputasi, dengan segala upaya mereka berusaha menutupi segala kebobrokannya dengan menampilkan hidup yang seolah-olah rohani (suci) melalui aktivitas-aktivitas keagamaan dengan tujuan supaya dipuji, dihormati dan dihargai oleh orang lain. "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).

Apakah selama ini kita menjalani kehidupan kekristenan kita dengan penuh kepura-puraan? Ibadah dan pelayanan yang kita lakukan jangan sampai hanya sebatas aktivitas jasmaniah, sementara hati dan perbuatan kita sangat jauh dari kebenaran.

Buanglah segala kemunafikan, sebab Tuhan sangat benci orang yang demikian!

Jalan Orang Fasik

Baca: Amsal 4:11-27

"Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung." (Amsal 4:19)

Berkat dan kebahagiaan adalah dua hal yang dirindukan dan diimpikan oleh semua orang. Siapakah di antara kita yang tidak mau diberkati dan bahagia? Tak seorang pun. Itulah sebabnya banyak orang menempuh jalan yang salah guna mewujudkan keinginannya itu.

Bagi orang-orang dunia berkat dan kebahagiaan selalu mereka identikan dengan banyaknya uang, harta yang melimpah, rumah megah, mobil mewah, pangkat dan kedudukan yang tinggi. Akhirnya berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan semuanya itu. Sayang, banyak dari mereka yang menempuh jalan yang salah dan sesat. Contoh yang marak dilakukan dan sepertinya sudah menjadi tradisi bagi para pejabat pemerintahan negeri ini yaitu menyalahgunakan jabatan dengan melakukan tindakan korupsi; ada pula yang melakukan bisnis kotor dengan menipu sana-sini; tidak sedikit pula orang yang berduyun-duyun pergi ke dukun, kuburan, minta pesugihan dan penglaris supaya usaha dan tokonya menjadi laris.

Dari tindakan-tindakan ini, benarkah mereka menikmati berkat dan merasakan kebahagiaan yang mereka impikan? "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12).Tidak. Faktanya para koruptor tidak bisa menikmati kekayaannya, bahkan pada akhirnya mereka harus menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi. Sedangkan mereka yang menempuh jalan sesat dengan melibatkan kuasa-kuasa gelap, Iblis pasti tidak akan tinggal diam dan berperkara karena semua yang diberikannya itu tidak gratis, melainkan ada harga yang harus dibayar. Jelas dikatakan bahwa Iblis datang "...untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Tak bisa dibayangkan betapa ngerinya seseorang yang berada dalam belenggu Iblis!

Tidak seharusnya orang percaya mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang dunia ini karena kita punya Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang adalah sumber berkat dan kebahagiaan itu. Melalui kebenaran firman-Nya Tuhan sudah menunjukkan jalan yang harus kita tempuh untuk mendapatkan semuanya itu.

"Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat." (Amsal 4:14)

Memprioritaskan Tuhan!

Baca: Matius 6:25-34

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Banyak orang Kristen bertanya-tanya dalam hati, "Kalau kita mengikut Tuhan, katanya hidup kita akan diberkati, apa saja dibuat-Nya berhasil, semua usaha akan lancar dan kita akan terbebas dari masalah. Namun mengapa tidak demikian?" Adalah benar bila hidup di dalam Tuhan itu selalu ada berkat, perlindungan dan juga jaminan pemeliharaan karena ada penyertaan Tuhan di setiap langkah hidup kita. Inilah janji Tuhan, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).

Tetapi adakalanya dalam perjalanan hidup ini kita diperhadapkan dengan jalan yang berbatu, penuh cadas dan mendaki, ada masalah dan juga ujian. Namun yakinlah bahwa semuanya adalah bagian dari proses yang harus kita jalani. "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu." (1 Korintus 10:13b). Tuhan selalu buka jalan saat tiada jalan, tangan-Nya selalu menopang kita saat jatuh sehingga kita tidak sampai tergeletak (baca Mazmur 37:24).

Agar janji berkat pertolongan, pemeliharaan dan pembelaan Tuhan benar-benar digenapi dalam hidup ini ada harga yang harus kita bayar, yaitu "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (ayat nas). Kata "mencari" menunjuk kepada usaha yang dilakukan dengan sungguh dan secara terus-menerus sampai mendapatkan sesuatu. Artinya kita harus menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup ini; mengejar perkara-perkara rohani lebih daripada perkara-perkara yang ada di dunia.

Rasul Paulus pun menasihati, "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:1-2). Melalui pertolongan Roh Kudus kita berusaha menaati perintah Tuhan. Jika kita melakukan apa yang diperintahkan Tuhan ini, tidak ada alasan bagi kita untuk merasa kuatir dan cemas akan kebutuhan kita sebab semuanya pasti akan disediakan Tuhan.

Sudahkah kita memperhatikan jam-jam doa, menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman-Nya, tekun beribadah serta melayani Dia sepenuh hati?

Bila kita belum melakukan itu artinya kita belum memprioritaskan Tuhan!

Pembebasan Tuhan : Jalan Keluar Atas Masalah

Baca: Mazmur 34:16-23

"Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20)

Pembebasan lain yang dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya adalah membebaskan dari segala kesesakan dan penderitaan, artinya selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah dan kesesakan yang kita alami. Maka dari itu saat dalam masalah jangan sekali-kali menjauhkan diri dari Tuhan, apalagi sampai meninggalkan Dia. Kita harus lebih lagi mencari wajah Tuhan, karena semakin kita melangkah jauh dari Tuhan semakin jauhlah kita dari tangan-Nya yang kuat, sehingga kita semakin tidak punya kekuatan menghadapi masalah.

Sebaliknya jika kita tinggal dekat Tuhan ada jaminan perlindungan. "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (Mazmur 37:23-24). Sehelai rambut pun tidak akan jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan (baca Matius 10:30).

Ketika para rasul (utusan Tuhan) ditangkap oleh Imam Besar dan orang-orang Saduki yang membencinya dan dimasukkan ke dalam penjara kota, tiba-tiba "...waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: 'Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.' "  (Kisah 5:19-20). Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk membebaskan rasul-rasul itu dengan cara-Nya yang ajaib, "...sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu." (Mazmur 91:11).

Sangat jelas bahwa Tuhan memiliki banyak cara untuk membebaskan, melepaskan dan meluputkan umat-Nya dari segala bentuk kesukaran, ujian dan pergumulan yang ada. Salah satu caranya adalah mengirimkan para malaikat-Nya untuk menjaga di segala jalan kita. Malaikat-malaikat diutus Tuhan untuk melayani umat yang memerlukan pertolongan-Nya. Janji perlindungan Tuhan pun benar-benar terbukti.

Andalkan Tuhan dan libatkan Dia di segala aspek hidup ini, "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5), maka pada saat yang tepat Tuhan akan bertindak menolong kita dan meluputkan kita dari kesukaran.

"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13)

Yesus Datang : Pekerjaan Iblis Di Hancurkan!

Baca: 1 Yohanes 3:1-10

"Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8b)

Alkitab menyatakan: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya." (1 Yohanes 3:8a). Dari pernyataan ini bisa disimpulkan bahwa asal usul dosa adalah Iblis. Untuk itulah Yesus Kristus, Anak Allah, diutus datang ke dunia dengan tujuan menghancurkan segala perbuatan yang dikerjakan Iblis.

Kita tahu pekerjaan Iblis adalah "...untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Iblis berusaha memisahkan manusia dari kasih Tuhan. Itulah sebabnya langkah awal yang dikerjakan Tuhan dalam rangka penyelamatan manusia adalah terlebih dahulu menghancurkan segala perbuatan Iblis ini. Iblis-lah yang menghalangi manusia memperoleh keselamatan dengan jalan membutakan pikiran manusia. "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." (2 Korintus 4:3-4). Orang yang dibutakan pikirannya oleh Iblis sulit sekali menerima Injil, bahkan pemberitaan tentang salib dianggapnya sebagai sebuah kebodohan. Akibatnya mereka tetap hidup dalam kegelapan dengan perbuatan-perbuatannya yang jauh dari kebenaran oleh karena mereka tidak melihat dan tidak diterangi oleh cahaya Injil.

Hanya terang Tuhan yang dapat membuka pikiran yang gelap dan terang itu ada di dalam Kristus. "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Bila pikiran manusia sudah diterangi Injil akan dapat melihat perkara-perkara dahsyat yang dikerjakan Tuhan, mengerti kehendak-Nya, rencana-Nya, serta memahami "...betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus" (Efesus 1:19-20). Akhirnya manusia dapat merespons karya keselamatan yang dikerjakan Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Kuasa-Nya hebat atas kita dan karena-Nya setiap kita yang percaya "...lebih dari pada orang-orang yang menang," (Roma 8:37).

Pembebasan Tuhan : Terbebas Dari Dosa

Baca: Yesaya 61:1-11

"Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara," (Yesaya 61:1)

Pembebasan yang dilakukan Tuhan bagi orang-orang percaya adalah membebaskan dari belenggu dosa. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma rasul Paulus menegaskan bahwa semua manusia adalah orang yang berdosa. "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak." (Roma 3:10). Karena semua orang telah berbuat dosa, mereka pun kehilangan kemuliaan Allah.

Namun ada kabar sukacita: setiap orang yang mau datang kepada Tuhan dengan pertobatan yang sungguh akan diampuni dan dipulihkan-Nya mereka. Artinya Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap orang mengalami pembebasan dari belenggu dosa ini. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Tangan Tuhan selalu terbuka untuk menyambut kita karena Dia rindu kita memiliki hubungan yang dekat dengan Bapa, karena sekian lama terpisah jauh karena dosa dan pelanggaran kita, sama seperti yang dilakukan oleh bapa kepada anak yang terhilang. Ketika anak itu kembali kepada bapanya, bapa memberikan 3 hal kepada anaknya itu: jubah, cincin dan kasut.

Jubah adalah lambang kebenaran. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Cincin adalah lambang otoritas. Karena Kristus, kita memiliki otoritas untuk menjadi orang-orang yang berhasil, berkemenangan dan berkelimpahan. Kasut adalah gambaran bahwa setiap kita yang ada di dalam Kristus tidak lagi menjadi budak atau hamba dosa, melainkan "...telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18). Status kita bukan lagi orang-orang yang terjajah oleh Iblis, tapi orang-orang yang merdeka. "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36).

Pengampunan tersedia bagi setiap orang yang mau mengakui dosanya dan bertobat, mereka akan menerima pembebasan melalui darah Kristus!

Teke Teke (Hantu Penghuni Stasiun Kereta Api) (Part 2)


Spontan Kojima menutup telinganya dengan jari sambil menangis. Namun anehnya seolah hanya Kojima yang mendengar suara gaib itu. Michi yang duduk di sampingnya kaget dan khawatir melihat Kojima dan langsung memeluknya. Sepertinya Michi tahu apa yang terjadi. Sementara Hiraru yang duduk di jok seberang sana hanya melirik dengan tatapan penuh arti.


Mata Kojima seolah dipaksa untuk terbuka. Rasa ingin kencingnya semakin tak dapat ditahan lagi dan itu sangat mengganggu. Kojima terpaksa bangun dari tempat tidurnya dan menyalakan lampu. Diliriknya jam dinding yang ternyata masih menunjukkan pukul 01.00 dini hari.


Kojima berjalan sempoyongan menuju kamar mandi dengan mata setengah terbuka.


KREEETTT! Dibukanya pintu kamar mandi dengan perlahan. Tiba tiba mata Kojima dibulatkan. Hidungnya merasa mencium sesuatu dan itu tercium sangat amis seperti amis darah yang sudah busuk.


Kojima mengendus-endus sembari mencari-cari asal bau itu. Ia langsung berpikir bahwa ada tikus mati di kamar mandinya, namun tak kunjung ketemu. Rupanya bau itu menghilangkan rasa kantuk Kojima walau belum sempat cuci muka.


“Bau apa ya?” gumam Kojima semakin bingung.
Kojima terus mencari-cari asal bau itu sampai sampai ia lupa tujuannya ke kamar mandi untuk apa.


GUBRAK!!


Deg.


Kojima spontan menoleh dengan cepat ke arah suara itu. Nampak sebuah tulang penuh darah tergeletak di lantai kamar mandi. Seluruh tubuh dan jantung Kojima bergetar hebat sampai sampai ia tak mampu berteriak. Kojima bermaksud berlari, namun kakinya tergelincir dan terjatuh.


“Aaaaaaa!!” Kojima berteriak histeris sejadi-jadinya ketika menoleh ke belakang. Wujud itu kembali ia lihat. Wujud gadis dengan tubuh terbagi dua dan tangan menggenggam sebuah celurit bersimbah darah segar.


Michi berjalan lunglai sambil menundukkan kepala. Pikirannya melayang entah kemana. Tiba tiba seseorang menyapanya.


“Ohayou, Michi!” Rupanya Michi sudah kenal suara itu.
“Ohayou, Hiraru,” jawabnya malas tanpa menoleh orang yang menyapanya.
“Hei. Kau kenapa? Tak biasanya murung begitu. Kojima mana?”
“Justru itu. Aku sendiri tak tahu Kojima di mana. Mungkin hari ini dia tidak naik kereta.


“Kojimaaaa!” panggil seorang wanita paruh baya yang langsung masuk ke kamar anaknya itu.
“Kojima! Apa yang kau lakukan?” serunya kaget.


Kojima yang seharusnya berangkat sekolah malah mengemasi barang-barangnya kedalam koper sambil menangis.


“Kojima kau mau kemana?” Mama semakin panik dan bingung.
“Aku mau pulang ke Okinawa, Mah! Aku tidak mau mati..” jawabnya ngelantur seperti orang kehilangan akal sehat.
“Maksud kamu apa? Kita baru pindah.”
“Aku tidak mau bertemu hantu itu lagi!”
“Hantu? Hantu apa maksudmu?” Mama semakin cemas dengan jawaban anaknya yang semakin ngelantur.
“Ayo kita pulang! Jika kita terus di sini kita akan mati..” ucapnya terlihat serius dan menekankan.


Kojima berlari dan turun ke lantai satu sambil menarik dua buah koper besar. Satu koper berisi pakaiannya dan satu lagi berisi pakaian Mamanya.
“Kojimaaaa!!”
“Pokoknya kita harus pulang!”
“Baik, Kojima. Kita pulang!”
Langkah Kojima terhenti.


***


Okinawa, sebulan setelah kepulangan Kojima. Akhirnya Kojima dapat menghirup udara kebebasan. Dengan tangan terlentang dan mata terpejam, Kojima merasakan kesegaran udara sore dan suara aliran air yang deras. Rasanya tenang sekali berada di jembatan yang cukup rimbun dengan pohon sakura putih yang dari dulu menjadi tempat favoritnya ini. Tak ada sedikitpun gangguan.


“Kojima!”


Kojima celingukan merasa ada seseorang yang memanggil namanya.


“Kojima! Aku di sini!”
“Hiraru?” gumam Kojima dengan kening mengkerut. Sosok itu menghampirinya.
“Hiraru? Kau benar Hiraru?” tanya Kojima tak percaya.
“Iya, ini aku,” jawab pemuda manis itu dengan pipi merahnya.


“Bagaimana kau tahu tempatku?”
“Aku mencarimu, Kojima!” ucapnya seolah memaksakan diri mengucapkan kalimat itu.
“Michi mana?” tanya Kojima sambil celingukan melihat lihat ke belakang Hiraru.
“Michi pidah sekolah.”
“Kemana?”
“Paris.”


Ada perasaan sedih dalam hati Kojima mendengar berita kepindahan Michi.
“Tapi Michi merindukanmu.”
“Ng.. Lalu, mengapa kau mencariku?”


Sudah Hiraru duga, pertanyaan itu akan keluar.
“Aku… Rindu padamu!” jawabnya dengan suara bergetar. Gerogi.
“Eh?”
“Dan mulai sekarang aku tinggal di sini.” Entah mengapa, perasaan Kojima begitu senang mendengarnya.


“Ng.. Bagaimana keadaan kereta itu?”


Tiba tiba pertanyaan yang tadinya sama sekali tak ingin dibahas keluar dari mulutnya.


“Sudah saatnya aku jujur padamu. Sebenarnya hantu itu adalah kakak kandung Michi.”
“Makanya Michi tak takut,” sambungnya, “Michi tahu bahwa hantu itu tak akan menyakiti orang-orang yang ia sayang. Namun arwahnya akan terus penasaran dan membunuh orang lain sebelum ia menemukan pacarnya yang telah membuatnya mati.”
“Lalu, jika kau sudah tahu kereta itu angker, mengapa kau mau naik kereta itu?”
“Karena aku… menyukaimu!”


Tek Ke.. Tek Ke..
Tek Ke.. Tek Ke..
Tek Ke.. Tek Ke..


THE END


Cerpen Karangan: Dedeh Kurnia

Teke Teke (Hantu Penghuni Stasiun Kereta Api) (Part 1)


Tahun 1980.
Angin bertiup kencang merindangkan pepohonan dan menyapu dedaunan-dedaunan kering yang sudah terkapar di atas tanah. Suara suara burung hantu terdengar saling bersahutan. Malam begitu mencekam. Seorang laki-laki paruh baya mempercepat langkahnya ketika mendengar suara samar jeritan perempuan yang sedang kesakitan di dalam rumah tua yang ia lewati.


“Aaaaa hentikan!! Kumohoon!!”
PLAK!


“Kau pendusta, Mariko! Kau mengkhianatiku!”
“Aku berani bersumpah, aku tidak selingkuuuh!!”


DAK!
“Tidaaaakkk!”
Tangisan dan jeritan itu terdengar semakin histeris setiap tangan dingin itu mendarat di wajahnya. Memar-memar di sekitar wajah dan darah yang keluar dari hidung dan telinga gadis berseragam sekolah itu. Gadis itu mencoba bangkit namun laki-laki yang juga berseragam sekolah itu terus mendorongnya hingga kepalanya beberapa kali membentur tembok rumah tua yang sudah pecah-pecah itu.


Keduanya terdiam. Gadis itu masih menangis tersedu-sedu. Sedangkan laki-laki itu mengepalkan kedua tangan kuat-kuat seolah menyiapkan energi baru untuk menyiksa Mariko lagi. Dan dengan kesakitan yang begitu parah, Mariko melarikan diri.


“Hei mau kemana kau?!” teriak laki-laki itu dan langsung mengejar Mariko.


Mariko sambil menjerit-jerit mencoba berlari dengan langkah tertatih-tatih. Mariko berlari ke jalan perkotaan.


“Toloong!!” pekik Mariko. Laki-laki itu nampak kaget takut dirinya ditangkap polisi dan akhirnya hanya melihat Mariko dari kejauhan.


Mariko yang berlari ke stasiun kereta bermaksud meminta tolong kepada orang-orang di sana namun tak kuat dan ia terjatuh tengkurap di atas rel kereta.


“Heeiii awas, dik!” teriak seseorang tertuju pada Mariko. Namun telinganya menangkap samar.


Tak lama terdengan suara kereta yang khas. Mariko masih terjaga di sana. Orang-orang mulai ricuh meneriaki Mariko.


“Hei awasss!”
“Keretanya sudah dekat!”
“Awaaaas!!”


Suasana tegang. Kekasih Mariko tak bergerak dengan mulut membentuk huruf O.


KREKKKK!!


Kereta menabrak tubuh Mariko dan menghancurkan tulang-tulang punggungnya yang terdengar seperti kerupuk yang terinjak. Darah segar pun memuncrati sebagian gerbong kereta. Tubuhnya terbagi dua. Pemandangan yang sangat mengerikan dan baru pertamakalinya di tempat itu. Semua orang menjerit ketakutan. Kekasih Mariko pun berlari.


Tahun 2014
Gadis berseragam sekolah itu nampak duduk-duduk santai sambil membaca buku menunggu kereta datang. Rupanya ia baru di kota Tokyo.


“Ohayou Gozimasu…” suara mungil yang manis terdengar menyapa dengan ceria.
“Ohayou…” balas gadis itu ramah dengan suara yang lebih dewasa.
“Kau baru ya di sini?” tanyanya sembari duduk di samping gadis baru itu.
“Iya aku dari Okinawa, namaku Kojima,” jawabnya dengan senang hati.
“Halo aku Michi!” ucapnya sembari menjulurkan tangan. Kojima langsung menerima tangan Michi. Rupanya Kojima merasa sangat senang memiliki teman baru di tempat tinggal yang baru. Keduanya berpandangan sambil tersenyum.


“Menunggu kereta juga ya?” tanya Michi.
“Iyaa” Michi manggut manggut.


Tak lama, terdengar suara kereta yang memperlambat jalannya dan berhenti tepat di hadapan kedua gadis manis itu. Michi dan Kojima segera memasuki gerbong paling depan disusul dengan penumpang lainnya. Michi dan Kojima duduk bersebelahan.


Suasana hening.


“Eh. Kau baru pertama kali naik kereta ya?” tanya Michi menebak-nebak.
“Iya. Bagaimana kau tahu?” Kojima terheran-heran.
“Fufufu! Hanya menebak…”


Hening.


Kojima melihat lihat sekitarnya. Sedangkan Michi mengeluarkan ipod-nya dan mendengarkan mp3 dari earphone. Kojima melihat lurus ke depan melihat gerbong yang dilewati kereta yang ia tumpangi.


Deg!


Entah harus percaya pada penglihatannya atau tidak, namun matanya menemukan bayangan samar seorang gadis berseragam sekolah ngesot di rel yang masih jauh sambil memegang celurit yang penuh bercak darah. Namun dengan keadaan, tubuh terpisah. Jantung Kojima serasa berhenti berdetak. Matanya reflek dipejamkan. Dan ketika perlahan ia membuka mata, bayangan aneh itu sudah lenyap.


“Ohayou, minnaaa” sapa gadis rambut kuncir dua itu dengan ceria pada semua orang. Michi.
Semuanya menjawab dengan serentak, “Ohayou…”
“Michi, siapa teman barumu ini?” bisik seorang murid laki-laki yang terlihat sudah akrab dengan Michi.
“Kenalkan, ini Kojima…”
“Hai Kojima, aku Hiraru,” ucap laki-laki itu sembari menjulurkan tangan.


Kojima segera menerima tangan Hiraru, “Hai aku Kojima,” jawab Kojima manis.
“Hiraru, kami masuk dulu ya!”


Michi pun berlalu dengan Kojima. Hiraru diam-diam memperhatikan Kojima yang berjalan cepat memunggunginya.


Michi dan Kojima duduk santai sembari melihat anak laki-laki yang sedang main basket di lapangan.


“Kojima!”
“Apa?”
“Tadi kau kenapa di kereta?” nada Michi terdengar serius.


Deg. Kojima tak menjawab.
Michi menoleh ke arah Kojima, “Kau sudah tahu mitos Teke-Teke?”
“Teke Teke?” bisik Kojima mengeryitkan kening.
“Teke Teke itu hantu penunggu kereta api. Konon dia adalah seorang gadis sekolahan yang tertabrak kereta yang sedang melaju pada sekitar tahun 80-an. Dan tubuhnya terbagi menjadi dua.”


Deg.


“Dan mitosnya arwah penasaran gadis itu berjalan menyeret tubuhnya sambil membawa celurit. Dan ketika ia jalan berbuyi “tek ke tek ke” dan jika seseorang bertemu dengannya di malam hari dan tak sempat lari, maka Teke-Teke akan memotongnya dengan celurit itu menjadi dua bagian seperti dirinya.” lanjut Michi dengan nada dihoror-hororkan.


Seluruh tubuh Kojima terasa menyusut. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Kembali otaknya memutar kejadian di kereta tadi. Napasnya menjadi ngos-ngosan.


“Kau kenapa?” tanya Michi tertawa sekilas.
Kojima terlihat menelan ludah dan mengatur napas, “Tidak apa apa,” jawabnya singkat.
“Kau percaya mitos itu?” Michi menatap mata Kojima, “Haha aku sendiri tidak percaya. Ah sudahlah.. Aku tak pernah melihatnya. Jadi aku tak percaya.”


Kembali jantung Kojima berdetak cepat. Michi memicingkan mata, Kojima langsung membuang muka seolah menyembunyikan sesuatu.


Senja itu nampak begitu mendung. Awan yang hitam seolah berat menahan air hujan. Kojima dan Michi berjalan menuju stasiun kereta untuk pulang. Tiba tiba Kojima merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Kojima memperlambat langkahnya seolah tak mau cepat sampai di stasiun kereta.


“Michi, kita pulang naik taksi saja ya!” ajak Kojima tiba tiba.
“Eh? Kenapa? Bukannya rumah kita jauh? Naik kereta itu lebih cepat…”
Kojima terdiam.
“Ya sudah, kita naik kereta saja,” ucap Kojima berubah pikiran. Michi mengernyitkan kening.


Langkah Kojima yang semula pelan entah mengapa menjadi sangat cepat mendahului Michi. Michi mulai sadar bahwa ada sesuatu hal yang aneh dari teman barunya itu. Kojima merasa ada seseorang yang mengekorinya dari belakang.


“Hei, Hiraru!” seru Michi. Kojima spontan menoleh dengan cepat.


Terlihat Hiraru dengan wajah memerah ketahuan menguntit
.
“Fuihh!” Kojima merasa lega. Ternyata yang menguntitnya Hiraru. Hiraru menghampiri kedua gadis itu malu malu.
“Ahhh kau mengikuti kami ya?” goda Michi yang membuat pemuda bermata sayu itu semakin malu.
“T-t-tidak! Aku-aku…” Hiraru menjadi gugup dan salah tingkah melihat berada di hadapan Kojima.
“Aku hanya ingin pulang bersama kalian. Ng, Naik kereta,” jelasnya terbata bata.
“Wa, rupanya kita ada teman baru naik kereta!” seru Michi senang.


Senja semakin menua. Ketiga remaja itu nampak duduk-duduk di bangku menunggu kereta. Ketiganya terlihat gelisah. Yang dua merasa gelisah karena takut kehujanan dan yang satu lagi berpikiran lain. Justru ia sama sekali tak memikirkan hujan.


Michi melihat jam tangan nya. “Sudah jam setengah 6 dan kereta belum juga datang,” keluhnya.
“Iya bagaimana jika kita kemalaman?” sambung Hirari.


Deg.


Mendengar kata Malam, jantung Kojima kembali berdetak cepat. Ia tak sanggup melihat ke arah rel kereta dan ia hanya menunduk ke bawah dengan mata terpejam kuat. Tanpa ia sadari, Michi dan Hiraru menatapnya heran.


Senja kini berganti malam. Suara jangkrik dan burung hantu terdengar bersahutan. Namun kereta yang mereka tunggu tak kunjung datang.


“My God. Apa kita kita harus bermalam di sini?” pekik Michi semakin kehilangan kesabaran.


Tanpa disengaja, kening Kojima mengkerut melihat orang-orang berkerumun ramai-ramai di seberang jalan yang jauh di sana.


“Michi!” Kojima menyenggol-nyenggol lengan Michi dengan tatapan masih lurus ke kerumunan orang-orang itu.
“Apa?”
“Lihat! Orang-orang itu mengerumini apa?”
“Sepertinya ada yang kecelakaan,” ucap Hiraru memfokuskan pandangannya.
“Ayo kita ke sana!” ajak Michi yang langsung berdiri dari duduknya. Michi berlari menuju kerumunan itu, kemudian Kojima dan Hiraru mengikuti dari belakang.


“Permisi, Permisi,” Michi mencoba masuk ke dalam kerumunan tersebut.
“Aaaaaa!!” Kojima menjerit histeris menyaksikan pemandangan tersebut.


Dilihatnya seorang wanita tergeletak dengan keadaan mengenaskan. Bersimbah darah dengan tubuh terbagi dua. Sedangkan Michi dan Hiraru nampak tak terlalu kaget dan sudah biasa melihat hal itu. Kojima langsung berlari terbirit-birit. Michi dan Hiraru mengikutinya santai.


“Mengapa kalian tidak takut?” napas Kojima terputus-putus dengan keringat bercucuran. Keduanya terdiam.
“Jawaaab!” desak Kojima.
Tak lama kemudiam kereta pun datang dan berhenti tepat di depan mereka.


“Aku tidak mau naik kereta! Tempat ini gila!”
“Kojima… Lalu kau pulang sendiri?” tanya Michi sambil memegangi kedua lengan Kojima.
“Sekali ini saja. Besok kita naik taksi!” bujuk Michi. Hati Kojima pun perlahan luluh.


Di dalam kereta.
Sepanjang perjalanan, mata Kojima tak mampu terbuka. Dadanya berdegup semakin cepat. Namun Michi dan Hiraru nampak tenang tenang saja.


Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…
Tek Ke… Tek Ke…


Suara apa itu?


To Be Continued


Cerpen Karangan: Dedeh Kurnia

Sekolahku Seram


Cewek bernama Vinny dan Fella bersekolah di SMP cahaya bangsa. Konon dahulu sekolah itu bekas rumah sakit. Banyak kejadian-kejadian aneh di atas jam 19.00. Semua siswa sudah diperingati berkali-kali tapi, masih ada yang bandel. Banyak siswa yang setelah membuktikan peringatan itu, dan benar banyak sekali penampakan, tangisan dan suara minta tolong.


Pada suatu hari Vinny dan Fella ada tugas osis yang mengharuskan mereka berdua dan tiga temannya lagi mengerjakannya sampai jam 19.30. Tiba-tiba Fella kebelet buang air. “Vin, anterin aku ke toilet yuk!” pinta Fella.
“aduh, Fella! tugas kita belum selesai. Terus kamu’ kan udah besar jadi beranikan.” ucap Vinny.
“agh, Vinnya ayo anterin aku, aku takut!” ucap Fella sambil menarik-narik tangan Vinny keluar kelas.
“iya iya, aku temenin” ucap Vinny pasrah.


Vinny dan Fella melewati lab. IPA, UKS dan baru sampai di toilet. Saat melewati lab IPA, Vinny dan Fella mendengar suara orang menangis. Lalu, saat melewati ruang UKS mereka berdua melihat penampakan cewek berambut pajang, muka hancur yang bersimbah darah. Karena keduanya penakut, mereka langsung saja berteriak dan mengambil langkah seribu untuk sampai ke toilet
“hosh.. hosh… itu barusan apa ya Vin? hosh.. hosh..” tanya Fella yang sedang mengatur nafasnya.
“ya, nggak tau. Tapi mukanya nyeremin banget.” jawab Vinny.


Ternyata mereka berdua sudah sampai di depan toilet
“Fel, ini sudah nyampai di toilet. Gih buruan, aku tunggu di luar.” ucap Vinny memberanikan dirinya untuk di luar.
“ya, sudah bentar ya.” kata Fella sambil masuk ke toilet.


Mungkin sekitar 10 menit Vinny menunggu Fella ‘aduh Fella lama banget.’ gerutu Vinny di dalam hatinya. Saat menengok ke kiri, tepatnya di depan ruang guru Vinny melihat ada seorang anak kecil lewat. ‘deg.. deg… deg..’ jantung Vinny mekin berdebar kencang. Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Vinny dari belakang. Vinny pun menegok. Pas saat menengok, ternyata yang menepuk adalah hantu muka seram yang sering diceritakan teman-temannya. “kyaaa…!!!” jerit Vinny ketakutan.
“Vinny, kamu kenapa?” tanya Fella yang kaget karena sahabatnya berteriak.
“aku tadi lihat hantu!! Habisnya kamu lama banget. Memang kamu ngapain aja?” tanya Vinny.
“tadi airnya habis, jadi aku ngisi air dulu he.. he… he..” jawab Fella.
“hiks… hiks… kamu jangan tinggalin aku ya hiks.. hiks…” kata Vinny disela tangisan ke takutannya. Fella hanya mengangguk. Lalu mereka berdua kembali ke kelas.


Saat kembali ke kelas ternyata Ze, Stella dan jeje sedang menyelesaikan tugas mereka semua. Mungkin sekitar satu jam berlalu akhirnya tugas osis selesai juga. Sekarang pukul 20.56, waktu yang tepat untuk hantu-hantu bergentayangan. “huft.. akhirnya selesai ya!” seru Ze pada ke empat temannya.
“iya” jawab mereka berempat bersamaan.
Saat sampai di gerbang, tidak ada pak Supri -tukang kebun dan penjaga kunci sekolah-disana, dan pintunya juga dikunci. Mereka berlima bingung karena tak biasanya pak Supri dan satpam sekolah membiarkan pintu terkunci dengan siswa di dalam sekolah.
“Ze, gimana nih?” seru Stella panik.
“aku juga nggak tau!” seru ze tak kalah panik dari teman-temannya.
“biasanya kan pak Supri dan satpam sukanya keliling-keliling. Gimana kalau kalau kita cari mereka aja, biar lebih cepet.” saran Jeje.
“wah! Ide bagus, kalau begitu kita bagi dua kelompok aja. Aku sama Ze. Fella sama jeje, dan kamu Stella, sendirian saja.” ucap Vinnya.
“ya sudah kalau begitu.” jawab semuanya kompak, lalu mereka berpisah bersama kelompok masing masing.


Di tempat Vinny dan Ze. Vinny dan Ze jalan melewati kelas 8b dan 7j. Saat melewati kelas itu banyak kejadian aneh seperti wanita berbaju putih, suara tangisan, orang jalan dan barang jatuh. Itu semua membuat Vinny dan Ze lari terbirit-birit. Di tempat Stella. Dia melewat ruang guru dan ruang tata usaha. Saat melewati ruang TU seperti ada bayangan hitam lewat dan ada suara laki-laki tertawa, sama seperti Vinny dan Ze, Stella juga lari terbirit-birit. Di tempat Fella dan Jeje. Mungkin hari ini adalah hari kebertungan mereka berdua karena, tak menemukan apapun yang aneh.


Karena Vinny, Ze dan Stella melihat penampakan mereka tak menyadari kalau mereka menabrak pak supri dan satpam yang sedang jaga. ‘bruk’. “aduh” keluh pak. Supri dan satpam bebarengan.
“hosh… hosh.. pak Supri. Bapak kemana saja, kita hampir mati ketakutan” protes Ze dan mendapat anggukan teman-temannya.
“Non ngapain nyari saya?” tanya pak Supri dengan polosnya.
“kan gerbangnya dikunci.” ucap Stella.
“nggak, saya nggak ngunci lho. Kalau nggak percaya ayo ikut bapak ke depan.” ucap satpam.
Kemudian mereka semua pergi ke gerbang.


Ternyata benar yang dikatakan pak Supri dan satpam, gerbangnya tidak di kunci. ‘aneh’ pikir Vinny. “ya sudah kalau gitu kita pulang dulu.” pamit Vinny.
Saat hendak pulang ada suara yang memanggil Ze, Vinny dan Stella. “Vin, tungguin!” seru suara itu, ternyata suara itu adalah suara Fella dan Jeje.
Mereka semua membalikan badan. “Fella, Jeje!” Seru Ze, Vinny dan Stella saat bertemu deng sahabat mereka yang dilupakan karena takut tadi.
“pak kita pulang dulu” pamit Vinny
“ya” jawab pak Supri dan satpam. Kemudian mereka semua pulang.


Tamat


Cerpen Karangan: Nachan

Janji Pembebasan Tuhan

Baca: Mazmur 49

"Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku." (Mazmur 49:16)

Dalam Lukas 24:51 dikatakan bahwa ketika Yesus naik ke sorga Dia tidak pergi meninggalkan murid-muridNya begitu saja, tapi Ia dalam posisi memberkati umat-Nya sebagai bukti kepedulian dan kasih-Nya yang besar kepada umat. "Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11), artinya Tuhan Yesus yang naik ke sorga suatu saat kelak pasti akan datang kembali kedua kalinya untuk menjemput umat-Nya dan sebagai umat Tuhan kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyambut kedatangan-Nya itu, karena siap atau tidak siap Dia pasti akan datang kembali.

Alkitab menyatakan bahwa ketika Yesus naik ke sorga Ia tidak hanya memberkati, tapi juga "...membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." (Efesus 4:8). Makna rohaninya adalah Tuhan akan melepaskan dan membebaskan umat-Nya dari segala belenggu yang selama ini mengikat dan menindas kehidupan mereka dan membawa mereka kepada kehidupan yang dipulihkan dan berkemenangan, sehingga semua tawanan mendapatkan kebebasan/kelepasan dari ketertawanannya, "sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi, untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh," (Mazmur 102:21). Dari situ dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar pelayanan Tuhan Yesus adalah kasih, karena Dia "...datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45).

Melalui pelayanan Yesus orang buta dapat melihat, yang lumpuh dapat berjalan, yang kusta menjadi tahir, yang tuli dapat mendengar, bahkan yang mati dibangkitkan-Nya. Kedatangan-Nya benar-benar untuk menyelamatkan dan membebaskan. Inilah yang seharusnya juga menjadi dasar pelayanan kita yaitu kasih kepada jiwa-jiwa yang tersesat dan membebaskan mereka dari segala keterikatan.

Bagi setiap orang yang percaya: ada pertolongan, kelepasan dan juga pembebasan!

Bertahan Di Tengah Penderitaan

Baca: 2 Korintus 11:23-33

"Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut." (2 Korintus 11:23)

Banyak orang Kristen mengeluh dan bersungut-sungut jika sedang dalam masalah dan penderitaan. Mari belajar dari kehidupan rasul Paulus, seorang pemberita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Meski sudah melayani Tuhan, apakah hidup Paulus terbebas dari masalah? Justru sebaliknya: hari-hari yang dijalani Paulus dipenuhi oleh penderitaan dan pergumuluan yang berat.

Meski demikian hal itu tidak menyurutkan semangat Paulus untuk melayani Tuhan dan memberitakan Injil. Seburuk apa pun keadaannya Paulus tetap memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan. "Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian," ( 2 Korintus 11:23-27).

Apa yang mendasari Paulus sehingga ia tetap kuat dan mampu bertahan di tengah penderitaan? Dasarnya adalah pengorbanan Kristus dibawah kayu salib. Ia menyadari bahwa "...setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya," (2 Timotius 3:12). Setiap orang percaya kita hidup di dalam kasih karunia; meski demikian, tidak berarti kita akan terbebas dari masalah dan persoalan. Masalah dan persoalan boleh saja tetap menerpa, tapi dalam keadaan buruk sekalipun kasih karunia Tuhan yang akan menopang dan menolong, sehingga kita dapat melewati segala sesuatunya.

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9)

Misteri Rumah Tua


Malam semakin larut. Udara dingin pun kian menusuk sampai ke tulang. Seperti biasa jalanan kampung durian ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang dengan kendaraan kebanggaan mereka. Kampung durian ini kampung yang ramai, nyaman dan tenteram. Warganya pun ramah kepada siapapun. Namun di balik keramaian itu, kampung ini menyimpan sebuah misteri tentang rumah tua yang terletak di dekat masjid besar kampung ini yakni masjid al-istiqamah.


Konon katanya, rumah ini sangat angker dan banyak hantu yang bergentayangan menakuti warga sekitar yang melewati rumah tua itu. Bila malam telah datang, rumah ini menjadi sangat mencekam bagai istana setan. Banyak warga yang menyaksikan keanehan rumah tua itu. Di antaranya, ketika Pak Somad bersama rekannya sedang ronda, mereka melewati rumah itu.


Di saat mereka berdiri tepat di depan rumah itu, tercium bau wangi bagai minyak kasturi. Dan tak lama setelah itu, muncul seorang wanita cantik membuka pintu rumah tua yang selama ini selalu tertutup.
“Ronda ya bang?” Tanya wanita itu dengan senyum di bibirnya.
“iya nih neng.” Sahut Bang Somad sambil senyum karena terpana dengan kecantikan wanita itu.


Salah seorang teman Pak somad yakni Pak Karim mendekati wanita itu dengan yakin, lalu dia memegang tangan wanita itu.
“yuk neng ikut ronda bareng Abang.” Kata Pak Karim genit.


Dia menggandeng tangan wanita itu. Tanpa ia sadari tangan wanita yang ia gandeng itu lepas dari tubuhnya. Melihat kejadian itu, Pak Somad lari terbirit-birit. Dan Pak Karim karena saking ketakutannya sampai pingsan di tempat.


Cerpen Karangan: Fitri Nur Azizah

Rumah Baru


Aku akan jadikan dunia ini damai dari mulai keluarga, selanjutnya rakyat. Menjaga adikku dengan sepenuh hati agar dia tidak manja dan selalu baik. Menyayangi kedua orangtua dan keluarga. Baik kepada siapapun. Membantu selagi mampu. Berusaha selagi kuat. Melindungi adikku dari tangan-tangan setan. Itu yang harus aku lakukan, untuk membuat aku hatiku nyaman.


Orangtuaku sibuk, pulang pergi ke luar kota. Rumahku berada di daerah yang jauh dari kota, dulu kami memilih tinggal di sini karena Ibuku senang dengan suasana pedesaan. Selera Ibuku hilang saat tempat Ibu bekerja dengan rumah letaknya sangat berjauhan. Ibuku seorang sekertaris di sebuah perusahaan.


Ayahku manager di sebuah pabrik. Dan adikku berusia lima tahun, pikirannya masih kosong dan perlu perhatian dari orangtua. Aku sisiwa kelas 8 bersekolah di Briand Junior High School, sekolah yang letaknya sangat jauh dari rumahku.


Nama ku Dinda dan adikku bernama Tasya. Selagi orangtuaku bekerja dan aku sekolah, adikku diasuh oleh tetangga.


Jam 4 pagi aku bangun tidur, ke luar kamar untuk membangunkan adik. Saat ku buka pintu kamar adikku, ternyata adikku sudah bangun. Lalu aku ke dapur dan melihat Ibu sedang memasak makanan untuk makan pagi.


“bu, Ayah ke mana?” tanyaku.
“Ayah masih tidur, Ibu minta tolong untuk bangunkan Ayah ya!” seru Ibu.
“iya bu” jawabku.


Aku pun berjalan ke kamar Ayah, membuka pintu dan melihat Ayah yang sedang melamun di samping kasur.


“Ayah? Jangan melamun. Ayah memikirkan apa?” tanyaku.
“Ayah berpikir untuk pindah, mencari rumah baru di kota agar mudah jika pergi ke kantor dan Sekolahmu” jawab Ayah.
“iya benar yah. Jika ingin sesuatu mudah, di kota itu dekat jika ingin ke toko-toko” ucapku.
“Ayah akan pulang agak malam karena akan mencari rumah yang kita inginkan, Ayah sudah berbincan-bincang semalam dengan Ibu” ucap Ayah.
“iya yah” jawabku.


Jam menunjukan pukul 04.15 aku pun segera mandi, ganti baju dan makan pagi. Saat selesai makan pagi bersama, Ayah, Ibu dan aku pergi berangkat jam 05.30, karena sekolah dan kantor Ayah, Ibuku letaknya jauh dari rumah.


Sesudah sampai di Sekolah, aku langsung menuju kelas dan menyimpan tas. Tak lama bel masuk pun berbunyi. Kami hanya belajar selama tiga jam, karena guru-guru akan mengadakan rapat. Tak sabar untuk sampai ke rumah menemani adikku.


Jalanan kota yang macet membuat perjalananku menuju rumah bertambah lama. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam akhirnya sampai juga di rumah.


“adik! Kakak pulang” teriakku dari luar rumah, adikku langsung berlari menghampiriku.
“Kakak mengapa kau pulang cepat?” tanya adikku.
“kau tak perlu tahu, yang penting Kakak bisa menemanimu” ucapku.


Aku pergi ke Ruang Utama untuk menghilangkan rasa lelahku.


“Tasya, kamu tahu tidak? Kata Ayah, perkiraan, besok kita pindah rumah. Kamu senang tidak?” tanyaku. “iya kak aku senang, berarti Kakak pulang lebih cepat dan bisa menemaniku” jawab Tasya.
“iya Tasya” ucapku. Aku pun menyalakan laptop hanya untuk menghIbur diri saja dan adikku sIbuk bermain game.


Hari menjelang malam, Ayah dan Ibu pun pulang.


“Ayah, apakah sudah menemukan rumah untuk kita pindah?” tanyaku.
“sudah, besok kita bisa pindah, apakah besok kau lIbur?” tanya Ayah.
“iya yah, jadi besok sabtu, kita merapikan barang-barang di rumah baru” ucapku dengan wajah yang senang.


Keesokan harinya kami merapikan barang-barang dan dimasukan ke truk pengangkut barang. Kami pun segera berangkat ke Rumah baru. Saat sudah sampai aku melihat rumah itu, besar, indah, halamannya besar dan sejuk karena di samping rumah ini terdapat pohon besar yang rindang.


Kami pun masuk dan aku beranggapan rumah ini seperti istana karena rumah ini luas dan juga indah. Ayah pun menunjukan kamarku, walau tak jauh beda dengan kamarku sebelumnya, aku merasa sudah nyaman.


Sesudah barang-barang dimasukan ke dalam rumah dan sudah dirapikan, aku berjalan-jalan mengelilingi rumah baruku bersama adikku, hanya ada satu ruangan yang tidak dapat kami masuki karena terkunci dan Ayah pun tak diberi kunci ruangan itu oleh pemiliknya.


Makan malam pertama di rumah baru kami, sangat menyenangkan. Suasana perumahan kota pun tampak begitu jelas di suasana siang mau pun malam hari. Aku ingin terus tetap tinggal di rumah ini, walau pesona alam kalah indahnya dengan rumah kami saat di pedesaan, tak apa asalkan bisa membuat kebersamaan yang erat. Sesudah makan malam kami melihat hIburan malam di televisi dan selanjutnya tidur.


Pukul 03.30 aku terbangun karena aku ingin buang air, saat aku berjalan, aku merasakan sesuatu yang aneh, perasaanku mulai memberikan pertanyaan. Ada apa? mengapa? Dari dapur terdengar suara seperti ada yang mengambil piring dan sendok. Saat aku melihat ke dapur, perkiraan aku itu adalah Ibu, tetapi tak ada orang di dapur.


Aku pun masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Sesudah buang air aku kembali ke kamar tidur ku. Saat berjalan aku melewati ruangan yang terkunci itu, aku mendengar suara piano yang merdu, terus mendengarkannya dan pada akhirnya terdengar suara wanita sedang menangis.


Aku pun lari menuju kamar orangtuaku dan membangunkan mereka.


“Ibu! Ayah! bangun!” ucapku dengan memegang badan mereka.
“aduh Dinda ada apa?” tanya Ibu.
“itu bu ada orang yang menangis di ruangan yang terkunci, di ujung” ucapku dengan panik.
“ah masa ada orang sih, kan kamar itu dikunci, lagi pula Ayah tidak memegang kuncinya” ucap Ayah.


Aku berusaha meyakinkan mereka dan ternyata mereka mengikutiku, setelah sampai di sana kami tidak mendengar suara tangisan dan suara melodi piano. Orangtuaku tak percaya dan mereka menganggap aku hanya bergurau.


Matahari mulai tampak di ujung timur. Hari sudah siang. Hari ini hari minggu, aku dan Tasya hanya berdiam diri di rumah, sedangkan orangtua kami, ada urusan ke luar kota. Merekapun pergi, hanya ada aku dan adikku.


Aku duduk di depan meja komputer, menyalaakan komputer dan bebuka jejaring sosial facebook. Sedangkan adikku sedang serius bermain game. Saat sedang membuka facebook ternyata listriknya padam, yang membuat aku aneh adalah game yang dipakai adikku ternyata ikut padam dan listrik yang mati hanyalah kamar
ku sedangkan ruangan yang lain tidak padam.


Tak lama arus listrik pun mengalir kembali. Tiba-tiba ada yang membunyikan bel pintu, saat aku dan adikku melihat ke luar rumah, ternyata tidak ada orang. Aku tak melepaskan genggaman tanganku dari tangan adikku karena perasaanku sangat buruk, aku tak mau adikku celaka.


Tiba-tiba hujan besar turun disertai dengan petir yang kencang.


“Kakak aku takut” ucap adikku.
“tidak Tasya, kamu berani, kamu kuat, sebentar lagi Ibu pulang” ucapku agar menenangkan adikku.


Sekilas aku melihat sosok wanita yang berjalan dari ruang utama menuju ruang tamu saat kulihat, ternyata tidak ada siapa-siapa. Entah mengapa tiba-tiba adikku menangis, aku coba menenangkanya, tetapi tetap saja dia menangis.


Sekilas aku mendengar suara air mengalir, saat aku mencari dari mana sumber air mengalir itu, tetap saja tak kutemui. Saat aku dan adikku melewati ruangan yang terkunci, aku dan adikku mendengar suara piano dan tangisan wanita, tangisan wanita itu membuat ku terharu, ingin membuka pintu dan takut.


Keadaan mulai membaik, adikku sudah tidak menangis lagi. Kami pun memutuskan untuk berdiam di kamar Ibu dan Ayah. Saat kami sedang menenangkan diri tiba-tiba sosok wanita berbaju putih menampakan dirinya di jendela kamar. Kami pun merasa takut.


Aku memutuskan untuk pergi ke kantor tempat Ibu bekerja. Aku dan adikku menggunakan sepeda untuk sampai ke sana, aku tak tahu Ibu menyimpan jas hujan di mana, terpaksa kami tak memakai jas hujan untuk sampai ke sana.


Saat aku sedang mengemudikan sepeda, seperti ada yang mengikutiku dari belakang. Suasana yang sepi membuatku takut. Adikku memegang pundakku.


“ada apa Tasya?” tanya ku.
“Kakak lihat itu adikku menunjuk ke arah kanan jalan, saat ku lihat, itu adalah wanita yang menampakan dirinya di luar jendela.


Aku yang mengemudikan sepeda dengan tenang, menjadi sangat cepat. Aku dan adikku berteduh di pos keamanan, lelah, lemas dan basah, bembuatku berhenti untuk melanjutkan perjalanan.


“Kakak aku kedinginan” ucap adikku. Badannya menggigil.
“iya dek Kakak juga kedinginan” jawabku.


Saat ku lihat dari kejauhan, aku melihat wanita sedang berjalan menggunakan payung dan menghampiri kami.
“aduh, kalian kebasahan, ayo ikut Ibu, ke rumah Ibu” ucap Ibu itu.
“iya bu, terima kasih” jawabku.


Di rumahnya kami diberi baju hangat minuman hangat dan air panas untuk kaki kami.


“kalian adik Kakak?” tanya Ibu itu.
“iya benar bu” jawabku.
“mengapa kalian hujan-hujanan begini?” tanya Ibu itu.
“kami akan ke kantor tempat Ibu bekerja” jawabku.
“di mana rumah kalian?” tanya Ibu itu.
“di jalan melati II, nomor 333″ jawabku.


Saat Ibu itu mendengar alamat rumahku dia terlihat terkejut sekali.


“dahulu saat Ibu masih kecil, Ibu tinggal di seberang rumah itu. Di sana ditempati oleh wanita remaja yang cantik, dia senang dan juga pandai bermain piano, entah mengapa dia sering menangis saat bermain piano. Saat sedang bermain piano, dia dirampok lalu di bunuh. Warga menemukan mayatnya sudah tidak bernyawa di ruang belakang dekat dapur, yang dipakai untuk bermain dan menyimpan piano. Sejak itu ruangan tempat ia dibunuh, dikunci dan kuncinya dikubur bersama dengan mayatnya. Rumah itu dijual oleh kerabatnya, lalu turun-temurun dijual dan akhirnya sampai pada keluarga mu” Cerita singkat dari Ibu itu.


“saat semalam aku mendengar suara piano dan tangisan dari ruang itu” ucapku.
“Ibu minta nomor ponsel Ibumu, untuk menjemputmu di sini!” seru Ibu itu.
“ya bu, 08xxxxxx” jawabku.


Saat pukul 17.15 Ibu menjemputku. Aku menceritakan apa yang aku dan adikku alami di rumah itu kepada orangtuaku. Ibu percaya dengan apa yang sudah aku alami.


Pada hari senin kami pindah kembali ke rumah yang lebih aman, nyaman, walau pun tak sebagus rumah kami yang kemarin kami tempati. Akhirnya aku dan keluarga hidup seperti biasa kembali, di tempat tinggal baru. Rumah itu tidak dilihat dari keindahannya tetapi dari kebersamaannya.


Tamat


Cerpen Karangan: Dian Tri Larasati

Sehelai Rambut Misterius


Malam yang sunyi, bulan purnama bersinar terang, terdengar sayup suara yang meraung. Aku dan Kak Vita berada di rumah berdua. Karena, Mama dan Papa sedang pergi ke luar kota. Jadi, aku dan Kak Vita ditugaskan untuk menjaga seluruh isi rumahku. Tepat jam 10 malam, aku dan Kak Vita masih menonton televisi di ruang ke luarga. Bulu kudukku mulai berdiri. Seraya ada sesuatu yang akan terjadi. Suara-suara misterius mulai berterbangan di telinga kecilku ini.


“Kak, aku semakin merinding nih! Ada apa ya? Kak, ngerasa ada yang aneh nggak?” tanyaku dengan perasaan takut.
“Ah, kakak sih nggak ngerasa apa-apa dek, huaaamm, kakak ngantuk sekali dek. Kakak ke kamar dulu yah?” Kak Vita segera bergegas ke kamarnya sambil membawa boneka hello kittynya.


Kak Vita meninggalkan aku untuk pergi tidur. Sedangkan aku masih asyik melihat televisi di ruang keluarga. Terhenyak keberanianku mulai menipis karena mendengar suara-suara misterius yang terus bergeming di telingaku. Bulu kudukku semakin berdiri dan aku pun semakin merasa ketakutan sekali. Aku yang duduk diam di sudut pojok ruangan ke luarga merasa hawa dingin menerpaku. Tiba-tiba aku menemukan sehelai rambut misterius yang tergeletak di ubin warna putih di rumahku.


“hmm ini rambut siapa ya? Perasaan aku dan Kak Vita nggak pernah menyisir rambut di ruang keluarga ini deh,” gumamku penasaran.


Aku pun langsung mengambil sehelai rambut misterius itu. Sejenak aku merenung memikirkan dari mana sehelai rambut itu ada di ruang keluargaku. Tanpa disadari, suara misterius itu kembali bergeming memenuhi isi telingaku. Aku yang seketika mendengar suara misterius itu langsung lari terbirit-birit ke arah dapur. Sekelebatan sosok kain berwarna putih ada di hadapanku berdiri menatapku.


Tak lain, sosok itu adalah kuntilanak. Matanya yang melotot tajam. Wajahnya rusak dan berlumuran darah itu menatapku seketika. Dan aku melihat bahwa di bawahnya ada rambut-rambut yang jatuh berserakan. Ternyata sehelai rambut itu adalah milik kuntilanak itu. Aku yang melihat sosok kuntilanak itu langsung pingsan tepatnya di dapur.


Keesokan harinya. aku sudah berada di kamarku. Kak Vita yang membawaku di kamar. Katanya, Kak Vita mendengar jeritanku dan menemukan aku yang tengah pingsan di dapur. Aku merasa sangat trauma atas kejadian kemarin. Aku menceritakan peristiwa pahit ini ke Kak Vita. Kalau kata Kak Vita harus cepat tidur sebelum jam 10 malam. Karena, Kak Vita juga pernah mengalami peristiwa yang ku alami tersebut. Gara-gara aku menemukan sehelai rambut misterius itu, aku jadi bisa bertemu dengan kuntilanak.


Cerpen Karangan: Zabarzadad Jannatul Firdausa

Cerpen Raina


“Jangan!! ku mohon, jangan lakukan itu, Raina!!” pekik seorang perempuan
“matilah kau, Linda!!!” ucap perempuan lain yang tengah menghunuskan pisaunya di jantung perempuan itu


Aaaa… lagi-lagi aku bermimpi buruk. Linda? Raina? siapa mereka? Kenapa mereka selalu muncul dalam mimpiku. Ku tatap jam dinding di kamarku. Masih pukul 02.15. Aku tak dapat melanjutkan tidurku. Mimpiku tadi benar-benar membuatku frustasi. Siapa orang dalam mimpiku selama ini?


“hey, bengong mulu, kenapa Ta” ucap Sarah mengagetkanku
“lagi-lagi aku bermimpi hal itu lagi” jawabku tanpa semangat
“apa ada hubungannya sama kamu ya” tebak Sarah
“maksud kamu” tanyaku tidak mengerti.
“mungkin saja mimpi kamu ada hubungannya sama kamu. Nggak kamu tanyain keluarga kamu, soal wanita bernama Linda dan Raina itu” ucap Sarah
“entahlah” balasku
“huh, ke kantin yuk Ta” ajak Sarah
“iya” balasku


“mau pesan apa” tanya Sarah
“es jeruk aja Rah” balasku
“ok, tunggu ya” ucap Sarah dan berlalu
Aku masih memandangi sarah. Tiba-tiba saja bayangan perempuan seperti dalam mimpiku.
“Sarah!” pekikku. Sontak seisi kantin memandang ke arahku.
Sarah pun berbalik menghampiriku
“ada apa Ta” tanya Sarah
“kita pergi sekarang” ajakku
“kemana, kok kamu panik gini. Ada apa sih” tanya Sarah
“udah, nanti aku jelasin” balasku dan menarik lengan Sarah


“apa!” ucap Sarah tidak percaya
“iya Rah, tadi bayangan Raina ada di belakang kamu. Dia mandang aku penuh kebencian” ucapku panik
“sudah-sudah, tenangin diri kamu ya” ucap Sarah menenangkanku.
Aku semakin frustasi, Kenapa bayangan Raina muncul. karena aku bukanlah orang yang mempunyai indra keenam. Arrghh


“Ta, kok nggak dimakan” ujar nenekku
“aku udah kenyang nek” balasku dan hanya mengambil segelas susu. Aku hanya menemani nenekku makan malam. Aku tinggal dengan nenekku. Hidup kami pun berkecukupan. Ayahku sibuk dengan pekerjaannya. Ibuku, entahlah. aku tak tau ibuku dimana. Melihat wajahnya saja aku tidak pernah.


Malam ini aku tak dapat tidur. Aku takut mimpi itu muncul lagi. Aku hanya mendengarkan lagu di ponselku dengan headset. Tiba-tiba saja lagu yang ku putar mati dengan sendirinya. Terdengar tawa perempuan menggema di telingaku. Aku pun ketakutan.
“Siapa kamu” ucapku ketakutan. Tawa perempuan itu masih terdengar. Kemudian ku dengar suara perempuan lain menjerit. Aku semakin ketakutan dan merinding. Tiba-tiba lampu kamarku mati. Sontak aku menjerit. Nenek, dimanakah kau. Aku takut… pekikku dalam hati. Ku lihat bayangan putih di pojok kamarku. Ia berjalan ke arahku. Aku ingin lari, namun aku tak dapat bergerak. Ia semakin mendekat ke arahku. Bau amis darah tercium oleh hidungku. Aku ingin muntah rasanya. Ia terus mendekat. Aku bisa mengenali wajahnya. Sepertinya tak asing bagiku. Wajahnya penuh luka. Amis darah semakin menyegat
“Raina!” pekikku
Ia mencekikku. Aku berusaha meronta. Namun ia begitu kuat. Aku semakin kesulitan bernafas. Dan brukk..


Aku terjatuh dari tempat tidurku. Badanku terasa sakit. Aku bermimpi lagi. Namun leherku masih terasa sakit. Aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah.


“nek, aku berangkat dulu” ucapku. Namun, tak ada jawaban dari beliau. Segera aku mengambil motorku dan menuju ke SMA Budi Luhur, tempatku menimba ilmu.


Aku terdiam di taman. Masih memikirkan kejadian semalam. Apakah itu mimpi atau nyata? aku dibuat gila oleh hal itu
“Renata” panggil seseorang. Akupun menoleh
“ya Dik” balasku
“sendirian disini” tanya Dika dan duduk di sampingku
“seperti yang kau lihat” balasku dan tersenyum ke arahnya
Dia Dika, ya mantan kekasihku. Kita putus hanya karena ia tergoda oleh temannya dulu yang katanya cantik bagai putri.
“Ta” panggilnya
“iya” balasku
“emm.. aku mau bicara sesuatu” ucapnya
“ngomong aja” ucapku
“ee”


Krinngg… bel masuk berbunyi. Aku bergegas pergi
“udah masuk Dik, lanjut nanti ya” ucapku dan berlalu darinya


“darimana Ta” tanya Sarah
“biasa” balasku
“eh, tau nggak. Ada anak baru loh” ucapnya
“siapa” tanyaku
Belum lagi Sarah menjawab pertanyaanku, Bu Indah, wali kelasku masuk diiringi seorang anak perempuan
“astaghfirullah..” pekikku.
Seisi kelas melihat ke arahku.
“Renata, ada apa” tanya bu Indah
“ngg…nggak bu” balasku.
Teman-teman menyorakiku
“baiklah anak-anak, kalian mendapat teman baru. Silahkah perkenalkan namamu” ucap Bu Indah pada perempuan itu
“hai semuanya. Namaku Aisyira Putri Raina. Kalian boleh memanggilku Raina. Terima kasih” ucap perempuan itu
Tidak salah lagi. Itu Raina yang selalu muncul dalam mimpiku. Dia memandangku seakan penuh dendam. Aku pun menundukkan kepalaku.


“aku nggak bohong Rah, itu Raina yang selalu muncul dalam mimpiku” ucapku meyakinkan Sarah
“kita harus cari tau soal Raina Ta, ia memang agak mencurigakan tadi” ucap Sarah.
Tiba-tiba sepucuk surat jatuh di hadapanku. Sarah pun mengambilkannya
“dari siapa” tanyaku
“entahlah” balas Sarah dan membuka isi surat itu
“Mulai hari ini, hidupmu takkan tenang” ucap Sarah membaca isi surat itu
“tunggu, ini bukannya darah” ucapku
“i.. iya Ta” balas Sarah
“siapa yang ngirim ini!” ucapku agak emosi. Ku lihat sekeliling.
“Raina” ucapku melihatnya. Ia tersenyum licik padaku
“Rah, Raina yang ngirim. aku yakin itu” ucapku
“kita harus hati-hati Ta” ucap Sarah panik


“Aaaaaa..” teriakan seorang perempuan dari dalam toilet siswa. Semua orang pun berhamburan ingin melihatnya. Segera aku mengajak Sarah melihatnya juga


Ku lihat Dika yang penuh luka tikaman di dadanya.
“Dika!” pekikku
Aku tidak percaya. Dika meninggal secara tragis seperti ini. Aku mulai meneteskan air mata. Meskipun ia pernah menyakitiku. Dari lubuk hatiku masih ku simpan rasa untuknya.
“Ta, lihat deh Raina” ucap Sarah.
Aku memandang Raina. Senyum licik terpancar di bibirnya
“Raina! kau yang membunuh Dika kan. ayo ngaku” pekikku.
Ia memandangku tajam. Tapi secepatnya ia sembunyikan senyum liciknya itu.
“aa.. aku… aku nggak ngerti apa-apa Renata. Bahkan aku nggak kenal sama Dika. Kamu jangan fitnah aku” elaknya
“nggak usah bohong. Kamu kan tadi yang ngasih surat yang tulisannya dari darah” ucapku
“aku nggak ngerti maksud kamu Ta” elaknya dengan wajah memelas.
“Ta, jangan nuduh orang sembarangan” ucap salah satu siswi diikuti yang lainnya.
Aku pun emosi dibuatnya. Ia pandai mencari muka.


Tapi, senyum liciknya tak dapat ia sembunyikan dariku. Aku segera membantu mengurus mayat Dika


“Dika, kamu tenang disana” lirihku memandangi nisan Dika
“yang tabah Ta” ucap Sarah menguatkanku


Selesai dari makam Dika, kami pun pulang ke rumahku. Sarah berjanji akan menginap di rumahku kali ini.
Namun, apa yang ku lihat. Aku disambut bendera kuning di depan rumah. 2 orang manusia terbujur kaku dan berselimut kain putih. Aku tidak dapat menahan air mataku. Musibah bertubi-tubi menimpaku.
“ayah… nenek…” lirihku di tengah isakku
“kamu harus kuat Ta” ucap Sarah yang juga bersedih bersamaku


Ayah dan nenek ditemukan meninggal dengan tikaman di dada. Sama seperti Dika. Arghh, ada apa sebenarnya.
Ku lihat Raina berada di tengah-tengah ibu-ibu yang membacakan tahlil. Ia tersenyum licik padaku. Namun sekilas tak ku lihat lagi keberadaannya.


“aku nggak bisa terus-terusan seperti ini Rah. Satu per satu orang yang kusayang pergi secara tragis” isakku dalam pelukan Sarah
“apa ini ulah Raina” ucap Sarah
“aku juga berfikiran seperti itu Rah. Ia selalu muncul dengan senyum liciknya” balasku
Tiba-tiba saja lampu kamarku mati. Sontak aku dan Sarah ketakutan. Tidak ada siapa-siapa di rumah kecuali aku dan Sarah. Aku dan sarah berjalan keluar mengecek listriknya. Tiba-tiba saja lilin yang kami bawa mati dan lampu hidup seketika. Raina muncul di hadapan kita dengan pisau di tangan kanannya. Aku dan Sarah ketakutan. Ia mendekati kami dengan penuh kebencian.
“kalian akan mati!” ucapnya dan bersiap menghunus kami.
Kami segera berlari keluar.


“Sial! pintunya terkunci Rah” ucapku panik
“gimana ni Ta” balas Sarah tak kalah paniknya
“kalian takkan bisa keluar dari sini” ucap Raina
“mau kamu apa sih!” ucapku berteriak
Ia tertawa. Sungguh menyebalkan tawanya
“jawab! kau sudah membuatku kehilangan orang yang ku sayang” ucapku terisak
“Renata sayang… tidakkah kau mengenalku” ucap Raina
“tentu saja. Kau yang telah membunuh Dika, ayah, dan nenekku” balasku
“katakan apa mau kamu” tanya Sarah
“aku takkan tenang sebelum dendamku terbalas” ucap Raina dan dengan sigap menarik Sarah
“aa… lepaskan aku!” pekik Sarah
“diam kau bodoh!” ucap Raina
Sarah terus merintih. Aku tak tega melihatnya
“jangan sakiti dia! kau boleh membunuhku. Asal lepaskan dia. Dia tak tau apa-apa” teriakku
“kau yang tidak tau apa-apa!” balasnya sengit.
Ia pun mendorong Sarah hingga terjatuh.
“inilah saatnya” ucap Raina dengan senyum liciknya
“jangan! ku mohon!” ucapku
Raina pun mengangkat pisau di tangannya. Ia arahkan pisau itu ke arah Sarah


“Jangan!! ku mohon, jangan lakukan itu, Raina!!” pekik Sarah
“matilah kau, Linda!!!” ucap Raina yang tengah menghunuskan pisaunya di jantung Sarah


Deg’ itu seperti mimpiku. iya, aku yakin itu. Raina dan Linda. Bayangan silau menerpa mataku.
Dimana aku? sepertinya aku berada di taman kota
“Raina, berhenti mengikutiku” ujar seorang laki-laki.
Itu, ayahku. Raina tetap mengejar ayahku.
“Farhan, aku mohon. Jangan putuskan hubungan kita. Aku sangat mencintaimu” ucap Raina
“kamu egois Raina. aku nggak betah sama kamu” ucap ayah dan menggandeng seorang perempuan lain.
Sarah!
“Farhan.. aku akan balas dendam ke kamu dan Linda” teriak Raina. Namun ayah tidak menanggapinya.


“Linda, kau harus mati!” ucap Raina dan menusuk jantungnya. Linda pun meninggal seketika.
“Raina!” ucap ayah dan menusuk Raina dengan pisau yang ada di tubuh Linda
Raina pun meninggal di samping Linda. Ayah pun menyeret mayat Raina di sungai. Sementara, mayat Linda ia bawa pulang.


“sekarang giliranmu, Renata sayang” ucap Raina
“aku salah apa Raina.!” teriakku
“hahaha, apa perlu aku ceritakan dari awal” ucap Raina diiringi tawanya
“maksud kamu” tanyaku
“Kau lihat dia, dialah Linda” ucap Raina
“apa, ja.. jadi Sarah itu Linda” ucapku terbata-bata
“iya Renata sayang. Dialah ibu kamu. Aku membunuhnya sesaat kamu berumur 2 tahun. Tapi, ayahmu membunuhku. Dia tidak mau tanggung jawab atas mayatku” ucapnya penuh amarah
“aa.. apa” ucapku tidak percaya
“dan sekarang, giliranmu Renata” ucap Raina dan berjalan ke arahku.
Ia menatapku penuh kebencian. Semakin dekat, bau amis darah tercium. Ia mengarahkan pisau ke dadaku. Aku hanya bisa menjerit dan menutup mataku. Lama tak ada tusukan dari Raina. Aku beranikan membuka mata. Raina! ia tersungkur di depanku.
“Sarah!” ucapku
“Aku Linda, bukan Sarah” lirinya.
Ia tertatih ke arahku.
“maafin ibu sayang. Ibu nggak bisa jagain kamu” ucap Linda
“i.. ibu” ucapku dan memeluknya. Kurasakan hangat pelukan seorang ibu.
“kurang ajar!” pekik Raina.
“cepat Ta, kamu pergi dari sini” ucap Linda
“tapi.. ibu” ucapku
“biar aku hadapi dia” ucap Linda
Aku segera membuka pintu yang tidak terkunci seperti tadi. Aku berlari keluar. Ku dengar jeritan ibu
“ibuu..” lirihku
Raina muncul dan ke arahku. Ia mengejarku. Ku lemparkan sebuah kayu tajam ke arahnya. Kayu itu mengenai perutnya. Segera aku berlari sebisaku. Ku lihat cahaya mobil tak jauh dariku. Ia menuju ke arahku
“Aaaaa…”


Aku terbangun dari tidurku. Ku lihat sekeliling. Ini kamarku
“Renata, kamu sudah bangun” tanya ayahku yang tengah berada di pintu.
“ayah” teriakku dan memeluknya.


Kami pun menuju ruang makan.
“nenek..” panggilku.
“eh. cucu nenek sudah bangun. Yuk sarapan. Nanti kamu telat” ajak nenek
Ternyata aku bermimpi. Ayah dan nenek masih hidup.


“Renata..” panggil seseorang di depan rumah. Aku pun menghampirinya
“Dika” ucapku
Dika juga masih hidup.
“berangkat bareng yuk” ajaknya
Aku pun menerima ajakannya.


Sesampai di sekolah aku segera mencari-cari Sarah. Kemana ia? apa ia sebenarnya hanyalah anganku.


Aku pun terdiam di taman sekolah. Merenungkan kejadian atau bahkan mimpi yang baru saja ku alami. Sepucuk surat jatuh di hadapanku.


Renata,
Sayang, kamu berhasil melawan Raina. Ibu bangga sama kamu. Maafkan ibu, yang harus ninggalin kamu saat kamu belum tau apa-apa. Jaga ayah sama nenek baik-baik. Jangan merepotkan mereka. Ibu rindu kamu sayang


Linda/Sarah


Apa! jadi kejadian itu benar-benar ada. Sarah, aku pasti akan merindukanmu.
Bel berbunyi. Aku kembali ke kelas. Aku menuju bangkuku.


“Renata, darimana saja” tanya Fiola
“taman Fio” balasku dan menduduki bangkuku
“eh, ada guru baru loh” tambah Fiola
Belum lagi aku bertanya masukkan pak kepsek diikuti seorang guru perempuan. Ia memandang ke arahku.


Ya Tuhan! Raina!


Cerpen Karangan: Ulla

Hidup Yang Penuh Kekawatiran

Baca: Mazmur 55

"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." (Mazmur 55:23)

Tak bisa dipungkiri, dunia saat ini dipenuhi berbagai gejolak di segala aspek kehidupan. Semua orang tanpa terkecuali merasakan dampak dari situasi yang ada. Namun tidak seharusnya hal ini mengejutkan kita orang percaya, sebab Alkitab sudah menyatakan bahwa menjelang kedatangan Tuhan kali yang kedua akan datang masa-masa yang sukar yang merupakan masa yang sangat menentukan bagi perjalanan kekristenan kita.

Masa-masa sukar adalah masa ujian bagi kita, masa pemurnian iman, masa penentuan apakah kita terus melangkah maju atau mengalami kemunduran rohani."Sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:13-14).

Menghadapi situasi berat ini banyak orang berkata, "Kuatir itu wajar, sebab sebagai manusia kita pasti punya banyak kelemahan." Hal ini pun seringkali kita jadikan dalih ketika kita sedang merasa kuatir. "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Satu hasta itu digambarkan seperti jarak antara siku sampai ujung jari seseorang, yang secara rata-rata sekitar 45 cm. Suatu ukuran yang relatif pendek; meski demikian, tak seorang pun manusia dapat menambah panjang langkah hidupnya. Adakah orang yang karena kekuatirannya dapat menambah sehari saja umur hidupnya? "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia." (Amsal 12:25).

"Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25), sebab "...Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." (Roma 14:17).

Kekuatiran tidak dapat menyelesaikan persoalan, malahan menambah beban hidup kita, menguras energi dan pikiran, serta membuang waktu kita secara percuma.

Jangan Kecewa Menerima Teguran

Baca: Amsal 3:1-12

"Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi." (Amsal 3:12)

Tak satu pun orangtua di dunia ini yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang gagal atau menderita di kemudian hari. Semuanya berharap anak-anaknya menjadi orang yang berhasil dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Itulah sebabnya orangtua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan mereka pun rela mengorbankan apa saja demi anak. Kasih, perhatian, perlindungan dan terkadang juga teguran diberikan orangtua kepada anak.

Dalam kehidupan rohani, Tuhan pun bertindak demikian. Di satu sisi Tuhan senantiasa melimpahkan kasih, kemurahan, pemeliharaan, penyertaan dan pertolongan kepada kita; di sisi lain Dia juga akan memberikan teguran atau hajaran kepada kita bila kita melakukan pelanggaran atau dosa di hadapanNya. Tujuan teguran itu adalah agar kita menjadi jera dan tidak lagi mengulangi kesalahan sehingga kita dapat bertumbuh ke arah yang benar sesuai dengan kehendakNya. Teguran Tuhan kepada kita dapat berupa masalah atau persoalan: sakit penyakit, krisis keuangan, masalah keluarga dan sebagainya. Tuhan mengijinkan hal itu terjadi agar kita segera menyadari kesalahan dan berbalik ke jalanNya yang benar.

Oleh sebab itu "...janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya." (ayat 11). Daud pernah melakukan pelanggaran besar di hadapan Tuhan, berzinah dengan Betsyeba. Kemudian Tuhan memakai Natan untuk menegur Daud. Akhirnya Daud pun menyesal dan bertobat, katanya, " 'Aku sudah berdosa kepada Tuhan.' Dan Natan berkata kepada Daud: 'Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.' " (2 Samuel 12:13-14).

Kunci utama ketika kita menerima teguran dari Tuhan adalah bertobat. Pengakuan diri kita telah melakukan dosa di hadapan Tuhan itu sangat penting dan itu adalah kunci untuk mengalami pemulihan dan berkat dari Tuhan. Jadi bila kita mendapat teguran dari Tuhan jangan menjadi kecewa atau marah, ini berarti Tuhan sangat mengasihi kita. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7).

Bersyukurlah bila kita ditegur Tuhan, karena hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita.

Didikan Dan Hajaran Tuhan

Baca: Ayub 5:1-27

"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17)

Adakah seorang anak yang tidak menerima didikan dari ayahnya atau orangtuanya? Semua pasti pernah mengalami dan merasakannya. Karena terlalu bandelnya terkadang seorang anak sampai harus mengalami hajaran. Dan ketika orangtua menghajar kita dengan keras, apakah itu tanda bahwa mereka membenci dan tidak mengasihi kita? Tertulis: "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."(Amsal 13:24).
 
Orangtua jasmani mendidik dan menghajar anaknya dengan tujuan untuk kebaikan si anak itu sendiri supaya mereka tidak menjadi anak yang nakal, tapi menjadi anak yang patuh. Begitu juga dengan kita yang berstatus sebagai anak-anak Tuhan harus mau dan rela untuk dididik, ditegur dan dihajar oleh Tuhan yang Bapa kita. Karena itu "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6).

Namun yang perlu kita pahami, kata 'hajaran' ini bukanlah suatu pukulan yang didasari oleh perasaan marah atau benci, tapi mengandung arti suatu tindakan disiplin yang akan membawa kita kepada kedewasaan. Memang untuk dapat masuk dalam didikan Tuhan ini tidaklah mudah karena kita harus menaklukkan keinginan diri sendiri, khususnya yang menyangkut kedagingan kita. Didikan dan hajaran Tuhan itu memang sakit bagi daging kita, tapi semua itu mendatangkan kebaikan bagi kita; hal ini membuktikan bahwa Tuhan sangat peduli dan mengasihi kita begitu rupa.

Tuhan mendidik kita supaya kita tumbuh sebagai manusia-manusia rohani dan berkarakter seperti Kristus. Karena itu jangan marah dan kecewa jika kita sedang berada dalam didikan Tuhan, sebaliknya, tetaplah berpegang teguh pada ketetapan-ketetapanNya. Milikilah penyerahan diri kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus senantiasa, karena Dialah yang akan memampukan kita untuk melewati semuanya itu!

"Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula." (Ayub 5:18)

Alasan Mengucapkan Syukur (2)

Baca: Mazmur 66:1-20

"mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!" (Mazmur 66:2)

Ada banyak orang Kristen yang sulit sekali mengucap syukur kepada Tuhan, hanya karena kecewa doanya tidak dijawab atau belum beroleh jawaban dari Tuhan. Lalu kita melakukan aksi mogok dan marah kepada Tuhan. Maunya sekali berdoa, apa yang kita perlukan atau minta kepada Tuhan langsung dikabulkan. Kita memaksakan kehendak kita. Kita ingin Tuhan mengikuti agenda dan waktu kita dan tidak mau bersabar menunggu waktu-Nya, padahal "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkhotbah 3:11). Alkitab mengingatkan agar kita senantiasa berdoa dengan tidak jemu-jemu, berdoa dengan tiada berkeputusan. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7).

Ada alasan lain mengapa harus mengucap syukur: Tuhan telah memilih kita dan menjadikan kita berharga di mata-Nya. "Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu!" (Mazmur 65:5a). Kita dipilih Tuhan di antara sekian miliar manusia di muka bumi ini, artinya kita adalah orang-orang yang sangat spesial dan berharga di mata Tuhan. "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4). Jadi bukan kita yang memilih Tuhan, tapi Tuhan sendiri yang telah memilih kita. "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16).

Kita pun patut bersyukur kepada Tuhan karena kebaikan-Nya melimpah atas kita. "Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus." (Mazmur 65:5b). Siapakah di antara kita yang tidak pernah merasakan kasih, kemurahan dan kebaikan Tuhan? Sungguh keterlaluan jika kita melupakan kebaikan Tuhan. Jika demikian kita benar-benar tidak tahu berterima kasih. Ucapan syukur inilah yang akan memberikan kita kekuatan untuk terus memandang Tuhan dan melihat kebaikan-Nya. "...janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2).

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 136:1)

Alasan Mengucapkan Syukur (1)

Baca: Mazmur 65:1-14

"Bagi-Mulah puji-pujian di Sion, ya Allah; dan kepada-Mulah orang membayar nazar." (Mazmur 65:2)

Alasan pengucapan syukur bagi orang percaya bukan semata-mata berkenaan dengan perkara-perkara jasmani atau hal-hal lahiriah yang terlihat secara kasat mata semata, seperti: ketika sedang keberkatan, disembuhkan dari sakit, usaha lancar, keuangan tercukupi, studi berhasil atau karena doa-doa kita yang beroleh jawaban dari Tuhan.

Sesungguhnya ada beberapa alasan utama mengapa setiap orang percaya harus selalu mengucap syukur kepada Tuhan:

1. Karena Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita. Pemazmur berkata, "Bilamana pelanggaran-pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya." (Mazmur 65:4). Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib kita percaya kepada-Nya beroleh pengampunan dosa dan diselamatkan. Firman Tuhan juga menyatakan, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18),bahkan "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12).

Ucapan syukur seharusnya merupakan respons kita terhadap keselamatan yang telah kita terima sebagai anugerah dari Tuhan ini, sebab kita seharusnya mengalami kebinasaan kekal dan dimurkai oleh Allah karena dosa dan pelanggaran, namun kini beroleh anugerah pengampunan oleh karena karya kudus Kristus di atas kayu salib. Inilah dasar utama orang percaya untuk mengucap syukur kepada Tuhan.

2. Karena Tuhan selalu memperhatikan dan mendengar setiap seruan umat-Nya.Dikatakan, "Engkau yang mendengarkan doa." (ayat 3a). Kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan yang hidup, yang tidak pernah terlelap dan tertidur. Tuhan tahu persis sekecil apa pun pergumulan yang kita alami. Inilah janjiNya, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).

Bawa semua beban dan persoalan hidup ini kepada Tuhan melalui doa-doa kita, sebab Dia senantiasa menyendengan telinganya untuk setiap seruan doa umat-Nya.

Mengucapkan Syukur : Mudah Tapi Sulit Di Lakukan

Baca: 1 Tesalonika 5:12-22

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)

Mengucapkan syukur dalam segala hal adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. Banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa mengucap syukur adalah perkara yang mudah karena tanpa modal apa pun, hanya lewat ucapan bibir kita.

Namun kenyataannya mengucap syukur adalah perkara yang sulit kita lakukan. Jangankan dalam kondisi susah dan berbeban berat, saat segala sesuatu berjalan dengan baik dan normal pun ternyata kita sulit untuk mengucap syukur dan dengan sengaja kita melupakannya. Jika kita teliti, banyak sekali ayat dalam firman Tuhan yang membahas tentang pengucapan syukur. Artinya hal pengucapan syukur adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya yang tidak boleh diabaikan dan disepelekan.

Hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan inilah yang mendorong terciptanya mazmur pujian yang ditulis oleh Daud. "Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;" (Mazmur 9:2). Bila kita merenungkan kasih dan kebaikan Tuhan, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur kepadaNya, bahkan pengucapan syukur itu seharusnya seperti nafas hidup kita yang tak pernah berhenti untuk berhembus selama kita hidup.

Namun seringkali ucapan syukur keluar dari mulut kita hanya saat kita menikmati dan mengalami hal-hal yang baik dari Tuhan. Ketika hal-hal yang tidak baik (menurut penilaian kita) terjadi dan menimpa hidup kita, sulit sekali kita mengucap syukur kepada Tuhan, sebaliknya yang keluar dari bibir kita hanya ungkapan kekecewaan, kekesalan, keputusasaan, sungut-sungut, omelan dan bahkan kita berani menuduh dan menyalahkan Tuhan, seperti yang diperbuat oleh bangsa Israel.

Hal-hal yang baik atau buruk, keberhasilan atau kegagalan, sakit atau sehat, dalam kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka, adalah warna-warni dalam kehidupan manusia. Satu hal yang seharusnya menguatkan kita adalah "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" (Roma 8:28), karena itu tetaplah mengucap syukur apa pun keadaannya.

Mengucap syukur adalah perintah dan kehendak Tuhan yang harus kita taati.

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...